* tulisan ini sambungan dari curhatan akhir kuliah #1, jika kalian belum baca curhatan akhir kuliah #1, maka disarankan untuk membaca yang #1 dulu.
Pacaran Merugikan
Bisa
dibilang, waktu kuliah adalah waktu jomblo yang paling lama buat gue. Hanya
satu kali gue pacaran waktu kuliah. Itupun khilaf. Bagi gue pribadi, pacaran
itu gak bermanfaat banget buat perkuliahan. Banyak buang waktu, tenaga, pikiran
dan yang pastinya uang orang tua.
Gue merasakan
betul ruginya pacaran, apalagi waktu kuliah. Waktu pacaran, koleksi buku gue
gak nambah, yang ada malah ngurang, gara-gara gue jual buat ongkos ngedate.
Waktu pacaran, tulisan gue di blog gak nambah, begitu tidak produktifnya gue.
Waktu pacaran, uang gue sering berkurang, usut punya usut, ternyata pacar gue
yang sering ngembat uang di dompet gue, hehehe bercanda.
Masa muda
itu masa yang sangat produktif sekali gaes. Produktif yang gue maksudkan bukan
produktif ngasilin anak. Ngeres aja pikirannya. Produktif disini adalah tentang
berkarya. Saat-saat kuliah begini, pikiran kita itu masih fresh, waktu
luang kita itu banyak, ide-ide bertaburan, semangat kita membara. Sayang banget
kalau kesempatan dan semangat itu kita gunakan untuk pacaran. Mendingan
berkarya kayak gue gini, nulis komedi walaupun garing, gak apa-apa. Berkarya
juga banyak macamnya, gak harus nulis. Bisa buat film pendek, ngarang lagu-lagu
yang positif, melukis, buat kerajinan tangan, dan sebagainya. Kalau gak
berkarya ya berwirausaha, uh banyak lah pokoknya. Nah, gunain masa muda kita
untuk itu, daripada pacaran dan berdua-duaan di kontrakan atau kos-kosan, kan
bahaya. Yang ketiganya ntar gue,,,,,, ngintip.
***
Penyesalan Terdalam
Salah
satu hal yang buat gue nyesek ketika kuliah adalah ketika melihat orang yang
gue suka udah nikah. Gue numpang curhat gak apa-apa kan?. Itu kalau hal
yang buat nyesek, kalau yang buat gue nyesal alias penyeselan terdalam gue
ketika kuliah adalah; gue gak ikut organisasi. Sumpah, gue nyesel banget. Organisasi
itu penting kawan. Dengan berorganisasi kita bisa menambah pengalaman, wawasan,
teman dan jaringan.
Bagi
kalian yang ntar baru masuk kuliah ni, jangan sampai gak ikut organisasi.
Jangan sampai takut organisasi karena mendengar bisikan-bisikan sumbang seperti
ini; “Ikut organisasi itu buat lama kuliah”, “Ikut organisasi itu buat capek
jak”, “Ikut organisasi itu hanya ngambil
minum dan makan gratis doang, jangan ikut”, “Ikut organisasi itu hanya cari
sensasi”, “Ikut organisasi itu hanya pencitraan, biar bisa nyalon presiden”,
jangan dengerin yang kayak gitu!.
Gue juga
dulu gitu waktu di awal-awal kuliah, gue udah dihipnotis agar gak ikut
organisasi.
“Yazid,
tarik nafas anda dalam-dalam!”, pesan penghipnotis. “Tarik lewat hidung,
keluarkan lewat pantat!, ‘pretttttttt...........tuuuuuuttttttt.......prouttttttt.......’
suara kentut gue langsung keluar menuruti perintah.
“Jika
anda mendengar ajakan senior anda untuk ikut organisasi, maka anda harus
menolaknya. Karena itu bisa memperlama kuliah anda. Anda paham?”, tanya
penghipnotis
Gue mengangguk-ngangguk.
“Oke,
ketika anda mendengar mantan anda memanggil anda, maka bukalah mata anda!”,
“Yazid,
Yazid, balikan lagi yuk!”, suaranya halus, memang seperti suara mantan gue,
hanya agak serak-serak laki dikit.
Gue langsung
membuka mata, pas gue liat ternyata itu senior yang ngospek gue waktu itu. “Kamu
lagi, lari keliling kota Pontianak dua putaran!”.
“Ampun
bang........”
Semenjak
itulah gue gak bisa ikut organisasi. Keinginan dalam hati itu sebenarnya ada,
tapi ketika sampai di ruang sekretariat organisasi untuk mendaftarkan diri, gue
langsung menghindar gak jadi, seperti ada yang menarik-narik gue untuk gak masuk.
Sekarang
pas penghipnotisnya udah meninggal, gue baru sadar, ternyata organisasi itu
penting. Kawan-kawan gue yang ikut organisasi udah pada terbang keliling
Indonesia berkat ikut organisasi. Kawan-kawan gue yang ikut organisasi jadi
sering aktif di kampus, ngadain kegiatan, ngadain seminar, ngadain acara
pertemuan, keren lah pokoknya. Sementara mahasiswa kayak gue gini (yang gak ikut
organisasi), kerjaannya pergi kuliah, pulang, tidur, sama berak, begitu
terus. Menjijikkan.
Organisasiphobia
(takut ikut organisasi karena takut lama
kuliah) itu juga gak betul. Banyak kok mahasiswa/i yang ikut organisasi malah
cepat selesai kuliah. Banyak juga malah yang gak ikut organisasi tapi kuliahnya
lama, contoh nyatanya gue. Jadi gak ada hubungannya antara organisasi
sama lambat nyelesain kuliah.
***
Skripshit
Kita
sampai di curhatan akhir kuliah gue. Yang ini sengaja gue letakkin di akhir
karena gue agak malas membahasnya. Jika di dunia ini hanya ada skripsi, dosen
pembimbing, dosen penguji dan staf TU, maka gue mending pilih keluar aja dari
dunia ini. Sumpah.
Enam
bulan, skripsi gue gak kelar-kelar. Faktor lama selesainya bukan karena gue
malas, bukan itu. Faktor utamanya adalah karena gue gak rajin. Sama ya?,
hehehe. Bimbingan skripsi itu gak semulus bulatan cilok, ada aja kesalnya.
“Permisi
pak”, gue masuk ke ruangan dosen pembimbing gue.
Pas gue
masuk, muka dosennya udah masam, “Kau lagi, kau lagi. Nanti aja ya, saya mau keluar
sebentar, mau jemput anak saya di sekolah”.
Beberapa
jam kemudian, pas dosennya udah datang, gue masuk lagi ke ruangannya, “Permisi
pak, mau bimbingan”, gue nunduk-nunduk mendekati dosen tersebut.
“Waduh,
saya mau ngajar ni. Udah telat malahan. Nanti aja ya, abis ngajar”, dia
langsung ninggalin gue.
Buset.
Gue pun menunggu
si dosen di salah satu kursi yang telah disediakan. Saking lamanya nunggu,
tumbuhan melata merayap melilit tubuh gue. Jamur-jamur bertumbuhan di pundak
gue, panuan soalnya. Sekitar tiga jam nunggu, dosennya pun datang.
“Pak, mau
bimbingan skripsi”, Gue nyodorin berkas gue.
“Simpan
aja di atas meja, besok saya koreksi”, jelasnya.
“Kalau
tau gitu, ngapain gak dari pagi aja bapak suruh saya letakkin di meja bapak.
Kan gak capek-capek saya nunggu bapak dari pagi sampai sore begini”, gue
teriak-teriak karena saking kesalnya.
Dosennya
langsung kejang-kejang.
Belum
lagi kalau pas dosennya ngoreksi, weuh, itu rasanya kayak makan gulali
yang dibuat dari mercury.
“Ini
latar belakang kamu ini terlalu banyak”, dosen gue ngomel-ngomel sambil
nyoret-nyoret latar belakang gue.
“Ini
juga, ngapain ada bahasa aneh masuk dalam skripsi kayak gini?”, dosen gue
langsung nyodorin skripsi gue supaya gue melihat bahasa aneh yang udah gue tulis.
“Mana pak?”,
tanya gue
“Ini!”,
dosen gue nunjuk-nunjuk ke salah satu kata , ternyata kata itu adalah; BAPER.
“Oh ini
anu pak, pas saya wawancara gurunya tentang masalah metode pembelajaran, dia
juga kebawa-bawa cerita masalah rumah tangganya”, jelas gue polos. “Makanya,
saya bingung kata apa yang tepat untuk menggambarkan situasi itu. Daripada kelamaan
bingung, saya tulis aja; ‘salah satu guru yang saya wawancarai pada saat itu
sering baper ketika dia menjelaskan mengenai metode pembelajaran,
sehingga saya sulit untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya’.”
“Pergi!!!”,
gue langsung diusir dari ruangan.
***
Cukup sekian
curhatan akhir kuliah gue. Sepertinya ini adalah tulisan gue yang terakhir (stop sementara),
karena besar kemungkinan gue akan mulai sibuk ngurus skripsi lagi dan juga sibuk nyari pokemon. Karena hanya
itu yang bisa membuat orang tua gue bahagia, sekaligus membuat mantan gue gak
bertanya lagi, “Kapan wisuda?”.