Jumat, 22 Juli 2016

CURHATAN AKHIR KULIAH #2

* tulisan ini sambungan dari curhatan akhir kuliah #1, jika kalian belum baca curhatan akhir kuliah #1, maka disarankan untuk membaca yang #1 dulu.

Pacaran Merugikan

Bisa dibilang, waktu kuliah adalah waktu jomblo yang paling lama buat gue. Hanya satu kali gue pacaran waktu kuliah. Itupun khilaf. Bagi gue pribadi, pacaran itu gak bermanfaat banget buat perkuliahan. Banyak buang waktu, tenaga, pikiran dan yang pastinya uang orang tua. 

Gue merasakan betul ruginya pacaran, apalagi waktu kuliah. Waktu pacaran, koleksi buku gue gak nambah, yang ada malah ngurang, gara-gara gue jual buat ongkos ngedate. Waktu pacaran, tulisan gue di blog gak nambah, begitu tidak produktifnya gue. Waktu pacaran, uang gue sering berkurang, usut punya usut, ternyata pacar gue yang sering ngembat uang di dompet gue, hehehe bercanda.

Masa muda itu masa yang sangat produktif sekali gaes. Produktif yang gue maksudkan bukan produktif ngasilin anak. Ngeres aja pikirannya. Produktif disini adalah tentang berkarya. Saat-saat kuliah begini, pikiran kita itu masih fresh, waktu luang kita itu banyak, ide-ide bertaburan, semangat kita membara. Sayang banget kalau kesempatan dan semangat itu kita gunakan untuk pacaran. Mendingan berkarya kayak gue gini, nulis komedi walaupun garing, gak apa-apa. Berkarya juga banyak macamnya, gak harus nulis. Bisa buat film pendek, ngarang lagu-lagu yang positif, melukis, buat kerajinan tangan, dan sebagainya. Kalau gak berkarya ya berwirausaha, uh banyak lah pokoknya. Nah, gunain masa muda kita untuk itu, daripada pacaran dan berdua-duaan di kontrakan atau kos-kosan, kan bahaya. Yang ketiganya ntar gue,,,,,, ngintip.

***

Penyesalan Terdalam 

Salah satu hal yang buat gue nyesek ketika kuliah adalah ketika melihat orang yang gue suka udah nikah. Gue numpang curhat gak apa-apa kan?. Itu kalau hal yang buat nyesek, kalau yang buat gue nyesal alias penyeselan terdalam gue ketika kuliah adalah; gue gak ikut organisasi. Sumpah, gue nyesel banget. Organisasi itu penting kawan. Dengan berorganisasi kita bisa menambah pengalaman, wawasan, teman dan jaringan.

Bagi kalian yang ntar baru masuk kuliah ni, jangan sampai gak ikut organisasi. Jangan sampai takut organisasi karena mendengar bisikan-bisikan sumbang seperti ini; “Ikut organisasi itu buat lama kuliah”, “Ikut organisasi itu buat capek jak”, “Ikut organisasi  itu hanya ngambil minum dan makan gratis doang, jangan ikut”, “Ikut organisasi itu hanya cari sensasi”, “Ikut organisasi itu hanya pencitraan, biar bisa nyalon presiden”, jangan dengerin yang kayak gitu!. 

Gue juga dulu gitu waktu di awal-awal kuliah, gue udah dihipnotis agar gak ikut organisasi.

“Yazid, tarik nafas anda dalam-dalam!”, pesan penghipnotis. “Tarik lewat hidung, keluarkan lewat pantat!, ‘pretttttttt...........tuuuuuuttttttt.......prouttttttt.......’ suara kentut gue langsung keluar menuruti perintah.

“Jika anda mendengar ajakan senior anda untuk ikut organisasi, maka anda harus menolaknya. Karena itu bisa memperlama kuliah anda. Anda paham?”, tanya penghipnotis

Gue mengangguk-ngangguk.

“Oke, ketika anda mendengar mantan anda memanggil anda, maka bukalah mata anda!”,

“Yazid, Yazid, balikan lagi yuk!”, suaranya halus, memang seperti suara mantan gue, hanya agak serak-serak laki dikit.

Gue langsung membuka mata, pas gue liat ternyata itu senior yang ngospek gue waktu itu. “Kamu lagi, lari keliling kota Pontianak dua putaran!”. 

“Ampun bang........”

Semenjak itulah gue gak bisa ikut organisasi. Keinginan dalam hati itu sebenarnya ada, tapi ketika sampai di ruang sekretariat organisasi untuk mendaftarkan diri, gue langsung menghindar gak jadi, seperti ada yang menarik-narik gue untuk gak masuk.

Sekarang pas penghipnotisnya udah meninggal, gue baru sadar, ternyata organisasi itu penting. Kawan-kawan gue yang ikut organisasi udah pada terbang keliling Indonesia berkat ikut organisasi. Kawan-kawan gue yang ikut organisasi jadi sering aktif di kampus, ngadain kegiatan, ngadain seminar, ngadain acara pertemuan, keren lah pokoknya. Sementara mahasiswa kayak gue gini (yang gak ikut organisasi), kerjaannya pergi kuliah, pulang, tidur, sama berak, begitu terus. Menjijikkan

Organisasiphobia (takut ikut organisasi karena takut lama kuliah) itu juga gak betul. Banyak kok mahasiswa/i yang ikut organisasi malah cepat selesai kuliah. Banyak juga malah yang gak ikut organisasi tapi kuliahnya lama, contoh nyatanya gue. Jadi gak ada hubungannya antara organisasi sama lambat nyelesain kuliah.

***

Skripshit

Kita sampai di curhatan akhir kuliah gue. Yang ini sengaja gue letakkin di akhir karena gue agak malas membahasnya. Jika di dunia ini hanya ada skripsi, dosen pembimbing, dosen penguji dan staf TU, maka gue mending pilih keluar aja dari dunia ini. Sumpah.

Enam bulan, skripsi gue gak kelar-kelar. Faktor lama selesainya bukan karena gue malas, bukan itu. Faktor utamanya adalah karena gue gak rajin. Sama ya?, hehehe. Bimbingan skripsi itu gak semulus bulatan cilok, ada aja kesalnya.

“Permisi pak”, gue masuk ke ruangan dosen pembimbing gue.

Pas gue masuk, muka dosennya udah masam, “Kau lagi, kau lagi. Nanti aja ya, saya mau keluar sebentar, mau jemput anak saya di sekolah”.

Beberapa jam kemudian, pas dosennya udah datang, gue masuk lagi ke ruangannya, “Permisi pak, mau bimbingan”, gue nunduk-nunduk mendekati dosen tersebut.

“Waduh, saya mau ngajar ni. Udah telat malahan. Nanti aja ya, abis ngajar”, dia langsung ninggalin gue.

Buset.

Gue pun menunggu si dosen di salah satu kursi yang telah disediakan. Saking lamanya nunggu, tumbuhan melata merayap melilit tubuh gue. Jamur-jamur bertumbuhan di pundak gue, panuan soalnya. Sekitar tiga jam nunggu, dosennya pun datang. 

“Pak, mau bimbingan skripsi”, Gue nyodorin berkas gue.

“Simpan aja di atas meja, besok saya koreksi”, jelasnya.

“Kalau tau gitu, ngapain gak dari pagi aja bapak suruh saya letakkin di meja bapak. Kan gak capek-capek saya nunggu bapak dari pagi sampai sore begini”, gue teriak-teriak karena saking kesalnya.

Dosennya langsung kejang-kejang.

Belum lagi kalau pas dosennya ngoreksi, weuh, itu rasanya kayak makan gulali yang dibuat dari mercury

“Ini latar belakang kamu ini terlalu banyak”, dosen gue ngomel-ngomel sambil nyoret-nyoret latar belakang gue.

“Ini juga, ngapain ada bahasa aneh masuk dalam skripsi kayak gini?”, dosen gue langsung nyodorin skripsi gue supaya gue melihat bahasa aneh yang udah gue tulis.

“Mana pak?”, tanya gue

“Ini!”, dosen gue nunjuk-nunjuk ke salah satu kata , ternyata kata itu adalah; BAPER.

“Oh ini anu pak, pas saya wawancara gurunya tentang masalah metode pembelajaran, dia juga kebawa-bawa cerita masalah rumah tangganya”, jelas gue polos. “Makanya, saya bingung kata apa yang tepat untuk menggambarkan situasi itu. Daripada kelamaan bingung, saya tulis aja; ‘salah satu guru yang saya wawancarai pada saat itu sering baper ketika dia menjelaskan mengenai metode pembelajaran, sehingga saya sulit untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya’.

“Pergi!!!”, gue langsung diusir dari ruangan.

***

Cukup sekian curhatan akhir kuliah gue. Sepertinya ini adalah tulisan gue yang terakhir (stop sementara), karena besar kemungkinan gue akan mulai sibuk ngurus skripsi lagi dan juga sibuk nyari pokemon. Karena hanya itu yang bisa membuat orang tua gue bahagia, sekaligus membuat mantan gue gak bertanya lagi, “Kapan wisuda?”.

Gue akan tetap nulis, tapi entar, nunggu skripsi gue udah kelar. Kalau skripsi gue udah kelar, gue bisa masukin skripsi gue ke blog ini, biar kalian bisa baca sekaligus bisa copy untuk  tugas skripsi kalian. 


Share:

CURHATAN AKHIR KULIAH #1

*JANGAN DIBACA KETIKA KHATIB SEDANG NAIK MIMBAR.

Sudah empat tahun lebih gue kuliah. Sekarang sudah hampir masuk semester sembilan, udah lumayan lama ternyata, baru sadar gue. Kadang-kadang gue malu kalau pergi ke kampus, udah hampir semester sembilan bro, bayangkan!. Yang lain udah pada selesai, lah, gue masih ngurus penelitian. Makanya, kalau gue ke kampus, gue sering nutupin muka gue pake sweater, biar gak ketauan sama adek tingkat gue. Hal itu gue lakuin karena mereka sering kepo banget sama mahasiswa tingkat akhir yang gak selesai-selesai kayak gue gini. 

“Udah selesai skripsinya bang?”, tanya adek tingkat.

“Bentar lagi, ni masih ngurus penelitian”, jawab gue ramah

Beberapa hari berikutnya, pas gue mau pergi bimbingan, gue  ketemu lagi sama mereka, “Udah sidang kah bang?”, tanya mereka.

“Bentar lagi dek”, ni lagi mau konsultasi sama pembimbing. (Udah mulai kesal)

Beberapa hari berikutnya lagi, pas gue mau minta tanda tangan dosen pembimbing, gue ketemu lagi sama mereka, “Kapan wisuda bang?”, tanyanya.

“Dek, adek liat ndak di sana ada apa?”, tanya gue sambil nunjuk ruangan kecil di sudut lorong fakultas.

“Ada WC bang”, jawab mereka kompak dan kebingungan.

“Ke sana yok!. Di tas abang ni ada pisau. Mau gak adek, abang gorok lehernya kayak kejadian di UMSU kemaren?”.

“Kabur................”, mereka lari tunggang langgang.

Empat tahun lebih kuliah, tentu saja banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa gua dapatkan. Mulai dari ilmu, wawasan, pengalaman, teman, dan juga mantan. Bagi gue, kuliah itu bukan sekedar buat dapatin ijazah, bukan sekedar untuk berlomba-lomba dapatin IPK yang tinggi, bukan sekedar itu kawan, yang paling inti dari kuliah adalah; agar gue gak terlalu awal jadi pengangguran. * Prakkkkkk, gue langsung disepak. 

Kali ini gue mau nulis tentang kejadian-kejadian masa lalu pada saat gue kuliah, mulai dari awal sampai sekarang (ngurus skripsi). Tulisan kali ini seperti catatan akhir kuliah gue. Tapi, agar lebih melankoli, gue ubah menjadi: curhatan akhir kuliah.

***

Orientasi itu pengenalan bukan perbudakan 

Masuk kuliah gak semudah masuk ke pasar sayur yang bisa langsung masuk seenaknya. Gak gitu. Sebelum perkuliahan aktif, gue harus melewati masa orientasi dulu. Masa orientasi waktu kuliah rasanya lebih kejam daripada masa orientasi waktu sekolah. Waktu itu para mahasiswanya harus botak, pake baju putih celana hitam, dikasi gantungan papan nama, pake kopiah warna biru, pake kaos kaki bola kemudian dipake dengan cara menutupi kain celana, biar kaos kakinya keliatan, plus bawa tas ransel yang udah keliatan gemuk karena membawa bekal yang lumayan banyak. Yang ganteng jadi jelek, yang jelek tambah jelek, yang sangat jelek langsung di buang ke laut.

Senior waktu itu pada galak-galak semua. Pagi-pagi udah teriak, ngebentakin para junior yang berbuat salah dan melanggar aturan. 

“Hei kamu,,,”, teriak senior sambil nunjuk muka gue.

“Iya bang”, jawab gue pelan sambil menunduk.

“Hei kamu,,,” teriak senior lagi, matanya melotot seperti mau meloncat dari sarangnya.

“Iya bang”, jawab gue makin takut.

“Hatiku dak, dik, duk saat aku... me~li~hatmu”, seniornya langsung nyanyi sambil koreografi niruin Bastian coboy junior.

Gue langsung pingsan.

“Mana papan nama kamu?”, tanyanya mulai serius kembali.

“eee....eee....anu bang... hilang”.

“Hilang-hilang, baru masuk udah melanggar aturan. Gimana nanti kalau udah kuliah?. Kebiasaan”, senior teriak-teriak ke gue, air liurnya muncrat ke muka gue. Sontak, jerawat gue langsung pecah-pecah di tempat. 

“Maaf bang”.

“Maaf, maaf, emang lebaran. Sekarang kamu lari keliling kota Pontianak dua putaran!”

“Siap bang”, gue langsung pulang gak balik-balik lagi ke kampus.

Gue sejujurnya gak setuju sama model orientasi yang kayak begitu. Orientasi sebenarnya adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat dan sebagainya). Sumpah itu bukan kata-kata gue, itu gue ambil di internet. Sedehananya, orientasi adalah pengenalan, bukannya perbudakan. Jika pada masa orientasi, mahasiswa/i diajari untuk tunduk, patuh, nurut sama senior, maka dampaknya adalah; mereka akan menjadi mahasiswa yang penakut waktu kuliah nanti. Takut bertanya, takut menyampaikan pendapat, takut berargumen, takut mengoreksi, akhirnya proses kuliah hanya menjadi satu arah; dosen ngajari mahasiswa.

Coba kita lihat di kelas, gak banyak mahasiwa/i yang aktif. Yang aktif palingan satu dua orang. Pas dosen bilang, “Ada yang mau bertanya?”. Suasana kelas hening, mahasiwa/i saling sikut-sikutan karena malu mau bertanya. Pas dosennya menyampaikan sesuatu yang keliru, gak ada mahasiswa/i yang mau mengoreksi atau menegur, “Pak, salah pak”, gak ada. Yang ada malah kayak gini, ngomong dalam hati, “terus pak, terus!, makin cepat bapak selesai ceramah, makin cepat kami istirahat”, gue sering soalnya, hehehe...

***

Belajar bukan sekedar di kelas 

Kuliah itu beda dengan sekolah. Kalau sekolah; guru yang lebih banyak memberikan pelajaran, sementara kuliah; mahasiswa/i yang harus aktif belajar sendiri. Dosen Cuma datang ke kelas, jelasin dikit, habis itu ngasi tugas. Simpel. Itu pun kalau dosennya rajin, kalau pas ketemu sama dosen yang sering jalan-jalan ikut My Trip My Adventure, wah,,,sampai ujian pun gak bakal masuk. Akhirnya nilainya pun sembarang isi, ilmunya terserah, bodo amat.

Oleh karena itu, kita gak bisa berharap banyak dari kegiatan perkuliahan di kelas. Kuliah di kelas itu hanya rangsangan saja, setelahnya kita sendiri yang eksplor lebih dalam lagi. Baca buku, ikut seminar, buat grup diskusi, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bisa menambah wawasan kita terkait dengan perkuliahan yang telah dilaksanakan di kelas. Sumpah, ini baru kata-kata gue, bukan copas di internet...
 
***

Totalitas 

Totalitas sangat diperlukan ketika kita mengerjakan sesuatu pekerjaan, termasuk saat kuliah. Gue sering lihat mahasiwa/i saat kuliah itu malas-malasan. Waktu dikasi tugas ngerjakan makalah, ngerjainnya ogah-ogahan. Waktu disuruh presentasi makalah, lembek kayak jelly. Ngerjakan tugas seadanya, yang penting dikumpulkan. 

Kalau gue gak kayak gitu, lebih parah dari itu malahan. Becanda. Kalau gue, setiap ada tugas makalah, gue usahakan referensinya banyak, gue utamakan referensinya buku, bila perlu bukunya beli. Waktu ada tugas presentasi, gue sungguh-sungguh ngerjainnya. Power pointnya gue buat semenarik mungkin. Sebelum maju, sekitar dua minggu, gue udah latihan speaking dulu, seolah-olah gue sedang presentasi beneran. Setiap ada tugas, gue gak mau asal kumpul gitu aja, gue selalu kepingin apa yang gue kerjakan adalah yang terbaik dari mahasiswa/i yang lain. Pas skripsi aja gue malas-malas gini. Karena bagi gue, wisuda itu hanya sekedar seremoni belaka, yang paling inti itu adalah proses kuliahnya. (Kayaknya gue sedang kerasukan arwah mahasiswa aktivis, nulisnya jadi garang kayak gini)

***

Gue dan Buku 

Baru sekarang (pas kuliah), gue sadar betapa pentingnya buku, betapa mengasyikkan membaca buku, betapa harusnya kita membaca buku dan betapa mahalnya harga-harga buku di Gramedia. Koleksi buku gue sekarang udah sekitar 200 buku, mulai dari buku agama, pendidikan, politik, ekonomi, konspirasi, sampai buku sastra. Banyak kan?, gue aja sampai muntah-muntah baca semuanya.

Perjuangan gue membeli buku juga gak mudah. Sekitar 70 persen dari uang jajan gue, gue sisihkan buat traktir pacar, eh salah, buat beli buku. Uang jajan gue emang lumayan banyak perbulannya, sekitar satu juta. Tapi setelah dipotong 70 persen, uang jajan gue tinggal 300 ribu lagi, sebulan 300 ribu men. Jadi nggak ada bedanya gue (anak PNS) sama mahasiswa yang orangtuanya petani yang cuma bisa ngasi ke anaknya 500 ribu perbulan. Hanya kadangnya gue kesal gaes sama mahasiswa/i yang orang tuanya kurang mampu, kesalnya adalah; mereka suka sok-sokan hidup seperti orang kaya, makan sering diluar, rajin shopping beli pakaian, sering nongkrong-nongkrong di tempat elit, abis itu dipamerin lagi di media sosial, seolah hartanya itu berlebihan. Cobalah!, daripada gitu mendingan uangnya digunakan buat beli buku, kan mantap, walau pakaian sederhana, tapi otak kita kaya. Betul gak gaes?, asik kan gue?.

Karena uang jajan yang hanya sekitar 300 ribu perbulan itulah, hidup gue jadi sangat-sangat menyedihkan. Makannya telur sama indomi, telur sama indomi, hanya sesekali gue makan ayam, itu pun kalau lagi pergi undangan, undangan gelap tepatnya. Orang tua gue sampai heran, uang jajan udah dikasi 1 juta perbulan, tapi kok badan kurus kerempeng kayak gini. 

Saking kecanduannya, uang untuk keperluan lain pun terkadang gue gunakan untuk beli buku. Kemaren pas bulan juni (pas bulan puasa), Emak gue ngasi uang ke gue buat beli pakaian lebaran. 

“Nak, emak udah transfer 700 ribu, nanti beli baju lebaran ya!”, pinta emak gue. Pas nyampe rumah (pulang kampung), emak gue nanyain, “Mana baju lebarannya?”.

“Ni mak”, gue ngangkat kardus kecil yang gue bawa dari Pontianak.

“Apa itu?”, tanya emak gue.

“Buku”.

“Kok malah beli buku?”

“Aku bisa pakai baju lebaran tahun kemaren mak, jadi gak usah repot-repot beli baju lebaran yang baru. Jadi, duitnya aku gunakan buat beli buku”, jelas gue pelan karena kecape’an.

“Kan emak suruh beli baju, bukan beli buku”, emak gue agak meninggikan suaranya.

“Mak, buku itu lebih penting daripada baju. Baju sekali pakai selesai, tapi buku bisa kita pakai berkali-kali, manfaatnya panjang bisa sampai mati”.

Emak gue langsung sedih sambil sesenggukan.

“Kok sedih mak?”, tanya gue

“Emak lagi nonton film Uttaran Nak”, jawab emak gue termehek-mehek.

Gue langsung jedotin muka ke TV, “Mak..........Mak..........”

***

* Bersambung.......


Share:

Rabu, 20 Juli 2016

BARU JADIAN, MENGGELIKAN...

Ada banyak hal yang bisa buat gue tertawa sambil mengernyitkan dahi. Salah satunya adalah; saat melihat tingkah seseorang yang punya pacar baru (baru jadian). Bahkan dulu, ketika gue baru dapat pacar (baru jadian), -dulu ya dulu-, gue juga sering nertawain diri gue sendiri. Gara-gara itulah si doi mutusin gue, dia mengira kalau gue udah gak waras. Hufttttt........

Ada banyak hal yang gak masuk akal atau pengorbanan yang terlalu lebay ketika baru jadian dan pacaran. Padahal, kepastian untuk membangun mahligai rumah tangga untuk saat itu masih jauh dari kata “Pasti”. 



Selain itu, aktivitas pacaran juga dapat mengubah kebiasaan seseorang. Yang dulunya gak pernah keluar malam, eh... pas waktu pacaran jadi sering keluar malam, jalan ama pacar. Yang dulunya rajin baca buku, eh... pas pacaran malah jual buku, buat nambah ongkos ngedate sama si doi. Yang dulu mahasiswa, eh... pas pacaran malah jadi tukang ojek, karena sering antar jemput pacar. Ini kok jadi pengalaman gue semua?,,,

***

Oke, lupakan, kalimat opening gue diatas. Baru-baru ini gue juga mendapat kabar, kalau teman seasrama gue sedang mesra-mesranya sama seseorang. Maklumlah, dia baru aja jadian sama seseorang. Udah cukup lama menjomblo, akhirnya ia dapat pacar juga. Gue gak dukung dia untuk pacaran, tapi gue anjurin ia untuk langsung nikah aja. Tapi... ya gitulah, selalu ada alasan di balik gorengan bakwan.

***

Pas baru datang dari kampung setelah liburan panjang kemaren, gue ngeliat ada sepasang tumbuhan berukuran mini di dalam kamar -di asrama gue-. Karena gue bukan anak biologi dan juga bukan anak pertanian, maka gue gak tau itu tumbuhan apa, yang pasti bukan bunga bangkai, juga bukan Bulbasaur (pokemon yang di punggungnya ada tunas tumbuhan).

BULBASAUR (POKEMON TUMBUHAN)


Gak lama setelah itu, Kin (temen gue) masuk kamar. 

“Ni punya siapa Kin?”, tanya gue.

“Oo..ini punya Kentus”.

“Untuk apa dia melihara tumbuhan kayak gini Kin?”.

“Ndak taulah”.

Tak lama kemudian Kentus (teman gue) datang.

 “Ini punya kau Ntus?”, tanya gue sambil memutar-mutar potnya dan memperhatikan tumbuhan tersebut.

“Iya Zid”, jawab Kentus sambil merampas tumbuhan itu dari tangan gue dan meletakkannya kembali ke atas meja. Emang gue hama wereng apa.....

“Ini tumbuhan apa Ntus?”

“Hehehe,,,aku pun kurang tau juga. Aku beli-beli jak ni, katanya sih ini tanaman sekulen mini hias”, jawab Kentus.

TANAMAN SEKULEN MINI HIAS


“Tumben kau beli kayak beginian?. Beli air galon jak kadang-kadang kau malas”, hina gue

“Hehehe.....”, Kentus nyengir.

Gue gak percaya kalau tumbuhan ini ia beli tanpa alasan. Pasti ada alasannya. Akhirnya kentus mau terbuka juga sama gue.

“Ini untuk seseorang Zid”, jelasnya.

“Siapa Tus?”, tanya gue

“Adalah.........somenone”.

Gue udah mulai curiga. Kalau udah pakai someone pasti arahnya bukan untuk keluarga atau teman. 

“Oooo.....kau dah punya pacar ya sekarang?”.

“....Hehehe”, Kentus garuk-garuk kepala, ketombenya berjatuhan......kutu-kutu di kepalanya meloncat kegirangan

“Kapan kau jadian Tus?”

“Emmmmmmm.....kenalnya sih udah lumayan lama. Tapi jadinya pas sebelum bulan puasa kemaren”.

“Kok kau ngasi tumbuhan ke dia?. Emang dia herbivora (pemakan tumbuhan)?”

“Ndak lah Zid, kau kira cewek aku kambing. Aku mau cari yang ndak biasa jak. Kalau orang biasanya kan ngasi boneka, jam tangan, baju, cincin. Aaaa,,,kalau aku kasi tumbuhan”, jelasnya. “Aku ngasi tumbuhan ni supaya dia bisa merawatnya Zid, dari situ timbullah tanggung jawab. Dari situ juga hubungan kita akan lebih berkesan dengan adanya tumbuhan kecil ini”. tambahnya.

“Oh, jadi satu ini untuk dia,,,satunya lagi kau yang rawat. Gitu kah?”

“Ndak Zid. Dua ni sisanya. Yang untuk dia udah kukasi dah. Kau mau liat kah?”, Kentus membuka foto di smartphonenya dan menunjukkan salah satu foto tumbuhan yang kurang lebih mirip dengan tumbuhan yang ada di kamar. Bedanya, tumbuhan yang ada di foto itu potnya lebih cantik dan dikasi hiasan batu-batu kecil di bawah tumbuhannya.

“Kalau tumbuhan itu mati gimana Ntus?, berarti hubungan kalian selesai lah?”, gue mengejek Kentus, siapa tau dia sadar.

“Ndak lah zid........Kau ni, baru ga aku jadian dah kau doakan selesai”.

***

Selain pelihara tumbuhan, Kentus juga sekarang jadi pengrajin gelang. Akhir-akhir ini gue sering ngeliat kentus ngelilit, menggigit, bahkan memakan tali paracord (tali multifungsi yang sangat kuat dan elastis). 

GELANG DARI TALI PARACORD


“Ngapain kau Ntus?” tanya gue

“Buat gelang”, jawab Kentus.

“Untuk cewek kau ya Ntus?”.

“Yoi lah Zid. Ngasi ke cewek tu gak harus yang mahal Zid. Sederhana kayak gini gak apa, yang penting kesannya itu Zid. Kalau gini kan lebih berkesan, buatan sendiri. Lagipula buat kayak gini ni perlu perjuangan Zid, gak mudah”, jelas Kentus... Gak lama kemudian tali itu malah membelit tangannya sendiri, “Lah gimana ni Zid, gimana ni?, tolong Zid, bantu lepaskan talinya!”, Kentus panik.

“Bodo amat”.

***

Selama punya pacar, Kentus jadi semakin bijak. Lebih tepatnya; sering ngasi filosofi cinta gak jelas ke gue.

Pas gue lagi sarapan mie di kamar, tiba-tiba Kentus datang, “Cinta itu tiga M, Zid”, ucap Kentus sambil memperlihatkan kelima jari tangannya.

“Itu lima Ntus”, Sanggah gue sambil nunjukkin kelima jarinya pake ujung dagu.

“Oh, ya salah...”

“Jadi apa jak tiga M tu?”, tanya gue.

“Memahami, Memberi, dan Menerima”.

“,,,Ntus, Cinta dalam pacaran itu tiga B”, gue mulai serius, menghentikan sarapan dan mengepalkan sendok di tangan kanan seperti orang yang mau berorasi.

“Apa tu Zid?”, tanya Kentus

“Bohong,,,Buruk,,,Berdosa”, tegas gue.

Kentus langsung kejang-kejang seperti orang yang  lagi diruqyah.

***

Selain itu, Kentus juga sering ngasi tips ke gue; “cara sukses nembak cewek”. Kentus pikir gue jomblo karena gak bisa nembak cewek. Dia kira gue jomblo karena gak ada yang mau sama gue. Heh,,,padahal gue hanya belum bisa move on dari mantan.(.....Baper lagi....Kat...Kat....fokus-fokus,,,)

Pernah suatu malam, waktu gue udah mau tidur dan udah berselimut hello kitty, Kentus nggerakin badan gue, “Zid,,,Zid.....”

“Apa Ntus?”

“Kau mau tau ndak cara sukses nembak Cewek?”, tanya Kentus.
 
“Ndak Ntus. Kalau cara sukses balikan sama mantan aku mau”.

“Yeelah,,,,Move on Zid, Move on!”

“Heheheh......Haaa, gimana caranya kita sukses balikan ama mantan, eh sukses nembak cewek tadi?”. Gue bertanya bukan karena perlu informasi itu, melainkan hanya untuk menyenangkan hati Kentus saja.

“Sering-sering aja ngasi perhatian ke dia Zid. Waktu dia buat status di media sosial, kau komen. Waktu dia ada masalah, kau kasi solusi. Waktu dia perlu sesuatu, kau bantu dia. Cewek itu melihat pengorbanan kita Zid. Lama-lama dia akan berkata, “eh cowok ini baik banget ya, always there for me”. Gitu Zid”.

“Oh,,,,gitu. Mudah sekali ya Ntus. Pantas banyak yang selingkuh”.

“Kok banyak yang selingkuh Zid?”, tanya Kentus.

“Iyalah,,,jadian hanya karena seseorang sering ngasi perhatian. Kalau ada cowok lain yang ngasi perhatian lebih daripada cowoknya yang sekarang, bisa-bisa jadian lagi tu cewek sama cowoknya yang ngasi perhatian lebih itu”.

Kentus garuk-garuk kepala. “Ya juga ya Zid”.

***

Selama udah punya gebetan baru, Kentus jadi sering telponan sama gebetan barunya itu. Kalau pas telponan gitu, Kentus sering terlihat gak bisa diam. Kadang duduk, kadang berdiri, kadang baring, kadang juga merayap-rayap di lantai. Tangannya juga jail kalau udah telponan, habis berkas skripsi gue disobek-sobek sama si Kentus. Selain itu, percakapannya itu lebay beud.......

Kentus               : Mau tidur kah?

Cewek Kentus  : Iya bang (suaranya samar-samar namun masih terdengar karena di loudspeaker)

Kentus               : Ya udah, tidur lah!

Cewek Kentus  : Kiss bye dulu lah bang!

Kentus               : O, yaa. Ummmuaahh (Kentus mengecup smartphonenya, air liurnya tumpah-tumpah, saking nafsunya)

Cewek Kentus  : Makasih bang, tidur dulu ya.

Kentus               : Eh, kok gak dibalas kiss-nya?

Cewek Kentus  : O ya lupa. Ummmuaah (bunyi Ummmuaah-nya ngebass, gue curiga, jangan-jangan ceweknya banci yang sering mangkal di pelabuhan)

Kentus               : Makasih,,matikanlah!

Cewek Kentus  : Emmm,,,tapi masih kangen bang.

Kentus               : Kalau gitu nantilah tidurnya....abang juga masih kangen...

Sampai subuh  pasangan labil itu begitu terus, mau tidur gak jadi, mau tidur gak jadi, mau tidur gak jadi. Ternyata pacaran khasiatnya sama kayak kafein dan nikotin, buat susah tidur.

***

“Zid, jodoh yang baik itu bisa bikin kita..........”, Kentus berhenti sejenak memikirkan lanjutannya.

“.......buat kita dekat dengan Allah”, lanjut gue.

“A.....itu yang mau aku bilang Zid”.

“Emang sekarang, pas kau pacaran ama cewek kau, kau makin dekat dengan Allah?”, tanya gue.

“..........”, Kentus gak bisa jawab.

“Berarti dia bukan jodoh yang baik buat kau”....

Kentus ngelemparin smartphonenya ke gue....

***

Bersambung.....

Kita tunggu kisah pacaran Kentus selanjutnya....palingan, bentar lagi putus....huahahahah.
Share: