Selasa, 25 Juni 2013

Kesiapan Menjadi Mahasiswa-Mahasiswi dan Lulusan Prodi PAI di STAIN Pontianak



Nama                          : Ahmad Yazid (1121100062)
Kelas / Semester        : B / II
Mata Kuliah              : Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pembimbing   : Dr. Yusriadi, MA
Kesiapan Menjadi Mahasiswa-Mahasiswi dan Lulusan Prodi PAI di STAIN Pontianak
            Jika kita berbicara masalah Prodi PAI(Pendidikan Agama Islam) Jurusan Tarbiyah, maka yang ada dalam benak kita adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berkompeten menjadi guru agama Islam. Memang tujuan utama dari pembinaan dan pembimbingan yang ada di prodi PAI ini adalah mencetak lulusan-lulusan guru agama Islam yang profesional, bukan malah menjadi seorang pekerja bank yang ada di jurusan syari’ah dan penceramah yang ada di jurusan dakwah, meskipun nantinya ada lulusan yang berpindah haluan berprofesi selain guru. Namun, mereka yang masuk ke dalam Jurusan Tarbiyah terutama di Prodi PAI ini pastilah mengetahui bahwa mereka melakukan kegiatan pembimbingan di sini nantinya akan menjadi seorang guru agama Islam sehingga seharusnya bersikap dan berpengetahuan layakanya seorang guru agama Islam bukan yang lain.
            Jika kita bayangkan seorang guru agama Islam pastinya lebih baik dan lebih patut diteladani dan ditiru dari pada guru-guru umum lainnya baik dari segi akhlak dan ibadahnya. Guru agama Islam akan menjadi tolak ukur suatu kebaikan yang harus diteladani oleh murid-murid yang ia ajar di kemudian hari. Hal demikian bisa terjadi karena guru agama Islam pastinya sudah belajar akhlak islam terutama yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta para sahabat-sahabat beliau. Selain daripada akhlak, guru agama Islam juga sering dianggap makhluk yang suci layaknya para wali, karena mereka telah mempelajari dan lebih memahami tentang apa-apa saja yang ada dalam agama Islam baik itu menyangkut aqidah, syari’ah, dan khuluqiyah. Dalam hal ini berarti beban seorang guru agama Islam berada satu tingkat dibandingkan guru-guru umum lainnya.
            Namun, pada kenyataanya calon-calon guru agama Islam yang bisa kita saksikan di prodi PAI STAIN Pontianak terutama di semester bawah, masih banyak yang belum menunjukkan totalitasnya sebagai guru agama Islam, baik dari segi pengetahuan tentang agama Islam maupun tingkah lakunya, karena dalam kenyataanya para mahasiswa dan mahasiswi prodi PAI dihiasi dengan berbagai tamatan sekolah mulai dari sekolah agama seperti madrasah aliyah negeri maupun swasta, pondok pesantren sampai ke sekolah umum seperti sekolah menengah keatas bahkan sampai sekolah menengah kejuruan pun masuk ke dalam wadah pembimbingan di Jurusan Tarbiyah Prodi PAI ini. para lulusan Prodi PAI juga tidak sedikit yang masih belum menguasai tentang masalah dasar-dasar dalam agama Islam. Kebanyakan dari mereka masih terpaku pada buku atau kitab jika muncul pertanyaan tentang masalah dasar dasar agama Islam seperti syarat-syarat, rukun, dan sunnahnya sholat yang sebenarnya hal semacam ini seharusnya sudah berada di luar kepala bagi seorang guru agama Islam.
           
            Dari segi pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menjadi seorang guru agama Islam, saya masih banyak melihat mahasiswa dan mahasiswi Prodi PAI kurang menguasainya terutama di semester bawah, karena saya juga baru berada di semester bawah, belum mengetahui bagaimana keadaan di semester atas. Dalam menjadi seorang guru agama Islam ada dua hal dasar yang harus benar-benar dimiliki oleh mereka yaitu membaca dan menulis tulisan Arab baik itu membaca atau menulis Al-Qur’an, Al-Hadis, maupun kitab-kitab yang berbahasa Arab lainnya. Tidak bisa dipungkiri, dua hal diatas pasti keluar atau dirasakan nantinya oleh para guru agama Islam dalam mendidik dan mengajar murid-murid mereka, meskipun zaman sekarang sudah moderen dan sudah jarang guru yang mempresentasikan materi pembelajarannya dengan menggunakan menulis atau mungkin membaca, tapi bagaimana kalau kegiatan pembelajaran dilakukan di tempat atau daerah yang tidak ada fasilitas moderen tersebut, pastinya mau tidak mau seorang guru agama Islam akan membacakan maupun menuliskan materi pembelajarannya.
            Kedua hal diatas yaitu menulis dan membaca yang  berkaitan dengan tulisan Arab ternyata masih belum dikuasai oleh para mahasiswa dan mahasiswi PAI terutama semester bawah, padahal mata kuliah yang berkaitan dengan hal tersebut telah selesai dilaksanakan dan mungkin tidak terdapat lagi di jenjang-jenjang berikutnya. Tidak sedikit mahasiswa dan mahasiswi PAI belum bisa memabaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah baik dari segi panjang pendeknya maupun  kaidah-kaidah lainnya.  Untuk masalah penulisan juga masih banyak kekurangannya, jangankan untuk mencapai predikat tulisan yang indah atau bagus, menulis yang sesuai dengan kaidah yang benar saja masih banyak yang kewalahan seperti tinggi rendahnya huruf, huruf mana-mana saja yang berada di bawah dan diaatas dan lain sebagainya.
            Dari segi akhlak, ternyata tidak sedikit juga mahasiswa dan mahasiswi yang mencerminkan seorang guru agama islam yang tidak patut diteladani. Masih adanya peserta prodi PAI yang merokok, berpakaian bukan layaknya guru, berdandan berlebihan yang kesemuanya ini sebenarnya tidak termasuk dalam kategori guru agama Islam.
            jika saya pantau dalam keseharian pelaksanaan kegiatan kuliah di prodi PAI ini, para mahasiswa dan mahasiswinya lebih bersemangat dalam hal diskusi, persentasi, bahkan perdebatan. Mereka lebih memandang hal-hal yang tinggi dibandingkan hal-hal dasar yang mesti mereka kuasai sebelum beranjak kepada hal-hal yang lebih tinggi tersebut. Banyak dari mereka yang pandai sekali menyampaikan argumen-argumen, namun ketika argumen mereka berisikan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka tidak lancar dalam membacakannya dan tidak karuan dalam menuliskan ayat Al-Qur’an tersebut. Dalam pandangan saya, perdebatan dan sikap saling mempertahankan argumen bisa berpengaruh tidak baik dalam pribadi seorang mahasiswa ataupun mahasiswi dalam membentuk karakter seorang guru agama Islam, hal negatif yang akan timbul dari kegiatan tersebut adalah mahasiswa dan mahasiswa terbentuk dalam dirinya sikap keras hati, tidak mau mengalah, tidak lapang dada, sehingga jika mereka berada dalam lingkungan kegiatan belajar mengajar, maka mereka akan susah menerima pendapat murid-muridnya atau mungkin disalahkan oleh muridnya karena beberapa sikap demikian.

            Jika hal ini terjadi, bagaimana nasib guru agama Islam kedepannya?, masih bisa diteladani dan ditirukah mereka?, masih berada di satu level tertinggi dibanding guru-guru umum lainnya kah mereka?. Oleh karena itu perubahan harus dimulai dari sekarang. para mahasiswa dan mahasiswi haruslah merubah dan memperbaiki kekurangan mereka baik itu dari segi tingkah laku maupun pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mencapai cita-cita mulia yaitu menjadi seorang guru agama Islam. Kita sudah dewasa, sudah bisa berpikir dan melakukan sesuai dengan apa yang harus kita lakukan. Kegiatan pembelajaran di kampus tidak memberi banyak peluang kita untuk menambah pengetahuan dan keilmuan kita dalam menjadikan diri kita sebagai guru agama Islam. Kampus hanya sekedar menambah sedikit pengatahuan dan hanya membimbing kita untuk menjadi seirang guru agama Islam. Selebihnya, kitalah yang harus mencari pengetahuan tersebut yang mungkin bisa kita dapatkan di rumah dengan belajar dan berlatih, atau mungkin di dalam organisasi-oragnisasi yang berkaitan dengan dasar-dasar pengetahuan agama Islam, dan bahkan di dalam kegiatan keagamaan di Masjid-Masjid atau Mushola.
            Dan bila semua lulusan Prodi PAI sudah siap menjadi guru agama Islam dari segala aspeknya baik itu pengetahuan dan tingkah lakunya, maka ketika ia diteladani oleh murid-muridnya dalam pengetahuan dan kelakuan yang baik dari guru tersebut, maka senantiasa guru tersebut akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seorang guru yang berkelakuan buruk serta mengajarkan pengetahuan yang buruk, dan ketika dicontoh oleh muridnya maka dia akan mendapatkan dosa dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dalam bukunya Shahih Muslim jilid 4 edisi Terjemahan Indonesia dengan nomor Hadis 2674 halaman 495 bagian ilmu, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلُ الّلهِ صلَّى الّلهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَا لَ مَنْ دَعَا إلَى هُدًا كَانَ لَهُ مِنْ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذَ لِكَ مِنْ أجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَ لَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ اْلإِثْمِ مِثْلُ اَتَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُضُ ذَلِكَ مِنْ اَثَامِهِمْ شَيْئًا
Artinya : Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada hidayah, maka baginya pahala seperti pahala mereka yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
Share:

3 komentar:

  1. actually, saya juga setuju dengan postingan Anda di atas, namun kalo boleh menyimpulkan siap atau tidaknya lulusan Prodi PAI dapat dilihat dari niat dan motivasi mereka saat kali pertama mereka memutuskan masuk ke Prodi PAI, terimakasih.

    BalasHapus
  2. actually, saya juga setuju dengan postingan Anda di atas, namun kalo boleh menyimpulkan siap atau tidaknya lulusan Prodi PAI dapat dilihat dari niat dan motivasi mereka saat kali pertama mereka memutuskan masuk ke Prodi PAI, terimakasih.

    BalasHapus