Seberapa
tinggi tingkat minat baca kita (masyarakat Indonesia)?
Berdasarkan
Survei UNESCO; minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya,
dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca.
Pantasan, dari seribu mahasiswa/i yang ada di kampus, hanya gue yang nungguin
dosen pembimbing datang sambil baca buku, yang lain pada baca timeline mantan,
uhuk, uhuk (batuk sombong).
Kepala
Biro Komunikasi Layanan Masyarakat (BKLM) Kemendikbud Asianto Sinambela
menegaskan, minat baca literasi masyarakat Indonesia masih sangat tertinggal
dari negara lain. Dari 61 negara, Indonesia menempati peringkat 60. Gue
turut prihatin.
Hal
tersebut, menurut Asianto menunjukkan kemampuan baca masyarakat Indonesia masih
setara dengan negara Afirka Selatan. “Nilai literasi membaca kita masih sangat
rendah. Kita akui, nilai riset Program for International Student Assesment
(PISA) rata-rata 493, sementara nilai literasi Indonesia hanya 396.” Ujarnya
seperti dikutip dari Indopos (Jawa Pos Group) di Jogjakarta, kemarin.
Data-data
ini gue kutip dari situs gobekasi.pojoksatu.id
Mengapa
membaca buku itu penting?
Menurut
gue, membaca itu dapat memperkaya sudut pandang kita dalam melihat sesuatu. Zaman
sekarang banyak sekali isu atau permasalahan yang muncul di tengah kita, tentunya
kita harus memiliki sikap yang tepat untuk menyikapinya. Tidak mudah tersulut
emosi, tidak mudah diadu domba, tidak mudah bertindak semaunya, dan tidak
terburu-buru untuk menjudge, sikap itulah yang harus kita miliki. Orang
yang punya banyak sudut pandang dalam melihat sesuatu akan bersikap tenang dan
tidak gegabah. Mereka mencari tahu terlebih dahulu sumber permasalahannya,
mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikannya dan menghidari sekecil mungkin
adanya kerusakan. Sikap positif itu akan tumbuh bila kita tahu banyak hal dan kita
akan tahu banyak hal bila kita banyak membaca.
Tapi
tidak berarti orang yang banyak membaca lebih banyak diamnya daripada
berargumennya. Orang yang banyak membaca malah akan lebih sering menyampaikan
sesuatu karena ada banyak hal yang bercokol di kepala. Orang yang banyak
membaca akan lebih sering meresahkan sesuatu dibanding orang yang jarang membaca,
karena ada banyak hal yang ia tahu sementara orang lain tidak tahu. Orang yang
banyak membaca akan berpikir berbeda dengan orang yang jarang membaca, karena
di pikirannya udah penuh dengan bermacam-macam pemikiran. Dan pikirannya itu
akan keluar dan menyebar baik itu lewat tulisan atau lisan.
Oke, gue
minum dulu bentar, capek juga nceramahin kalian.....
Ehm...ehmm...(membetulkan kerah)
Selain itu,
membaca juga akan menggerakkan otak kita untuk terus berfikir. Membaca itu
seperti pembelajaran di dalam kelas, guru adalah bukunya, siswa adalah pembacanya.
Guru/buku menyampaikan sesuatu hal sedangkan siswa/pembaca boleh bertanya,
mendebat, membantah bahkan menolak apa yang diberikan guru/buku, kemudian
siswa/pembaca dapat menyampaikan pendapatnya pribadi tentang ‘mengapa dia tidak
setuju?’. Proses itulah (bertanya, berdebat, membantah, menolak dan berargumen)
yang ada ketika anda membaca sebuah buku. Dalam membaca ada proses berfikir
tinggi, bukan proses berfikir sederhana seperti dalam aktivitas sehari-hari
kita pada saat mencuci, makan, minum, mandi dsb.
Bahkan
saking berpikirnya, sampai kebawa pada saat tidur...
“Mengapa
pendidikan kita ini gagal terus, mengapa?”.....ntes..ntes..ntes..iler
gue menetes membentuk pulau kalimantan. “Mengapa kualitas sarjana di Indonesia
rendah, mengapa?”....krukkk,,,krukkk,,sambil garuk selangkangan. “14 tahun
bahkan 15 tahun kita menempuh pendidikan, apa hasilnya?, apa?”, serrrrrrrrrrr.......ngompol
di celana. Oke cukup, kalau dilanjutkan bisa sampai mimpi basah ntar....
Lalu
bagaimana caranya agar kita menjadi gemar membaca bahkan sampai pada tahap
ketergantungan (dependent), dimana membaca buku menjadi suatu
kebutuhan, bila tidak dipenuhi akan timbul keadaan yang sangat menyakitkan?.
Sumber gambar: www.annida-online.com |
Untuk hal
ini, Buku felix Y Siauw yang berjudul How to Master Your Habits bagus
sekali untuk kalian baca. Di buku tersebut dijelaskan bagaimana caranya
membentuk kebiasaan. Intinya, kebiasaan itu lahir dari practice (latihan)
dan repetition (pengulangan). Sesuatu hal yang kita lakukan secara
berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Hanya saja, masalahnya adalah; untuk
memulai sesuatu kebiasaan biasanya susah sekali alias berat, termasuk membaca.
Gue dulu juga gitu, awalnya coba-coba baca dua halaman perhari, besoknya baca lagi dua
halaman, besoknya seperti itu lagi. Awalnya emang berat, baru baca satu
halaman udah ngantuk, baca dua halaman udah ketiduran, pas masuk ke halaman
ketiga, iler udah bertaburan kemana-mana. Namun, lama-kelamaan kita akan terbiasa dan gak bisa hidup satu hari tanpa membaca buku. oke, gue terlalu lebay.
Agar
kejadian iler yang bertaburan membasahi kertas buku tidak terulang, gue pengen
ngasi tips ke kalian gimana caranya menumbuhkan kebiasaan membaca buku tanpa
awal yang berat. Sehingga nanti ketika kalian baru pertama kali membaca, kalian
udah ketagihan tanpa harus trauma dan nyerah, “Udah ah, malas gue mau baca
lagi”, gak taunya baca coretan revisi.
Tips 1: Perdalam rasa ingin tahu!.
Rasa
ingin tahu adalah hal fitrah dari manusia. Coba lihat anak kecil!, hal apa saja selalu
mereka tanyakan kepada orang yang ada di dekatnya.
“Yah, apa
tu?”, tanya sang anak.
“Itu
bebek”, jawab sang ayah.
“Apa
tu?”, tanya anaknya lagi.
“Itu
bebek nak, Be-Ebe-Be-Ebe-Ka”, jelas ayah dengan sabar sambil
mengeja.
“Yah, apa
tu Yah?”, tanya sang anak lagi.
“Itu
bebek, tau gak, bebek, bebek, bebek, bebek”, jawab sang ayah kesal sambil
niruin gaya bebek, mengepakkan tangannya dan akhirnya terbang dan menghilang.
Usut punya
usut, pas dicek di rumah sakit, ternyata anaknya memang punya permasalahan pada
gendang telinga.
Oke, kembali
ke lap.............top (eyaaaa’). Hanya
saja pada saat dewasa, manusia bisa memilih untuk menjawab rasa ingin tahunya
atau tidak. Sayangnya banyak dari kita (saat dewasa) malah acuh dengan rasa ingin
tahu kita.
Contoh:
“Kenapa
ya, tingkat kemiskinan di negara kita terus meningkat?”, tanya Jon (Mahasiswa)
“Ah bodo
amat, emang gue pikirin”, jawab Ton (mahasiswa)
“Terus
biaya pendidikan juga semakin mahal. Akibatnya; banyak orang-orang miskin yang
gak bisa lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi. Dimana ini masalahnya?”,
“Ah bodo
amat, salah siapa mereka miskin”.
Dua puluh
tahun kemudian, si Jon udah jadi presiden dan si Ton malah menjadi gembel. Suatu hari Jon blusukan ke sebuah pasar
tempat Ton biasa ngemis, mereka pun bertemu dan bertatap muka.
“Pak
presiden, bantuin rakyatmu yang miskin ini dong pak!”, pinta Ton (gembel) sambil menyodorkan gelas bekas air mineral.
“Bodo
amat, emang saya pikirin”, jawab Jon (presiden)
Ini contoh
macam apa?...Gak nyambung banget......
Kesimpulannya,
sebelum membaca, perdalam rasa ingin tahu kalian, niatkan dalam hati; “aku
harus mendaptkan jawabannya sejelas mungkin”, setelah itu carilah jawabannya di
buku. Dengan demikian, apa yang kita lakukan (membaca) menjadi suatu kegiatan
yang beralasan dan punya tujuan.
TIPS 2: Mulailah dari buku yang tipis!.
Dalam
melakukan sesuatu, kita harus bahagia. Salah satu kebahagiaan ketika membaca
buku adalah apabila kita mampu menghabiskan satu buku dari awal sampai akhir
tanpa ada yang terlewatkan. Sampai-sampai barcode harga pun discan untuk
dibaca, saking semangatnya.
Gue menyarankan
ke kalian di awal ini untuk memilih buku-buku bacaan yang tipis terlebih
dahulu. Ketipisannya berkisar antara 150 – 200 halaman. Lebih tipis lebih
bagus, bila perlu cari buku yang isinya cover doang.
Hal ini
penting sekali untuk membangun semangat kalian, karena kalau kalian di
awal-awal udah baca buku yang tebalnya 500, 600, sampai 700 halaman dan kalian
bosan, maka hal itu dapat memunculkan trauma yang mendalam. Akhirnya kalian
tidak mau lagi membaca buku.
Tapi
kalau kalian baca buku-buku yang tipis, pas baca, eh habis, baca yang lain lagi,
eh habis, baca yang lain lagi habis, nah disitulah terjadi yang namanya
pengulangan dan akan tumbuh menjadi kebiasaan.
TIPS 3: Bacalah buku-buku yang ditulis oleh penulis hebat!
Kalau
kalian pergi ke toko buku atau pergi ke perpustakaan, maka kalian akan menemukan
ribuan buku yang berasal dari berbagai penulis. Penulis ini juga
bermacam-macam, ada yang baru dan ada yang sudah senior, ada yang biasa-biasa
aja, ada juga yang hebat luar biasa.
Untuk
pemula, gue saranin untuk membaca dulu buku-buku yang ditulis oleh penulis
hebat. Mengapa?, karena di awal ini kita sedang menumbuhkan minat membaca, bukan ngelamar
kerja. Kita perlu mengkondisikan diri kita sekuat mungkin untuk tidak berhenti
membaca. Oleh karena itu, buku yang kita pilih haruslah buku yang bagus. Buku yang
bagus tentu saja lahir dari penulis yang hebat. Untuk mencari siapa-siapa saja
penulis hebat, kalian bisa searching di google atau minta saran kepada
teman kalian yang udah banyak membaca.
TIPS 4: Carilah buku yang bahasanya ringan tapi isinya berbobot!.
Mencari
buku yang bahasanya ringan tapi isinya berbobot memang gak mudah, karena setiap
isu berat memerlukan bahasa yang berat dan kompleks dalam menyampaikannya. Tapi
jangan khawatir, para penulis tentu saja memahami kondisi pembacanya yang gak
suka dengan buku-buku yang berat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk
menghadirkan buku yang bahasanya ringan tapi kontennya tidak seringan
bahasanya.
Salah
satu contoh buku yang kontennya berat tapi disampaikan dengan bahasa yang
ringan, bahasa sederhana, bahasa sehari-hari adalah bukunya Hisanori Kato yang
berjudul Islam di mata orang Jepang. Bukunya berisikan tentang aliran-aliran Islam
di Indonesia yang terwakili oleh masing-masing tokoh sentral dalam aliran
tersebut. Seharusnya buku ini disampaikan dengan bahasa ilmiah dilengkapi
analisis-analisis yang njelimet seperti karya ilmiah kebanyakan. Tapi
tidak, Hisanori Kato malah menceritakan hasil penelitiannya dengan bahasa
sehari-hari, pokoknya seperti bercerita, padahal masalah yang disampaikan
adalah masalah ideologi, berat sebenarnya.
Nah, bagi
kalian yang masih pemula, carilah buku-buku yang ringan saja bahasanya tapi isu
yang dibahas di dalamnya adalah isu yang aktual, populer dan sedang ramai
diperbincangkan.
TIPS 5:
Hindari buku terjemahan!.
Untuk
pemula, gue sarankan untuk menghindari buku terjemahan. Kenapa?. Pertama,
bahasa dalam buku terjemahan biasanya agak rumit, wajar karena terjemahan. Kedua,
ada banyak perbedaan, seperti tempat, budaya, perilaku sosial dan yang tentunya
permasalahan yang dibawa di dalam buku tersebut. Ketiga, karena kalian
masih dalam tahap menumbuhkan minat baca. Jangan sampai setelah membaca buku
terjemahan yang agak rumit bahasanya dan gak cocok sama kehidupan kalian,
kalian jadi trauma dan gak mau lagi membaca buku. Ingat, kalian masih dalam tahap
pemula.
TIPS 6: Seleksi
dulu sebelum membeli dan membaca buku!.
Buku itu
seperti makanan, kita perlu seleksi dulu sebelum membeli dan mengkonsumsinya. Lihat
dulu!, kira-kira cocok gak dengan keinginan kita?. Kita cek dulu!, kira-kira
ringan gak bahasanya?. Kita pikir-pikir dulu, kira-kira kalau membaca atau
membeli buku ini nanti kita bakalan nyesal atau enggak?. Bila perlu kita
timbang-timbang dulu, kira-kira kalau kita selesai baca buku tersebut berat
badan kita bisa turun atau nggak?.
Kalau gue
biasanya sebelum membeli atau membaca buku, gue liat dulu resensi buku tersebut
di internet. Kalau tanggapan para pembaca pada positif, gue beli dan baca. Tapi
kalau tanggapan pembaca banyak yang kecewa, maka gue gak mau ambil resiko, gue
tinggalin dulu buku tersebut dan cari buku yang lain.
TIPS 7:
Jangan Pacaran!.
Mengapa?
Jelas,
pacaran dapat menghabiskan waktu, membuat konsentrasi kita berkurang terhadap
sesuatu dan yang pastinya menghabiskan uang. Gimana mau beli buku?, uang aja
gak punya, habis buat traktir pacar.
***
Oke, itu
tujuh tips sederhana dari gue untuk kalian para pemula yang pengen menumbuhkan
minat membaca. Mulailah dari sekarang dan mari kita tingkatkan budaya membaca
di Indonesia ini, agar posisi kita tidak lagi di peringkat 60 tapi 100. 100 kan
tinggi?......plakkkk, dipelasah menteri pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar