Senin, 29 Agustus 2016

TIPS MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA BUKU (UNTUK PEMULA).

Seberapa tinggi tingkat minat baca kita (masyarakat Indonesia)?

Berdasarkan Survei UNESCO; minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca. Pantasan, dari seribu mahasiswa/i yang ada di kampus, hanya gue yang nungguin dosen pembimbing datang sambil baca buku, yang lain pada baca timeline mantan, uhuk, uhuk (batuk sombong).

Kepala Biro Komunikasi Layanan Masyarakat (BKLM) Kemendikbud Asianto Sinambela menegaskan, minat baca literasi masyarakat Indonesia masih sangat tertinggal dari negara lain. Dari 61 negara, Indonesia menempati peringkat 60. Gue turut prihatin.

Hal tersebut, menurut Asianto menunjukkan kemampuan baca masyarakat Indonesia masih setara dengan negara Afirka Selatan. “Nilai literasi membaca kita masih sangat rendah. Kita akui, nilai riset Program for International Student Assesment (PISA) rata-rata 493, sementara nilai literasi Indonesia hanya 396.” Ujarnya seperti dikutip dari Indopos (Jawa Pos Group) di Jogjakarta, kemarin.

Data-data ini gue kutip dari situs gobekasi.pojoksatu.id

Mengapa membaca buku itu penting?

Menurut gue, membaca itu dapat memperkaya sudut pandang kita dalam melihat sesuatu. Zaman sekarang banyak sekali isu atau permasalahan yang muncul di tengah kita, tentunya kita harus memiliki sikap yang tepat untuk menyikapinya. Tidak mudah tersulut emosi, tidak mudah diadu domba, tidak mudah bertindak semaunya, dan tidak terburu-buru untuk menjudge, sikap itulah yang harus kita miliki. Orang yang punya banyak sudut pandang dalam melihat sesuatu akan bersikap tenang dan tidak gegabah. Mereka mencari tahu terlebih dahulu sumber permasalahannya, mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikannya dan menghidari sekecil mungkin adanya kerusakan. Sikap positif itu akan tumbuh bila kita tahu banyak hal dan kita akan tahu banyak hal bila kita banyak membaca. 

Tapi tidak berarti orang yang banyak membaca lebih banyak diamnya daripada berargumennya. Orang yang banyak membaca malah akan lebih sering menyampaikan sesuatu karena ada banyak hal yang bercokol di kepala. Orang yang banyak membaca akan lebih sering meresahkan sesuatu dibanding orang yang jarang membaca, karena ada banyak hal yang ia tahu sementara orang lain tidak tahu. Orang yang banyak membaca akan berpikir berbeda dengan orang yang jarang membaca, karena di pikirannya udah penuh dengan bermacam-macam pemikiran. Dan pikirannya itu akan keluar dan menyebar baik itu lewat tulisan atau lisan.

Oke, gue minum dulu bentar, capek juga nceramahin kalian.....
Ehm...ehmm...(membetulkan kerah)

Selain itu, membaca juga akan menggerakkan otak kita untuk terus berfikir. Membaca itu seperti pembelajaran di dalam kelas, guru adalah bukunya, siswa adalah pembacanya. Guru/buku menyampaikan sesuatu hal sedangkan siswa/pembaca boleh bertanya, mendebat, membantah bahkan menolak apa yang diberikan guru/buku, kemudian siswa/pembaca dapat menyampaikan pendapatnya pribadi tentang ‘mengapa dia tidak setuju?’. Proses itulah (bertanya, berdebat, membantah, menolak dan berargumen) yang ada ketika anda membaca sebuah buku. Dalam membaca ada proses berfikir tinggi, bukan proses berfikir sederhana seperti dalam aktivitas sehari-hari kita pada saat mencuci, makan, minum, mandi dsb.

Bahkan saking berpikirnya, sampai kebawa pada saat tidur...

“Mengapa pendidikan kita ini gagal terus, mengapa?”.....ntes..ntes..ntes..iler gue menetes membentuk pulau kalimantan. “Mengapa kualitas sarjana di Indonesia rendah, mengapa?”....krukkk,,,krukkk,,sambil garuk selangkangan. “14 tahun bahkan 15 tahun kita menempuh pendidikan, apa hasilnya?, apa?”, serrrrrrrrrrr.......ngompol di celana. Oke cukup, kalau dilanjutkan bisa sampai mimpi basah ntar....

Lalu bagaimana caranya agar kita menjadi gemar membaca bahkan sampai pada tahap ketergantungan (dependent), dimana membaca buku menjadi suatu kebutuhan, bila tidak dipenuhi akan timbul keadaan yang sangat menyakitkan?.

Sumber gambar: www.annida-online.com


Untuk hal ini, Buku felix Y Siauw yang berjudul How to Master Your Habits bagus sekali untuk kalian baca. Di buku tersebut dijelaskan bagaimana caranya membentuk kebiasaan. Intinya, kebiasaan itu lahir dari practice (latihan) dan repetition (pengulangan). Sesuatu hal yang kita lakukan secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Hanya saja, masalahnya adalah; untuk memulai sesuatu kebiasaan biasanya susah sekali alias berat, termasuk membaca.

Gue dulu juga gitu, awalnya coba-coba baca dua halaman perhari, besoknya baca lagi dua halaman, besoknya seperti itu lagi. Awalnya emang berat, baru baca satu halaman udah ngantuk, baca dua halaman udah ketiduran, pas masuk ke halaman ketiga, iler udah bertaburan kemana-mana. Namun, lama-kelamaan kita akan terbiasa dan gak bisa hidup satu hari tanpa membaca buku. oke, gue terlalu lebay.

Agar kejadian iler yang bertaburan membasahi kertas buku tidak terulang, gue pengen ngasi tips ke kalian gimana caranya menumbuhkan kebiasaan membaca buku tanpa awal yang berat. Sehingga nanti ketika kalian baru pertama kali membaca, kalian udah ketagihan tanpa harus trauma dan nyerah, “Udah ah, malas gue mau baca lagi”, gak taunya baca coretan revisi.

Tips 1: Perdalam rasa ingin tahu!.

Rasa ingin tahu adalah hal fitrah dari manusia. Coba lihat anak kecil!, hal apa saja selalu mereka tanyakan kepada orang yang ada di dekatnya.

“Yah, apa tu?”, tanya sang anak.

“Itu bebek”, jawab sang ayah.

“Apa tu?”, tanya anaknya lagi.

“Itu bebek nak, Be-Ebe-Be-Ebe-Ka”, jelas ayah dengan sabar sambil mengeja.
“Yah, apa tu Yah?”, tanya sang anak lagi.

“Itu bebek, tau gak, bebek, bebek, bebek, bebek”, jawab sang ayah kesal sambil niruin gaya bebek, mengepakkan tangannya dan akhirnya terbang dan menghilang.

Usut punya usut, pas dicek di rumah sakit, ternyata anaknya memang punya permasalahan pada gendang telinga. 

Oke, kembali ke lap.............top (eyaaaa’). Hanya saja pada saat dewasa, manusia bisa memilih untuk menjawab rasa ingin tahunya atau tidak. Sayangnya banyak dari kita (saat dewasa) malah acuh dengan rasa ingin tahu kita.

Contoh:

“Kenapa ya, tingkat kemiskinan di negara kita terus meningkat?”, tanya Jon (Mahasiswa)

“Ah bodo amat, emang gue pikirin”, jawab Ton (mahasiswa)

“Terus biaya pendidikan juga semakin mahal. Akibatnya; banyak orang-orang miskin yang gak bisa lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi. Dimana ini masalahnya?”,

“Ah bodo amat, salah siapa mereka miskin”.

Dua puluh tahun kemudian, si Jon udah jadi presiden dan si Ton malah menjadi gembel.  Suatu hari Jon blusukan ke sebuah pasar tempat Ton biasa ngemis, mereka pun bertemu dan bertatap muka.

“Pak presiden, bantuin rakyatmu yang miskin ini dong pak!”, pinta Ton (gembel) sambil menyodorkan gelas bekas air mineral.

“Bodo amat, emang saya pikirin”, jawab Jon (presiden)

Ini contoh macam apa?...Gak nyambung banget......

Kesimpulannya, sebelum membaca, perdalam rasa ingin tahu kalian, niatkan dalam hati; “aku harus mendaptkan jawabannya sejelas mungkin”, setelah itu carilah jawabannya di buku. Dengan demikian, apa yang kita lakukan (membaca) menjadi suatu kegiatan yang beralasan dan punya tujuan. 

TIPS 2: Mulailah dari buku yang tipis!.

Dalam melakukan sesuatu, kita harus bahagia. Salah satu kebahagiaan ketika membaca buku adalah apabila kita mampu menghabiskan satu buku dari awal sampai akhir tanpa ada yang terlewatkan. Sampai-sampai barcode harga pun discan untuk dibaca, saking semangatnya. 

Gue menyarankan ke kalian di awal ini untuk memilih buku-buku bacaan yang tipis terlebih dahulu. Ketipisannya berkisar antara 150 – 200 halaman. Lebih tipis lebih bagus, bila perlu cari buku yang isinya cover doang. 

Hal ini penting sekali untuk membangun semangat kalian, karena kalau kalian di awal-awal udah baca buku yang tebalnya 500, 600, sampai 700 halaman dan kalian bosan, maka hal itu dapat memunculkan trauma yang mendalam. Akhirnya kalian tidak mau lagi membaca buku. 

Tapi kalau kalian baca buku-buku yang tipis, pas baca, eh habis, baca yang lain lagi, eh habis, baca yang lain lagi habis, nah disitulah terjadi yang namanya pengulangan dan akan tumbuh menjadi kebiasaan.

TIPS 3: Bacalah buku-buku yang ditulis oleh penulis hebat!

Kalau kalian pergi ke toko buku atau pergi ke perpustakaan, maka kalian akan menemukan ribuan buku yang berasal dari berbagai penulis. Penulis ini juga bermacam-macam, ada yang baru dan ada yang sudah senior, ada yang biasa-biasa aja, ada juga yang hebat luar biasa.

Untuk pemula, gue saranin untuk membaca dulu buku-buku yang ditulis oleh penulis hebat. Mengapa?, karena di awal ini kita sedang menumbuhkan minat membaca, bukan ngelamar kerja. Kita perlu mengkondisikan diri kita sekuat mungkin untuk tidak berhenti membaca. Oleh karena itu, buku yang kita pilih haruslah buku yang bagus. Buku yang bagus tentu saja lahir dari penulis yang hebat. Untuk mencari siapa-siapa saja penulis hebat, kalian bisa searching di google atau minta saran kepada teman kalian yang udah banyak membaca.

TIPS 4: Carilah buku yang bahasanya ringan tapi isinya berbobot!.

Mencari buku yang bahasanya ringan tapi isinya berbobot memang gak mudah, karena setiap isu berat memerlukan bahasa yang berat dan kompleks dalam menyampaikannya. Tapi jangan khawatir, para penulis tentu saja memahami kondisi pembacanya yang gak suka dengan buku-buku yang berat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menghadirkan buku yang bahasanya ringan tapi kontennya tidak seringan bahasanya. 

Salah satu contoh buku yang kontennya berat tapi disampaikan dengan bahasa yang ringan, bahasa sederhana, bahasa sehari-hari adalah bukunya Hisanori Kato yang berjudul Islam di mata orang Jepang. Bukunya berisikan tentang aliran-aliran Islam di Indonesia yang terwakili oleh masing-masing tokoh sentral dalam aliran tersebut. Seharusnya buku ini disampaikan dengan bahasa ilmiah dilengkapi analisis-analisis yang njelimet seperti karya ilmiah kebanyakan. Tapi tidak, Hisanori Kato malah menceritakan hasil penelitiannya dengan bahasa sehari-hari, pokoknya seperti bercerita, padahal masalah yang disampaikan adalah masalah ideologi, berat sebenarnya.

Nah, bagi kalian yang masih pemula, carilah buku-buku yang ringan saja bahasanya tapi isu yang dibahas di dalamnya adalah isu yang aktual, populer dan sedang ramai diperbincangkan.

TIPS 5: Hindari buku terjemahan!.

Untuk pemula, gue sarankan untuk menghindari buku terjemahan. Kenapa?. Pertama, bahasa dalam buku terjemahan biasanya agak rumit, wajar karena terjemahan. Kedua, ada banyak perbedaan, seperti tempat, budaya, perilaku sosial dan yang tentunya permasalahan yang dibawa di dalam buku tersebut. Ketiga, karena kalian masih dalam tahap menumbuhkan minat baca. Jangan sampai setelah membaca buku terjemahan yang agak rumit bahasanya dan gak cocok sama kehidupan kalian, kalian jadi trauma dan gak mau lagi membaca buku. Ingat, kalian masih dalam tahap pemula.

TIPS 6: Seleksi dulu sebelum membeli dan membaca buku!.

Buku itu seperti makanan, kita perlu seleksi dulu sebelum membeli dan mengkonsumsinya. Lihat dulu!, kira-kira cocok gak dengan keinginan kita?. Kita cek dulu!, kira-kira ringan gak bahasanya?. Kita pikir-pikir dulu, kira-kira kalau membaca atau membeli buku ini nanti kita bakalan nyesal atau enggak?. Bila perlu kita timbang-timbang dulu, kira-kira kalau kita selesai baca buku tersebut berat badan kita bisa turun atau nggak?. 

Kalau gue biasanya sebelum membeli atau membaca buku, gue liat dulu resensi buku tersebut di internet. Kalau tanggapan para pembaca pada positif, gue beli dan baca. Tapi kalau tanggapan pembaca banyak yang kecewa, maka gue gak mau ambil resiko, gue tinggalin dulu buku tersebut dan cari buku yang lain.

TIPS 7: Jangan Pacaran!.

Mengapa?

Jelas, pacaran dapat menghabiskan waktu, membuat konsentrasi kita berkurang terhadap sesuatu dan yang pastinya menghabiskan uang. Gimana mau beli buku?, uang aja gak punya, habis buat traktir pacar.

***

Oke, itu tujuh tips sederhana dari gue untuk kalian para pemula yang pengen menumbuhkan minat membaca. Mulailah dari sekarang dan mari kita tingkatkan budaya membaca di Indonesia ini, agar posisi kita tidak lagi di peringkat 60 tapi 100. 100 kan tinggi?......plakkkk, dipelasah menteri pendidikan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar