“Ma,
ngapa sih hari ini harus menggunakan pakaian ini?,” tanya Loli sambil menggaruk
lehernya yang terkena gesekan kasar kain kebaya.
“Hari
ini hari Kartini,” Mamanya menjawab. Saat itu Mamanya sedang memasangkan rok
batik panjang untuk bawahan kebayanya Loli.
“Ma,
Kartini itu siapa?,” tanya Loli.
Mamanya
tidak menghiraukan pertanyaan Loli. Setelah memasang rok batik, ia kemudian
membedaki wajah Loli dengan bedak bayi. Ia membiarkan bedak masih terlihat di
beberapa bagian wajah agar lebih tahan lama.
Loli
kembali bertanya saat sang Mama sedang menyisir rambutnya, “Kartini itu siapa
Ma?.”
“Nanti
Loli tanya saja pada Bu Guru ya!,” kata sang Mama sambil membolak balik tubuh
Loli untuk memastikan penampilan anaknya hari ini sudah maksimal.
“Kamu
udah mirip Syahrini,” puji sang Mama.
“Sebenarnya
ini hari Kartini atau hari Syahrini Ma?,” tanya Loli kesal.
Mamanya
keluar kamar sambil tertawa.
KABAYAS.WORDPRESS.COM |
***
Saat
Loli sedang sarapan, kakaknya yang bernama Nita keluar dari kamar dan duduk di
sampingnya. Nita langsung menyapa Loli, “Hei, kalian memperingati hari Kartini
ya hari ini?.”
Loli
mengangguk, mulutnya yang mengembung seperti ikan Buntal terus mengunyah
sarapan, dan kemudian menelannya. Ia memandangi kakaknya, kedua bola matanya
sedikit lebih membesar, memperlihatkan keingintahuan, “Kakak tau Kartini?,”
tanya Loli.
“Ya,”
sahut Nita. Bukannya menatap Loli yang sedang bertanya, ia malah sibuk menggeser-geser
layar gadgetnya.
Merasa
tidak diperdulikan, Loli kembali melahap sarapannya.
“Ini
kartini,” tunjuk Nita sambil memperlihatkan sebuah gambar yang ada di media sosialnya kepada Loli.
Loli
menoleh ke gambar di media sosial itu. Gambar itu memperlihatkan sosok
perempuan yang rambutnya disanggul dan mengenakan kebaya bewarna putih.
“Kak,
gambar itu ada tulisannya, bisakah kau bacakan untukku?,” pinta Loli.
Nita
kembali pada gambar Kartini yang ada di layar gadgetnya
dan membaca tulisan yang ada di samping gambar tersebut, “Terkadang kesulitan
harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang
kepadamu.”
“Itu
kata-kata Kartini?,” tanya Loli.
“Ya,”
Jawab Nita. Setelah itu Nita menyalin gambar tersebut dan menyebarkan kembali
lewat akun media sosial miliknya; instagram, facebook, BBM, dll. Ia juga tak
lupa membuat caption di bawah gambar, “Selamat Hari Kartini.”
Hari
itu media sosial begitu penuh dan sesak dengan gambar Kartini yang kurang lebih
sama karena salinan dari gambar teman lainnya, ada juga beberapa kalimat dari
Kartini serta ucapan selamat untuk memperingati hari Kartini.
***
Saat
berada di sekolah, Loli menegur Denis –teman sekelasnya-, “Hei Denis.”
Denis
menoleh, ingusnya yang diam-diam menggantung dari lubang hidung kirinya ia
tarik dengan cepat dalam satu tarikan nafas.
“Kartini
tidak menggunakan pakaian seperti itu, ia menggunakan pakaian seperti ini,”
ujar Loli sambil menunjuk kebayanya.
Saat
itu Denis sedang mengenakan baju batik dan celana kain panjang berwarna hitam.
“Aku
kan laki-laki, pakaian itu untuk perempuan.” Jawab Denis. Begitu ingusnya
nongol lagi dari lubang hidung, secepat kilat Denis menariknya lagi agar masuk
ke dalam sarang (lubang hidung).
“Kau
mau jadi Kartini atau tidak?.”
Denis
tidak menjawab pertanyaan Loli, ia berlari menuju halaman depan kelas untuk
bergabung bersama teman laki-laki lainnya. Saat menuruni tangga sekolah,
kakinya salah langkah, ia pun terjatuh. Ia melirik ke kiri dan ke kanan seperti
maling buah Cempedak, ketika ia yakin tidak ada yang melihatnya, ia kembali
berlari.
***
Bel
berbunyi, semua siswa-siswi masuk ke dalam kelas. Ibu Amelia –guru kelas 2-
masuk dan meminta peserta didik untuk berdoa. Ibu Amelia tampak anggun dengan kebaya birunya. Usai berdoa, Ibu Amelia mulai
menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini.
“Baiklah
anak-anak, kita hari ini akan pawai keliling desa. Setelah itu kembali lagi ke
sekolah. Setelah pawai jangan langsung pulang ya, karena kita akan mengadakan lomba.
Ada lomba mewarnai, lomba baca puisi, dan lomba nyanyi.”
Anak-anak
bertepuk tangan sambil meneriakkan kata “Horeeee.”
Ada
juga yang beteriak, “Yeeee.”
Dan
ada juga yang tidak berteriak, yaitu Denis.
“Sekarang
silahkan baris di lapangan!,” perintah Ibu Amelia. “Langsung ke lapangan!.”
“Bu,”
sapa Loli.
“Ada
apa Loli?”.
“Tadi
pagi aku bertanya pada Mama, “Siapa Kartini?”, Mama tidak jawab, dia malah nyuruh
tanya Ibu Guru,” jelas Loli, kedua tangannya memelintir rok batik yang melekat
di pinggulnya. “Kartini siapa sih Bu?.”
“Kartini
adalah salah satu pahlawan nasional, kita memperingati jasanya di setiap
tanggal 21 April.”
“Kartini
pahlawan?.”
“Ya.
Dia perempuan sama sepertimu, dan dia juga pahlawan.”
“Bolehkah
aku jadi seperti Kartini?.”
“Tentu,
harus malahan,” jawab Ibu Amelia. “Ayo segera berbaris!,” ajak Ibu Amelia.
Kemudian Ibu Amelia segera bergegas ke lapangan menyusul guru lainnya untuk
mengatur anak-anak.
Loli
berjalan pelan. “Baiklah, aku akan jadi Kartini. Aku akan berpakaian seperti
ini setiap hari.”
***
0 komentar:
Posting Komentar