Abdullah ibn Abdi Nahm ibn Afif Al-Muzni
seorang anak yatim piatu. Semua beban kehidupannya ditanggung oleh pamannya,
seperti pakaian, makanan, tempat tinggal dan sebagainya.
Pada suatu hari ia mendengar kabar bahwa
di suatu tempat ada seorang Rasul yang membawa agama yang lurus yaitu agama Islam.
Seorang Rasul itu ialah Rasulullah Muhammad saw.
Abdullah seorang anak yatim piatu ini
penasaran dan sangat berkeinginan besar untuk menemui Rasulullah saw. ketika
keinginan Abdullah begitu menggebu untuk menemui Rasulullah saw, Abdullah jatuh
sakit dan menunda keinginannya.
Setelah beberapa hari beristirahat, kini
Abdullah pun sehat kembali dan bersiap untuk pergi menemui Rasulullah saw
bahkan ingin masuk Islam. Abdullah pun izin dengan pamannya yang mengasuh si
Abdullah ini. Abdullah berkata dengan pamannya “wahai pamanku, telah lama aku
menunggu keislamanku, dan aku melihat engkau tidak bersemangat”.
Abdullah melihat di raut wajah pamannya
yang hampir marah, karena pamannya yang telah mengasuhnya, memberinya makan,
menyediakan tempat tinggal untuknya tidak rela untuk Abdullah menemui
Rasulullah saw dan masuk Islam. Lalu pamannya menjawab dengan keras “Demi Tuhan, jika engkau masuk Islam,
aku akan menarik kembali semua yang aku berikan kepadamu, harta, makanan,
tempat tinggal, pakaian dan sebagainya”.
Lalu apa jawab Abdullah?
Apa jawab seorang anak yatim piatu ini?
Apa jawab seorang yang tak punya tempat
tinggal, tak punya orang tua, tak punya tempat lagi jika ia pergi dari
pamannya?
Abdullah menjawab dengan perkataan yang
tanpa sedikit keraguan dan penuh dengan keyakinan. Ia menjawab “Melihat
Muhammad lebih baik bagiku dari dunia dan seluruh isinya”. Subhanallah. Padahal
resiko perginya Abdullah adalah hilangnya semua yang dimilikinya dan tidak
bertemu lagi dengan pamannya. Namun karena ini untuk Allah swt, Rasulullah saw,
dan Islam, semua hartanya, tempat tinggalnya, pakaiannya, bahkan tali keluarga
dengan pamannya rela ia korbankan.
Lalu apa respon dari pamannya?
Tentu dengan kemarahan yang begitu besar,
pamannya merobek-robek pakaian yang dikenakan Abdullah bahkan melucutinya.
Kemudian pamannya pergi meninggalkan Abdullah dan tak lagi menegurnya.
Abdullah sendiri di luar rumahnya dengan
pakaian yang habis terkoyak-koyak. Ia menatap potongan atau robekan pakaiannya
yang terjatuh ke tanah. Lalu apa yang dilakukan Abdullah? Ia memungut robekan
pakaiannya dan mengenakannya kembali ke badannya sebisannya, Allahuakbar.
Dengan pakaian seperti itu, dengan robekan dimana-mana, sambil menjinjing
robekan yang hampir terjatuh setiap langkah kaki kecilnya ia bergegas menemui
Rasulullah saw. Subhanallah.
Kisah ini begitu mengharukan. Seorang
yatim piatu, tidak punya rumah, tidak punya orang tua, tidak punya tempat
tinggal kecuali apa yang diberikan pamannya. Namun kecintaannya pada Rasulullah
saw tak membuat ia bersedih ketika semua kehidupan dunianya hilang.
Selanjutnya ia berjihad bersama
Rasulullah saw dan mati syahid. Ketika jenazah Abdullah dikuburkan Rasulullah
saw berdo’a untuk kepergiannya. Rasullah saw berdo’a “Ya Allah, aku telah
meridhai kepergiannya, maka ridhoilah dia”. Ibn Mas’ud berkata, “Betapa
bahagianya jika yang dikuburkan ini adalah aku”, saking begitu inginnya para
sahabat mati syahid seperti Abdullah.
Lalu bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada
Rasulullah saw?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada
sunnah dan tuntunan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw?
Abu bakar ra menangis ketika ia tahu
bahwa ajal Rasul sudah dekat, ia sedih ketika mengenang Rasulullah saw, bahkan
ia ingin cepat-cepat menyusul Rasulullah saw.
Abu Thalhah ra mengrobankan lehernya demi
Rasulullah saw, Abu Dujanah ra ketika perang menjadi perisai rasulullah saw
sehingga berpuluh-puluh anak panah menembus tubuhnya, Allahuakbar. Thalhah bin
Ubaidillah dan sebelas orang Anshar mati demi membela rasul di medan perang.
Thalhah bin Ubaidillah sampai merelakan tangannya putus ditebas oleh pedang
musuh dan jari-jarinya terputus juga.
Tidak hanya itu saja, ketika khamr
diharamkan, Madinah banjir dengan khamr karena begitu cepatnya mereka ingin
memenuhi perintah Rasulullah saw. dalam hadis lain bagaimana seorang wanita
rela melepas gelangnya setelah mendengar ancaman Rasulullah saw. kemudian pada
hadis lainnya bagaiamana para wanita rela berjalan merapat ke dinding demi
memenuhi perintah Rasulullah saw sampai ada yang tersangkut hijabnya ke tembok
karena saking rapatnya.
Semua sahabat, baik perempuan maupun
laki-laki, baik yang kalangan tua maupun muda, baik yang kaya maupun miskin,
mereka semua mencintai rasulullah saw.
Bagaiamana dengan kita?
Berapa banyak dari kita mengidolakan
orang-orang yang jauh dari islam dan kebaikan. Mengidolakan ketampanannya, kecantikannya,
kekayaannya, keahliannya. Bahkan di kamar terpajang foto-foto mereka, lemari-lemari
dipenuhi dengan buku-buku yang berkaitan dengan gaya hidup mereka. Hafal gaya
mereka, hafal gerak-gerik mereka, hafal lagu yang mereka ciptakan, hafal
silsilah keturunan dan nenek moyang mereka, hafal jalan hidup mereka. tidak
hanya itu saja, terkadang banyak dari kita sampai mampu meniru gerakan mereka
persis dengan idola tersebut. mengikuti gaya hidupnya, pakaiannya, cara
bicaranya, cara makannya dan sebgagainya.
Lalu kapan kita baru bisa mencintai Rasulullah
saw?
Lalu kapan kita baru mau mengikuti sunnah
Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru membaca hadis-hadis
Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau menjadi pembela
Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau mengorbankan
hidup ini untuk Rasulullah saw, seperti pengorbanan sahabat di atas?
Dan kapan kita baru mau bisa menangis
untuk Rasulullah saw dan dapat merasakan rindu yang dalam untuk bertemu dengan
Rasulullah saw?
Rasulullah saw adalah orang yang terbaik,
rasulullah saw paling baik akhlaknya, orang nomor 1 di dunia, paling ganteng, paling
tegap badannya, dan sangat menyayangi umatnya.
Apa yang diucapkan Rasulullah saw ketika
ajal menjemputnya?
Ummati...ummati...(umatku..umatku).......
Begitu sayangnya beliau kepada kita,
begitu khawatirnya beliau dengan kita, dan begitu inginnya beliau agar kita
selamat.
Kapan kita menjawab kasih sayang Rasulullah
saw?
Kapan kita menjawab panggilannya?
Wallahi.......kita ditipu oleh gelapnya zaman, oleh
media, oleh idola-idola yang dibuat orang kafir.....kita dilalaikan dari
mengingat Rasulullah saw.....kita dilalaikan untuk mencintai Rasulullah
saw....padahal jika kita mengalihkan perhatian kita ke Rasulullah saw, maka air
mata ini tidak akan pernah henti-hentinya mengalir ketika kita rindu dan ingin
bertemu dengan beliau.
Semoga Allah swt memberi petunjuk untuk
kita bisa menicintai Allah swt, Rasulullah saw, dan agama ini.............
0 komentar:
Posting Komentar