Sabtu, 11 Maret 2017

PERAMAL MASA DEPAN



Awalnya saya adalah seseorang yang sering mencoba menebak masa depan seseorang. Masa depan yang  saya maksudkan adalah terkait dengan sukses atau tidaknya mereka dalam mendapatkan pekerjaan dan meniti karir di dunia ini.

Sebenarnya kesukaan untuk menilai dan menebak masa depan bukan berasal dari diri saya, akan tetapi dari para sesepuh yang sudah banyak makan asam garam kehidupan seperti guru dan orang tua. Mereka sering mengajarkan kepada saya atau mungkin kepada kalian semua bahwa orang yang sukses di masa depan adalah mereka yang saat sekolah dan kuliah rajin belajar, patuh kepada guru dan orang tua, tekun, tidak nakal, tidak buat masalah dan masih banyak lagi kriteria-kriteria klise lainnya yang sudah jamak kita dengarkan pada saat makan bersama orang tua atau berada di dalam kelas mendengarkan guru bercerita.

 
Sumber gambar: kumpulankonsultasi.com

Dari modal itulah saya suka menilai masa depan teman-teman. Setiap melihat orang yang sering dapat peringkat satu di kelasnya, saya akan menekan kepala dengan jari telunjuk kiri dan kanan seperti para mentalis saat membaca pikiran korbannya, kemudian menyimpulkan bahwa mereka akan sukses. Setiap melihat teman-teman yang rajin, entah itu rajin belajar, rajin mengerjakan PR, rajin membantu orang tua, rajin berkerja, rajin menyalin tugas dari teman dan sebagainya, maka yang terlintas dalam pikiran adalah mereka itu calon orang yang sukses.

Selain melihat orang yang pintar dan rajin, saya juga kadang-kadang mengamati teman-teman nggak pintar, malas dan nakal. Salah satunya adalah teman saya yang namanya Bakpao. Waktu sekolah dulu Bakpao sering bolos. Rambut Bakpao selalu botak, bukan karena dia suka botak, tapi karena sering mendapatkan hukuman dari ustadz. Baru aja dibotak hari Seninnya, eh Jumat nya udah kena kasus lagi, akhirnya botak lagi. Gitu terus sampai akhirnya Bakpao pindah sekolah dan keluar dari pesantren karena orang tuanya udah nggak tahan liat kelakuan anaknya. Karena kenakalannya itu saya jadi berprasangka kalau Bakpao gedenya ntar bakal jadi preman dan nyusahin orang tua. Atau paling tidak akan jadi penjual bakso meneruskan usaha orang tuanya. Fix...

Selain itu ada juga teman sekolah saya yang lain, namanya Bolu. Kalau Bakpao tadi orangnya nakal dan suka bolos, nah Bolu ini orangnya kurang cerdas dan minderan. Mungkin karena sadar akan kekurang cerdasan dirinya, akhirnya dia juga jadi malas. Kerjaannya tukang copy paste tugas temannya yang lebih pintar, sama kayak saya. Kadang-kadang pas lagi nyalin, temannya mencibir, “Eh gimana mau sukses lo Lu kalau nyontek melulu?.” Kalau udah ditanya seperti itu, dia akan senyum-senyum terhina dan merendahkan diri. Kasian banget nasibnya.

Saat melihat kebiasaan si Bolu, saya jadi berfirasat bahwa dia bukanlah orang yang sukses ke depannya, sebagaimana pandangan teman-teman saya yang ngejekin dia kalau lagi nyalin tugas. Yang ada dalam pikiran saya waktu itu adalah; Bolu bakal jadi petani di kampung, membantu orang tuanya menanam dan memanen padi di pematang sawah sambil memancing belut.

Selain itu ada juga teman saya yang namanya Tongseng. Waktu kuliah kerjaannya nonton film lewat laptop sama main game di gadget. Malasnya luar biasa minta ampun. Nggak peka sama rangsangan alias keadaan. Lamban kayak siput lagi narik batako. Pokoknya nggak banget lah kalau disuruh kerja. Lah tentu saja orang yang kayak Tongseng nggak bakal diterima kalau melamar pekerjaan, penganggurannya bakal lama sehabis kuliah nanti, dan itu yang ada dalam pikiran saya waktu itu. 

***

Saat saya udah hampir selesai kuliah, saya perhatikan lagi teman-teman yang dulu rasanya bakal suram hidupnya, nggak bakal sukses lah pokoknya. Saya intip media sosialnya, tanya kabarnya dan sebagainya, dan ternyata mereka saat ini tidak seperti yang dulu saya kira. Si Bakpao yang nakal luar biasa udah jadi pelaut dan bolak balik Indonesia-Korea. Bolu yang terkenal dengan kebegoannya dalam hal pelajaran udah kerja di travel dan pastinya sering ke luar negeri juga, badan udah makin gemuk saking makmurnya. Dan terakhir Tongseng yang terkenal dengan pemalasnya udah dapat pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan tinggi untuk seukuran fresh graduate seperti dirinya.

Kesimpulannya tebakan saya salah.

Sejak saat itulah saya udah nggak mau lagi membaca masa depan seseorang dengan kriteria yang udah ditetapkan oleh kebanyakan orang mengenai kunci untuk mendapatkan kesuksesan. 

Sekarang saya sudah berpikiran lain. Saya berkesimpulan bahwa ada banyak jalan menuju kesuksesan dan ada banyak pula lobang yang akan membawa kita pada kegagalan. Jadi jangan pernah menilai masa depan seseorang terkait dengan sukses tidaknya dia dengan krteria sukses yang kita punya. Belum tentu sama. Siapa tau mereka punya kunci sukses yang belum pernah kita ketahui.

Begitu pula sebaliknya dengan kegagalan. 

Kesimpulan berikutnya adalah; Kita (manusia) bukan penebak masa depan seseorang, dan tak pantas untuk itu. Kita bukan Tuhan yang menentukan masa depan seseorang apakah di sukses atau tidak, masuk neraka atau surga. Nggak bakal bisa, meskipun peluang untuk benarnya tebakan kita sangat besar. Wong seorang pezina aja bisa masuk surga karena memberi minum anjing. Pezina lo, bukan main-main. Kurang besar apa lagi tu dosa?, tapi bisa masuk surga. 

Akhirnya sekarang, kalau saya melihat orang malas, bodoh, nakal, dan melakukan keburukan lainnya yang kalau dinilai dari kunci sukses ala-ala google mereka nggak bakal sukses, saya jadi optimis, bahwa mereka juga bisa sukses. 

Dan akhirnya, selain itu juga saya sekarang sudah berhenti untuk menebak masa depan mantan...biarkanlah mereka meniti jalan kesuksesan mereka masing-masing bersama pasangannya. Ehm...ehm...

Share:

0 komentar:

Posting Komentar