Awal tahun 2016 saya punya
keinginan untuk menulis novel. Keinginan ini tidak kokoh sebenarnya, karena di
awal tahun 2016, mahasiswa/i angkatan saya sudah mulai mengerjakan skripsi.
Saya bimbang, apakah saya harus fokus dengan keinginan saya untuk menulis novel
atau kenyataan yang ada di lapangan; yaitu harus mengerjakan skripsi?.
Setelah berfikir dan
menimbang dengan benang akhirnya kujadikan layang-layang, akhirnya saya
buat kebijakan dalam hidup saya, yaitu kedua pilihan itu akan saya kerjakan
secara berbarengan.
Dalam proyek menulis novel,
hal pertama yang saya lakukan adalah membaca buku sebanyak-banyaknya, mulai
dari buku non fiksi, novel, cerpen, sampai puisi. Buku-buku ini saya dapatkan
dengan cara menyisihkan 40 sampai 60 persen dari uang jajan saya, sehingga dalam
satu bulannya saya bisa membeli 10 buku bahkan lebih.
Semenjak itu, aktivitas membaca
buku mulai saya rutinkan, biasanya pagi hari mulai dari jam 6 sampai jam 8 pagi
dan malam hari mulai dari jam 8 sampai jam 10 malam. Sementara untuk skripsi
saya fokuskan pada pagi hari dari jam 9 sampai 1 atau 2 siang.
Karena rutinitas membaca
buku lebih kuat daripada mengerjakan skripsi, jadwal pengerjaan skripsi saya
terabas juga sehingga pengerjaan skripsi menjadi terbengkalai selama kurang
lebih tiga bulan. Akibatnya saya tidak bisa mengejar target normal wisuda pada
bulan september 2016.
Padahal menyelesaikan
skripsi itu mudah, modalnya dua; rajin dan fokus. Rajin nunggu dosen dari pagi
sampai sore hari. Fokus pada perbaikan dan pengerjaan. Sayangnya dua hal itu
tidak saya lakukan karena rajin dan fokusnya malah lari ke membaca buku.
Di penghujung tahun 2016
saya tidak lagi memfokuskan pada membaca, melainkan merancang novel yang akan dibuat.
Dari awal saya sudah berencana untuk menulis novel dengan tema perang dan
kekuasaan, dengan serangga sebagai karakter di dalamnya.
Maka mulailah saya riset
tentang dunia serangga. Untuk riset pustaka, saya datang ke perpustakaan daerah
Pontianak. Di ruangan referensi, saya buka beberapa ensiklopedia yang
memberikan informasi mengenai dunia serangga. Setelah itu saya perkaya lagi
bahan tulisan dari artikel-artikel di internet serta mendownload beberapa ebook
yang ada kaitannya dengan karakter dalam novel.
Setelah bahan untuk karakter
sudah banyak, mulailah saya buat peta konsep, sinopsis, plot serta alur cerita.
Setelah itu saya pecah sinopsis itu dalam empat belas bab. Itu semua saya
lakukan di bulan Desember tahun 2016.
Awal tahun 2017, setelah
kembang api dan suara terompet reda saya tidur, paginya barulah saya mulai
menulis. Sepanjang bulan Januari 2017, tangan saya begitu lincah beradu di
papan keyboard, sehingga dalam satu bulan saya sudah menulis 60 halaman dengan
satu spasi. Empat dari empat belas bab terselesaikan. Hingga pada pertengahan
Febuari 2017, tulisan saya sudah sampai 80 halaman.
Karena di awal saya tidak
terlalu kuat riset pada bagian latar, pada saat lanjut ke halaman berikutnya,
saya mengalami writer’s block. Untuk meredamnya, di pertengahan Februari 2017,
saya pergi ke Singkawang untuk riset lapangan dengan tujuan bukit dan rawa.
Sesampainya di Singkawang, naiklah saya ke sebuah bukit dan datanglah saya ke
sebuah rawa untuk riset, mencatat hal-hal penting, dan berfoto ria. Sekembalinya
saya dari Singkawang, kendala itu ternyata bisa dihadapi.
Sampai akhir Februari 2017,
tulisan itu sudah sampai 100 halaman dan ketika diubah dalam satu setengah
spasi tulisannya sudah sampai 150 halaman. Di awal Maret 2017, tepatnya sudah
sampai Bab ke sepuluh –empat bab lagi selesai- saya terkena writer’s block
lagi. Kali ini mandeknya bukan karena riset tapi karena plot cerita atau
pondasi cerita yang sangat-sangat-sangat tidak kuat.
Satu minggu saya berpikir
untuk mengakali bagaimana agar ceritanya bisa diakali atau paling tidak nggak
harus ulang dari awal, dan ternyata tidak bisa. Saya rasa kesalahannya sudah
sangat fatal dan harus berubah di awal. Dan saya menyadari bahwa di awal, plot
yang saya bangun terlalu cepat dan tergesa. Sebab-akibat dalam setiap peritiwa
tidak terpikirkan pada saat penulisan peta konsep dan sinopsis serta plot.
1 tahun lebih berproses dari
mulai menghabiskan siang dan malam untuk membaca, mengesampingkan skripsi
sehingga tidak dapat wisuda di tahun 2016, memotong uang jajan untuk beli buku,
biaya dan tenaga yang terkuras, bahkan sempat stres berat di awal perencanaan
dan bahkan sampai sekarang masih tidak bisa tidur nyenyak karena 150 halaman
harus disimpan dan tidak bisa dilanjutkan, dan semuanya menguap menjadi sebuah
pengalaman yang bisa saja manis bisa saja menyedihkan.
Yah itulah yang namanya
proses.
Saya rasa proses dan latihan
serta usaha yang saya lakukan masih belum maksimal. Satu tahun saya rasa
terlalu cepat untuk membaca dan meresapi setiap bacaan, mengingat masih banyak
buku yang belum saya baca. Dan satu setengah tahun saya rasa terlalu cepat
untuk bisa menulis novel.
Akhirnya tahun ini saya
berhenti dulu mewujudkan keinginan itu, terutama menulis novel. Saya harus
banyak membaca dulu, berlatih menulis di blog dulu, dan kalau jadi lanjut
pendidikan di Jawa nanti saya mau banyak meresap ilmu dari penulis-penulis
besar yang ada di sana dulu.
Tahun ini keinginan untuk menulis
dan menerbitkan buku mau tidak mau ditunda.
0 komentar:
Posting Komentar