Selasa, 12 Agustus 2014

MENCINTAI RASULULLAH SAW




Abdullah ibn Abdi Nahm ibn Afif Al-Muzni seorang anak yatim piatu. Semua beban kehidupannya ditanggung oleh pamannya, seperti pakaian, makanan, tempat tinggal dan sebagainya.
Pada suatu hari ia mendengar kabar bahwa di suatu tempat ada seorang Rasul yang membawa agama yang lurus yaitu agama Islam. Seorang Rasul itu ialah Rasulullah Muhammad saw.
Abdullah seorang anak yatim piatu ini penasaran dan sangat berkeinginan besar untuk menemui Rasulullah saw. ketika keinginan Abdullah begitu menggebu untuk menemui Rasulullah saw, Abdullah jatuh sakit dan menunda keinginannya.
Setelah beberapa hari beristirahat, kini Abdullah pun sehat kembali dan bersiap untuk pergi menemui Rasulullah saw bahkan ingin masuk Islam. Abdullah pun izin dengan pamannya yang mengasuh si Abdullah ini. Abdullah berkata dengan pamannya “wahai pamanku, telah lama aku menunggu keislamanku, dan aku melihat engkau tidak bersemangat”.
Abdullah melihat di raut wajah pamannya yang hampir marah, karena pamannya yang telah mengasuhnya, memberinya makan, menyediakan tempat tinggal untuknya tidak rela untuk Abdullah menemui Rasulullah saw dan masuk Islam. Lalu pamannya menjawab  dengan keras “Demi Tuhan, jika engkau masuk Islam, aku akan menarik kembali semua yang aku berikan kepadamu, harta, makanan, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya”.
Lalu apa jawab Abdullah?
Apa jawab seorang anak yatim piatu ini?
Apa jawab seorang yang tak punya tempat tinggal, tak punya orang tua, tak punya tempat lagi jika ia pergi dari pamannya?
Abdullah menjawab dengan perkataan yang tanpa sedikit keraguan dan penuh dengan keyakinan. Ia menjawab “Melihat Muhammad lebih baik bagiku dari dunia dan seluruh isinya”. Subhanallah. Padahal resiko perginya Abdullah adalah hilangnya semua yang dimilikinya dan tidak bertemu lagi dengan pamannya. Namun karena ini untuk Allah swt, Rasulullah saw, dan Islam, semua hartanya, tempat tinggalnya, pakaiannya, bahkan tali keluarga dengan pamannya rela ia korbankan.
Lalu apa respon dari pamannya?
Tentu dengan kemarahan yang begitu besar, pamannya merobek-robek pakaian yang dikenakan Abdullah bahkan melucutinya. Kemudian pamannya pergi meninggalkan Abdullah dan tak lagi menegurnya.
Abdullah sendiri di luar rumahnya dengan pakaian yang habis terkoyak-koyak. Ia menatap potongan atau robekan pakaiannya yang terjatuh ke tanah. Lalu apa yang dilakukan Abdullah? Ia memungut robekan pakaiannya dan mengenakannya kembali ke badannya sebisannya, Allahuakbar. Dengan pakaian seperti itu, dengan robekan dimana-mana, sambil menjinjing robekan yang hampir terjatuh setiap langkah kaki kecilnya ia bergegas menemui Rasulullah saw. Subhanallah.
Kisah ini begitu mengharukan. Seorang yatim piatu, tidak punya rumah, tidak punya orang tua, tidak punya tempat tinggal kecuali apa yang diberikan pamannya. Namun kecintaannya pada Rasulullah saw tak membuat ia bersedih ketika semua kehidupan dunianya hilang.
Selanjutnya ia berjihad bersama Rasulullah saw dan mati syahid. Ketika jenazah Abdullah dikuburkan Rasulullah saw berdo’a untuk kepergiannya. Rasullah saw berdo’a “Ya Allah, aku telah meridhai kepergiannya, maka ridhoilah dia”. Ibn Mas’ud berkata, “Betapa bahagianya jika yang dikuburkan ini adalah aku”, saking begitu inginnya para sahabat mati syahid seperti Abdullah.
Lalu bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada Rasulullah saw?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada sunnah dan tuntunan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw?
Abu bakar ra menangis ketika ia tahu bahwa ajal Rasul sudah dekat, ia sedih ketika mengenang Rasulullah saw, bahkan ia ingin cepat-cepat menyusul Rasulullah saw.
Abu Thalhah ra mengrobankan lehernya demi Rasulullah saw, Abu Dujanah ra ketika perang menjadi perisai rasulullah saw sehingga berpuluh-puluh anak panah menembus tubuhnya, Allahuakbar. Thalhah bin Ubaidillah dan sebelas orang Anshar mati demi membela rasul di medan perang. Thalhah bin Ubaidillah sampai merelakan tangannya putus ditebas oleh pedang musuh dan jari-jarinya terputus juga.
Tidak hanya itu saja, ketika khamr diharamkan, Madinah banjir dengan khamr karena begitu cepatnya mereka ingin memenuhi perintah Rasulullah saw. dalam hadis lain bagaimana seorang wanita rela melepas gelangnya setelah mendengar ancaman Rasulullah saw. kemudian pada hadis lainnya bagaiamana para wanita rela berjalan merapat ke dinding demi memenuhi perintah Rasulullah saw sampai ada yang tersangkut hijabnya ke tembok karena saking rapatnya.
Semua sahabat, baik perempuan maupun laki-laki, baik yang kalangan tua maupun muda, baik yang kaya maupun miskin, mereka semua mencintai rasulullah saw.
Bagaiamana dengan kita?
Berapa banyak dari kita mengidolakan orang-orang yang jauh dari islam dan kebaikan. Mengidolakan ketampanannya, kecantikannya, kekayaannya, keahliannya. Bahkan di kamar terpajang foto-foto mereka, lemari-lemari dipenuhi dengan buku-buku yang berkaitan dengan gaya hidup mereka. Hafal gaya mereka, hafal gerak-gerik mereka, hafal lagu yang mereka ciptakan, hafal silsilah keturunan dan nenek moyang mereka, hafal jalan hidup mereka. tidak hanya itu saja, terkadang banyak dari kita sampai mampu meniru gerakan mereka persis dengan idola tersebut. mengikuti gaya hidupnya, pakaiannya, cara bicaranya, cara makannya dan sebgagainya.
Lalu kapan kita baru bisa mencintai Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau mengikuti sunnah Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru membaca hadis-hadis Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau menjadi pembela Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau mengorbankan hidup ini untuk Rasulullah saw, seperti pengorbanan sahabat di atas?
Dan kapan kita baru mau bisa menangis untuk Rasulullah saw dan dapat merasakan rindu yang dalam untuk bertemu dengan Rasulullah saw?
Rasulullah saw adalah orang yang terbaik, rasulullah saw paling baik akhlaknya, orang nomor 1 di dunia, paling ganteng, paling tegap badannya, dan sangat menyayangi umatnya.
Apa yang diucapkan Rasulullah saw ketika ajal menjemputnya?
Ummati...ummati...(umatku..umatku).......
Begitu sayangnya beliau kepada kita, begitu khawatirnya beliau dengan kita, dan begitu inginnya beliau agar kita selamat.
Kapan kita menjawab kasih sayang Rasulullah saw?
Kapan kita menjawab panggilannya?
Wallahi.......kita ditipu oleh gelapnya zaman, oleh media, oleh idola-idola yang dibuat orang kafir.....kita dilalaikan dari mengingat Rasulullah saw.....kita dilalaikan untuk mencintai Rasulullah saw....padahal jika kita mengalihkan perhatian kita ke Rasulullah saw, maka air mata ini tidak akan pernah henti-hentinya mengalir ketika kita rindu dan ingin bertemu dengan beliau.
Semoga Allah swt memberi petunjuk untuk kita bisa menicintai Allah swt, Rasulullah saw, dan agama ini.............

Share:

0 komentar:

Posting Komentar