Minggu, 03 Januari 2016

MEDIA, PEMUDA, DAN REVOLUSI (3)

Sebelum kita melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, saya ingin mengingatkan lagi mengenai sejarah media massa di Indonesia dari dua jawaban sebelumnya. Pertama-tama media lahir dari keresahan rakyat yang merasa dirugikan dari kegiatan imperialisme, sehingga muncul media-media yang membuat rakyat bagkit dan sadar tentang keterpurukan hidup mereka. di masa awal kemerdekaan media sangat pro rakyat sekali, sehingga media menjadi perintis dan pengawal kemerdekaan.

Di era sekarang, karena media besar dimiliki oleh para pemilik modal, maka media massa tidak lagi sepenuhnya memihak ke rakyat, kalaupun ada biasanya perannya tidak besar. Di era sekarang ini rakyat hanya menjadi komoditas pasar dan target bisnis dari pemilik modal. Parahnya sifat dasar manusia ingin sesuatu yang menyenangkan, maka media memberi kenyamanan dan ketenangan itu. Sehingga lahirlah banyak acara-acara yang bersifat hiburan seperti acara musik, talk show, sinetron, game show, kuliner dan lain-lain yang bersifat hiburan, sambil sesekali menyelipkan iklan-iklan suatu produk. Media banyak ngambil untung, sementara rakyat yang menjadi target pasar tadi malah bodoh dan tidak kritis. Karena jujur saja, acara-acara hiburan di atas tidak memberikan dampak perubahan yang besar pada diri kita kecuali hanya sebagai hiburan semata, maka waktu kita habis berkutat pada sesuatu yang tidak bersifat produktif.

Maka timbullah pertanyaan ketiga, “Bagaimana kita merubah kebiasaan ini?”, atau kasarnya “Bagaimana kita membawa kemerdekaan kembali, seperti media pada zaman kemerdekaan dulu yang mereka kritis terhadap pemerintahan kolonial yang menjajah?”.

Untuk menjawab itu sangat mudah sekali, apalagi jika yang berkeinginan untuk merubah adalah anak-anak muda yang mahir dalam hal teknologi dan informasi sekarang ini.

Di zaman sekarang persebaran media tidak terbatas hanya pada stasiun TV atau surat kabar saja. Tapi wilayah persebaran informasi sudah melesat luar biasa, karena sudah adanya internet. Dengan internet kita dapat mengakses media sosial. Pamor media sosial dalam menyebarkan informasi bahkan mampu menyaingi stasiun TV dan surat kabar. Mengapa bisa demikian? Karena pengakses media sosial lebih banyak ketimbang pengakses berita di stasiun televisi dan surat kabar, apalagi para anak mudanya. Kalau kita bertanya kepada para anak muda entah itu pelajar atau mahasiswa, “Apakah mereka sering update status atau baca koran?”, tentu mereka akan jawab lebih sering update status. Kalau kita tanya kepada pelajar atau mahasiswa, “Lebih sering browsing dan nonton youtube atau nonton berita di televisi?”, tentu mereka akan jawab lebih sering brwosing di internet dan nonton youtube daripada mantengin berita. Hal diatas menunjukkan bahwa generasi muda lebih banyak berkutat di dunia maya daripada nonton berita atau baca koran.

Oleh karena itu anak muda sekarang sebenarnya punya kesempatan yang lebih besar untuk sebuah Revolusi dibanding anak muda zaman penjajahan dan zaman Orde Baru. Gerakan anak muda di media pada zaman penjajahan masih dimata-matai oleh penjajah, sehingga ada rasa takut untuk terbuka menyuarakan kemerdekaan. Di masa orde baru gerakan wartawan muda (AJI) harus diintai terus oleh pemerintahan Soeharto, begitu pula  mahasiswanya. Tapi di era ini, anak muda bebas mengemukakan pendapat dan protesnya atas ketidaksepakatan mereka dengan siapa saja terutama pemerintah.

Namun sayangnya, anak muda zaman sekarang tidak memanfaatkan momentum ini. Anak muda menggunakan media sosial mereka untuk narsis pada hal-hal yang bersifat personal dan individual bukan untuk kepentingan banyak. Coba lihat media sosial remaja zaman sekarang, lihat!. Apa yang mereka upload?, apa yang mereka posting?, apa yang mereka protes?, apa yang mereka keluhkan?, apa yang mereka tangisi?.

adakah anak muda yang mau protes terahdap pemerintah, yang mereka masih tidak memperdulikan rakyat miskin?, adakah anak muda mau buat status tentang kesedihan mereka tehadap negeri yang barang tambangnya dikuras habis oleh bangsa asing?, adakah anak muda yang mereka upload foto-foto rakyat-rakyat miskin yang tidak dapat jaminan kesehatan, susah berobat ke rumah sakit dsb, agar disitu timbul komentar dari kawan supaya semuanya bersikap empati dan peduli terhadap kondisi rakyat miskin?, adakah anak muda di media sosial yang mau mengajak kawan-kawan mereka untuk mengawasi jalannya pemerintahan ini?, hampir jarang sekali.

kita punya kesempatan itu tapi tidak kita manfaatkan. Kita punya senjata saat ini yaitu media sosial tapi tidak kita gunakan untuk menembaki para pecundang-pecundang negeri. Kita punya kesempatan untuk menulis status, bebas apa saja, tapi kebebasan itu tidak kita gunakan untuk sesuatu yang membangun. Kita punya ruang untuk mengunggah foto dan video, tapi apa yang kebanyak diunggah?, foto pribadi, foto bersama pacar, foto makan bareng teman. Buta!!! mata kita terhadap jutaan rakyat miskin yang masih harus menjadi pengemis dan gelandangan di negeri sendiri.

Beginikah pemuda yang cinta kemerdekaan?, beginikah pemuda yang cinta pahlawan?, beginikah pemuda yang agamis?, beginikah pemuda penerus bangsa?, kalau begini, saya mending tidak hidup di zaman ketika kalian memimpin, karena saya yakin negeri ini menjadi lebih suram dari zaman kolonial dulu.

Saya tidak mengajak untuk berdemo di jalan, karena mungkin itu cukup berat untuk para anak muda yang non aktivis. Tapi saya mengajak untuk semua anak muda agar menyadari fasilitas dan kesempatan yang kita punya agar dimanfaatkan bukan hanya untuk kepentingan pribadi saja tapi juga untuk memperbaiki kondisi yang memang sudah saatnya untuk diperbaiki

Wassalam..........
Share:

0 komentar:

Posting Komentar