Jumat, 01 April 2016

MEMORI LAMA

Hembusan angin malam masuk melewati celah jendela yang sedikit terbuka. Dinginnya menusuk hingga ke tulang. Hujan gerimis membasahi dedaunan rindang di alam. Tempiasnya membasahi kaca jendela. Tiap tetes air yang turun membuat garis sambil membersihkan debu yang lengket. Aku duduk tersandar di sebuah kursi kayu, menatap langit gelap tanpa bintang. Pikiranku melayang, membuka memori lama yang terpendam. Setiap kilasan memutar balik, seperti film yang sedang diprevious. Dan akhirnya terhenti pada dirinya.

Aku masih belum bisa melupakannya. Saat pertama ia bertanya kepadaku tentang masa laluku. Senyumnya masih teriang-iang di kepalaku. Hari itu, momen itu, dan kala itu, adalah pertemuanku dengan seorang yang aku rasa akan menjadi bagian coretan masa depanku. Ketika aku melihatnya, aku melihat sesuatu yang berbeda, tingkahnya, cara bicaranya, bahkan caranya menyampaikan rasa.

Kawanku sering bilang, bahwa aku orang yang misterius. Tapi dia lebih misterius dari diriku. Geraknya tak pernah terbaca, perasaannya tak pernah kutau, emosinya tak pernah terlihat jujur, bahkan kepergiannya tak pernah kusadari sebelumnya. Tak banyak orang sepertinya. Mungkin inilah yang membuatku mengingat sejenak memori lama malam ini. 

Dia pernah bilang bahwa aku orang pertama yang singgah dihatinya. Tapi dia tidak pernah tau bahwa dia adalah orang pertama yang bisa membuatku untuk menulis terus tentangnya. Dia pernah bilang bahwa aku adalah orang yang terlama yang pernah memiliki hatinya. Tapi dia tidak pernah tau bahwa dialah orang yang terlama untuk bisa kulupakan dan kuhilangkan dari ingatan ini. 

Aku selalu percaya, percaya dengan waktu yang akan terus mengubah hidup manusia. Aku juga percaya, bahwa waktu terkadang selalu mengubah sebuah harapan. malam ini, semua masa lalu itu hanya menjadi kenangan. Waktu, waktulah yang membuatnya seperti itu. Aku tak pernah lagi ingin mengusik kehidupannya. Biarlah dia dewasa dengan kehidupannya. Walau dia tidak seperti dulu lagi, tapi aku masih menggenggam harapan itu. Akan terus kusimpan di dalam hatiku yang terdalam.

Aku sadar, garis takdir bukan diukir oleh manusia. Dia seperti sebuah layangan yang dikendalikan, dan aku juga sebuah layangan yang arahku juga ditentukan. Selama pengendali tak menyadingkanku di atas awan yang diterpa hembusan angin yang kuat, maka aku tak bisa bersanding. Aku tak pernah tau lagi apa kabarnya saat ini. bahkan aku tak ingin lagi mendengar tentangnya. Aku hanya ingin menyimpan romantis sejarah masa lalunya. Ya.....dia cukup menjadi masa laluku. Bagiku itu lebih dari sebuah pelajaran yang berarti, bahwa “tak selamanya yang kita mimpikan menjadi kenyataan, tapi untuk mewujudkan suatu kenyataan kita perlu bermimpi”.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar