Selasa, 25 Juni 2013

KURANG TEPATNYA TINDAKAN PENGAWASAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK





KURANG TEPATNYA TINDAKAN PENGAWASAN DAN DORONGAN  ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK


Di dunia pendidikan kita mengenal adanya lingkungan pendidikan, salah satunya yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan ini sebenarnya mempunyai andil yang sagat besar dalam mendidik peserta didik yaitu anaknya, karena mayoritas waktu menetapnya seorang anak dalam sehari itu lebih banyak berada di rumah dibandingkan di sekolah ataupun masyrakat, Dan yaang paling bertanggung jawab terhadap suatu keluarga ialah kepala keluarga yang disini bisa dipegang oleh bapak maupun sosok ibu. Keluaarga memiliki banyak peran dalam mensukseskan pendidikan anaknya seperti peran sebagai pendidik, pendorong, panutan, pengawas, inspirasi, konselor. Dari sekian banyak peran ada beberapa peran yang kebanyakan sekarang ini kurang tepat bagi keluarga atau orang tua untuk anaknya yaitu di peran sebagai pengawas dan pendorong.
Di peran pengawasan ada dua hal yang banyak orang tua tidak tepat dalam pelaksanaannya. Hal yang pertama ialah terlalu longgarnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, dan tidak terlalu memperdulikan anaknya, seperti membiarkan anaknya melakukan suatu tindakan yang tidak baik, mebiarkan anaknya melakukan hal anarkis, membiarkan anaknya menghirup pergaulan bebas, tidak memberi semangat kepada anaknya untuk melaksanakan pendidikan dan masih banyak lainnya. Untuk hal ini, orang tua disebut orang tua yang acuh terhadap pendiidkan anaknya, mungkin secara fisik mereka memberikan perawatan terhadap anaknya seperti memberikan fasilitas kepada anak, membayar keperluan keuangan anak dalam pendidikannya, Namun di sisi batin, anak tidak diberi asupan. Anak tidak pernah diberi nasihat, anak tidakk pernah dilarang ketika keluar rumah sampai larut malam, dan sebagainya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pendidikan anak. Akan meenjadi Percuma seorang anak menuntut ilmu di sekolah, bila pulangnya ia dari sekolah langsung terjerat lagi kedalam kehidupan luar yang bertentangan dengan pendidikan di sekolahnya. Akibat dari hal ini ialah, anak akan hancur pendiidkannya dan secara perlahan akan menghilangkan fungsi dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Hal kedua dari tindakan pengawasan yang kurang tepat ialah pengekangan anak oleh orang tua. Pengekangan ini berasal dari pengawasan orang tua yang berlebihan terhadap anaknya. Anak tidak dibiarkan mecari pengetahuan, inspirasi dan motivasi dari luar, sehingga secara tidak langsung orang tua sudah menutup pintu anaknya untuk mendapatkan pendiidikan karena bagaimanapun lingkungan pendidikan masyarakat juga berperan penting terhadap tumbuhnya pendiidkan pada anak. Akibat dari hal tersebut ialah anak akan kurang bersemangat terhadap dunia pendiidkan yang ia jalani, karena tidak ada hal baru dan pengalaman baru yang adaa dalam hidupnya, sehingga pengetahuannya akan bersifat statis atau tidak berkembang.
Di dalam peran orang tua sebagai pendorong juga sering kurang tepat dalam prakteknya. Sering orang tua lebih khawatir terhadap aspek kognitif anak dibandingkan aspek afektif atau psikomotorik anak. Orang tua lebih pusing mikirin bagaimana caranya agar pelajaran matematika, fisika, biologi, kimia, gografi, sosiologi dan pelajaran yang mengedepankan pengetahuan di dalamnya untuk mendapatkan nilai tinggi dibandingkan mengembangkan bakat dan potensi anak di bidang perasaan emosi dan pengembangan kegiatan fisik si anak. Kita sering melihat orang tua sering memaksakan anaknya untuk mengikuti pelajaran tambahan untuk pelajaran umum dibandingkan menyekolahknanya di sekolah melukis atau sekolaah kesenian lainnya tanpa harus tahu sebelumnya bakat dan potensi yang dimiliki seorang anak. Hal ini sangatlah bertentangan dalam pendidikan. Karena dalam pendiidkan yang namanya peserta didik ialah orang yang mempunyai potensi dasar atau fitrah baik secara psikis atau fisik yang perlu dikembangkan. Untuk apa mengembangkan pengetahuan berhitung mereka jika sebenaarnya seorang anak memiliki bakat yang luar biasa di dalam berkesenian begitu juga sebaliknya. Hal ini akan berdampak buruk pada kondisi psikis anak karena keterpaksaan dalam menjalani suatu bidang, dan akan berlanjut kepada ketidak professionalan seorang anak dalam dunia karirnya nanti.
Dari berbagai permaslahan diatas dapat kita ambil jalan baiknya yaitu peran orang tua terhadap anaknya terutama dalam hal pengawasan dan dorongan harus diperhatikaan dengan baik. Dalam hal pengawasan orang tua tidak boleh terlalu longgar dalam mengawas seorang anak, dan juga tidak boleh mengekangnya, akan tetapi melakukan pengawasan dengan cara memberi jalan kepada anak untuk mencari inspirasi, motivasi, dan pengetahuan dari dunia luar kemudian menjadi filter dari setiap apa yang mereka dapatkan dan selalu mengawasi mereka namun tidak dengan  cara mengekangnya. Jika adaa hal yang kurang atau tidak baik bagi pendiidkan anak, orang tua segera menghapusnya dan memberi nasihat untuk tidak mengamalkan apa yang ia dapatkan tersebut. Kemudian darei aspek dorongan, sebagai orang tua harus memperhatikan dan mengetahui terlebih dahulu dunia mana yang ingin ia dalami dan bakat apa yang benar-benar ia miliki apakah dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Setelah mengetahui hal tersebut maka berilah ia motivasi dan dorongan di dalamnya bukan malah melarangnya, karena bagaimanapun manusia memiliki fitrah atau potensi sejak lahir yang harus dikembangakan bukan malah mengembagkan atau memaksakan potensi baru. Seorang anak akan lebih menikmati terhadap bakat yang ia miliki dabandingkan bakat yang dipaksakan.
Untuk mewujudkan hal ini tentunya peran keluarga sangat besar. Karena hak orang tua terhadap anaknya lebih besar dibandingkan orang lain. Di dalam keluarga sendiri tidak mesti orang tua tetapi keluarga secara keseluruhan punya peran penting dalam mensukseskan pendiidkan seorang peserta didik dalam keluarga tersebut seperti saudara kandung, kakek, nenek, paman, bibi, dan keluarga lainnya. Kemudian sekolah dan lingkungan massyarakat pun punya peran dan pengaruh yang cukup besar untuk mensukseskan pendidikan peserta didik tersebut.
Jika tindakan pengawasan dan dorongan sudah tepat dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, maka seorang anak akan lancar dan merasakan kenikmatan serta kepuasan dalam menjalani pendidikan. Mereka akan meraasa bebas untuk mencari pengetahuan dari dunia luar naamun tidak terpengaruh dalam negatifnya dunia luar tersebut, karena ada pengawasan dari orang tuaanya. mereka juga akan menjadi seorang yang professional di bidangnya dan mudah mendapatkan kesuksesan karena mereka didorong di tempat yang mereka kuasai dengan keinginan dan potensi yang mereka miliki.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar