Selasa, 05 Januari 2016

ISLAM DI MATA ORANG JEPANG (OPERASI BUKU)

Saya masih ingat waktu saya Aliyah dulu, ketika sekolah dan mondok di sebuah pondok pesantren. Sebagai sekolah yang berlatar belakang agama Islam sudah tentu akan ada banyak hal yang ditemukan yang kaitannya dengan agama di tempat saya menempuh pendidikan ini. Di pondok ini saya tidak hanya mendapati belajar aqidah, fiqih, dan akhlak saja, akan tetapi mulai meluas ke pemikiran-pemikiran atau perbedaan pemikiran Islam di Indonesia.

Ada dua organisasi besar yang sering menjadi bahan debat kawan-kawan waktu itu, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Perbedaan dua organisasi ini yang sangat sering dimunculkan di permukaan diskusi adalah mengenai perbedaan tentang penentuan awal bulan Ramadhan dan Hari Raya Id.

Saya masih ingat ketika diskusi diadakan, guru menyatukan dua kelas yang berbeda yaitu kelas jurusan IPA dan IPS menjadi satu kelas dan isu mengenai kedua organisasi tersebut didiskusikan. Karena para siswa dan siswi tidak punya bekal yang mendalam terkait isu tersebut, maka yang terjadi adalah debat kusir serta sanggahan yang ekstrem, yang membuat kedua organisasi tersebut seperti tidak akur.

Ketika melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang background agama Islam, saya kembali menemukan perbedaan-perbedaan golongan dalam Islam lebih banyak lagi, tidak sekedar NU dan Muhammadiyah, bahkan untuk kedua organisasi ini clear tidak ada masalah yang begitu serius mendera. Namun selain organisasi tersebut, ternyata ada banyak golongan lain yang saya baru ketahui dan kemudian saya melihat perbedaan-perbedaan diantaranya begitu kuat.

Sebagai seorang muslim yang takut dan care pada keyakinan dalam agama, tentu saja perbedaan-perbedaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada jalan yang ditempuh dan harus ada pengetahuan tentang golongan mana yang menyimpang dan tidak menyimpang. Maka saya mencoba mengamati perbedaan-perbedaan ini dengan studi kepustakaan. Mencari buku-buku yang kira-kira bisa mejawab masalah tersebut, atau paling tidak buku-buku yang dapat menampilkan pemahaman-pemahaman dari golongan-golongan yang ada, terutama golongan Islam yang ada di Indonesia.

Dan pada akhirnya saya menemukan satu buku yang menurut saya lumayan mengupas masalah-masalah perbedaan-perbedaan antara golongan-golongan dalam Islam. Buku itu ditulis oleh Hisanori Kato berjudul Islam Di Mata Orang Jepang terbitan Kompas. Buku ini sebenarnya tidaklah membuat perbedaan-perbedaan semakin meruncing, tapi tujuan buku ini adalah mencari titik temu dari beberapa golongan yang ada.


Buku ini tidak melihat golongan-golongan atau organisasinya, akan tetapi lebih tertuju kepada pemimpin dari tokoh-tokoh tersebut. ada tokoh Bisma Siregar (pakar hukum), Mohamad Sobary (sosiolog, kolumnis, dan budayawan), Eka Jaya (anggota FPI), Ismail Yusanto (Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia), Ulil Abshar Abdalla (Ketua Jaringan Islam Liberal), Lily Munir (tokoh kesetaraan gender), Fadli Zon (Tokoh Politik Islam), Abu Bakar Ba’asyir (Tokoh Islam Fundamental), dan Gus Dur (tokoh Islam Nusantara).

Menurut saya penjabaran oleh Hisanori Kato terkait beberapa tokoh diatas sudah lumayan dalam menambah wawasan saya mengenai perbedaan-perbedaan yang ada terkait antar beberapa golongan yang ada di tubuh umat Islam di Indonesia. Ada beberapa hal yang menurut saya luar biasa dari tulisan Hisanori Kato ini. Pertama, dalam tulisan beliau, dia menyampaikan apa adanya namun dibalut dengan kata-kata yang tidak memihak salah satu tokoh, semua tokoh dibahas dengan penuh kelebihan dan kharisma masing-masing tanpa menjelek-jelekkan tokoh. Kedua, saya setuju dengan epilog dari tulisan beliau yang mengharapkan adanya diskusi antar tokoh-tokoh tersebut, karena selama ini para tokoh-tokoh besar yang ada pada masing-masing golongan jarang bertemu dalam kehangatan, yang ada justru pertikaian tanpa pernah bertemu.

Hisanori kato menyadari betul bahwa di semua tokoh-tokoh tersebut ia merasakan kehangatan dan kenyamanan saat bertemu untuk melakukan dialog atau wawancara. Tidak adanya tindakan yang membuat Hisanori Kato merasa kecewa dan tidak nyaman ketika bertemu para tokoh-tokoh di atas.

Setelah membaca tulisan Hisanori Kato, saya melihat perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak harus menimbulkan kebencian antar umat muslim, seperti waktu ketika saya Aliyah dimana anak muda yang mengaku NU kadang menyindir anak muda yang mengaku Muhammadiyah, begitu juga sebaliknya.

Di saat sekarang saya masih merasakan pilu yang cukup mendalam ketika di dunia maya dan dunia nyata, golongan Islam di Indonesia saling membalas opini, gambar, anekdot, yang latar belakangnya karena benci dsb. Padahal jika perbedaan ini didiskusikan mungkin tidak terjadi kebencian yang begitu mendalam diantara golongan tersebut.

Dari tulisan Hisanori Kato saya belajar satu hal, bahwa teologi, tafsiran, pemahaman, pemikiran manusia jika dibenturkan satu sama lain akan menimbulkan gesekan kebencian karena setiap manusia akan mengaku dirinyalah yang benar, tapi sepertinya tidak akan terjadi bila manusia itu bertemu secara fisik dan mendiskusikan kembali pemikiran mereka dengan meninggalkan pemikiran pribadi mereka dan membuka pikiran untuk pendapat orang lain.

Buku Hisanori Kato sangat layak menjadi referensi jika kita ingin memahmi perbedaan-perbedaan golongan di Indonesia namun bukan dengan tujuan untuk mencari kesalahan akan tetapi dengan tujuan mendamaikan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar