Jumat, 21 April 2017

LOLI DAN HARI KARTINI



“Ma, ngapa sih hari ini harus menggunakan pakaian ini,?” tanya Loli sambil menggaruk lehernya yang terkena gesekan kasar kain kebaya.

“Hari ini hari Kartini,” Mamanya menjawab. Saat itu Mamanya sedang memasangkan rok batik panjang untuk bawahan kebayanya Loli. 

“Ma, Kartini itu siapa?,” tanya Loli.

Mamanya tidak menghiraukan pertanyaan Loli. Setelah memasang rok batik, ia kemudian membedaki wajah Loli dengan bedak bayi. Ia membiarkan bedak masih terlihat di beberapa bagian wajah agar lebih tahan lama.

Loli kembali bertanya saat sang Mama sedang menyisir rambutnya, “Kartini itu siapa Ma?.”

“Nanti Loli tanya saja pada Bu Guru ya!,” kata sang Mama sambil membolak balik tubuh Loli untuk memastikan penampilan anaknya hari ini sudah maksimal.

“Kamu udah mirip Syahrini,” puji sang Mama.

“Sebenarnya ini hari Kartini atau hari Syahrini Ma?,” tanya Loli kesal.

Mamanya keluar kamar sambil tertawa.

 
kabayas.wordpress.com

***

Saat Loli sedang sarapan, kakaknya yang bernama Nita keluar dari kamar dan duduk di sampingnya. Nita langsung menyapa Loli, “Hei, kalian memperingati hari Kartini ya hari ini?.”

Loli mengangguk, mulutnya yang menggembung seperti ikan Buntal terus mengunyah sarapan, dan kemudian menelannya. Ia memandangi kakaknya, kedua bola matanya sedikit lebih membesar, memperlihatkan keingintahuan, “Kakak tau Kartini?,” tanya Loli. 

“Ya,” sahut Nita. Bukannya menatap Loli yang sedang bertanya, ia malah sibuk menggeser-geser gadgetnya. 

Merasa tidak diperdulikan, Loli kembali melahap sarapannya.

“Ini kartini,” tunjuk Nita sambil memperlihatkan sebuah gambar  yang ada di media sosialnya kepada Loli.

Loli menoleh ke gambar di media sosial itu. Gambar itu memperlihatkan sosok perempuan yang rambutnya disanggul dan mengenakan kebaya bewarna putih. 

“Kak, gambar itu ada tulisannya, bisakah kau bacakan untukku?,” pinta Loli.

Nita kembali pada gambar Kartini yang ada di gadgetnya dan membaca tulisan yang ada di samping gambar tersebut, “Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.”

“Itu kata-kata Kartini?,” tanya Loli.

“Ya,” Jawab Nita. Setelah itu Nita menyalin gambar tersebut dan menyebarkan kembali lewat akun media sosial miliknya; instagram, facebook, BBM, dll. Ia juga tak lupa membuat caption di bawah gambar, “Selamat Hari Kartini.”

Hari itu media sosial begitu penuh dan sesak dengan gambar Kartini yang kurang lebih sama karena salinan dari gambar teman lainnya, ada juga beberapa kalimat dari Kartini serta ucapan selamat untuk memperingati hari Kartini. 

***

Saat berada di sekolah, Loli menegur Denis –teman sekelasnya-, “Hei Denis.”

Denis menoleh, ingusnya yang diam-diam menggantung dari lubang hidung kirinya ia tarik dengan cepat dalam satu tarikan nafas.

“Kartini tidak menggunakan pakaian seperti itu, ia menggunakan pakaian seperti ini,” ujar Loli sambil menunjuk kebayanya.

Saat itu Denis sedang mengenakan baju batik dan celana kain panjang berwarna hitam.

“Aku kan laki-laki, pakaian itu untuk perempuan.” Jawab Denis. Begitu ingusnya nongol lagi dari lubang hidung, secepat kilat Denis menariknya lagi agar masuk ke dalam sarang (lubang hidung).

“Kau mau jadi Kartini atau tidak?.”

Denis tidak menjawab pertanyaan Loli, ia berlari menuju halaman depan kelas untuk bergabung bersama teman laki-laki lainnya. Saat menuruni tangga sekolah, kakinya salah langkah, ia pun terjatuh. Ia melirik ke kiri dan ke kanan seperti maling buah Cempedak, ketika ia yakin tidak ada yang melihatnya, ia kembali berlari. 

***

Bel berbunyi, semua siswa-siswi masuk ke dalam kelas. Ibu Amelia –guru kelas 2- masuk dan meminta peserta didik untuk berdoa. Ibu Amelia tampak anggun dengan kebaya birunya. Usai berdoa, Ibu Amelia mulai menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini.

“Baiklah anak-anak, kita hari ini akan pawai keliling desa. Setelah itu kembali lagi ke sekolah. Setelah pawai jangan langsung pulang ya, karena kita akan mengadakan lomba. Ada lomba mewarnai, lomba baca puisi, dan lomba nyanyi.”

Anak-anak bertepuk tangan sambil meneriakkan kata “Horeeee.”

Ada juga yang beteriak, “Yeeee.”

Dan ada juga yang tidak berteriak, yaitu Denis.

“Sekarang silahkan baris di lapangan!,” perintah Ibu Amelia. “Langsung ke lapangan!.”

“Bu,” sapa Loli.

“Ada apa Loli?”.

“Tadi pagi aku bertanya pada Mama, “Siapa Kartini?”, Mama tidak jawab, dia malah nyuruh tanya Ibu Guru,” jelas Loli, kedua tangannya memelintir rok batik yang melekat di pinggulnya. “Kartini siapa sih Bu?.”

“Kartini adalah salah satu pahlawan nasional, kita memperingati jasanya di setiap tanggal 21 April.”

“Kartini pahlawan?.”

“Ya. Dia perempuan sama sepertimu, dan dia juga pahlawan.”

“Bolehkah aku jadi seperti Kartini?.”

“Tentu, harus malahan,” jawab Ibu Amelia. “Ayo segera berbaris!,” ajak Ibu Amelia. Kemudian Ibu Amelia segera bergegas ke lapangan menyusul guru lainnya untuk mengatur anak-anak.

Loli berjalan pelan. “Baiklah, aku akan jadi Kartini. Aku akan berpakaian seperti ini setiap hari.”

***
Share:

0 komentar:

Posting Komentar