Sabtu, 18 Juni 2016

AKU TAU INI BERAT, TAPI JANGAN PERNAH MENYERAH.

Di akhir zaman, dunia akan semakin kacau. Wallahi, fitnah bermunculan menjalar di tubuh umat Islam di seluruh dunia. Ujian itu begitu kuat dan tak banyak yang bisa lepas darinya. Pagi beriman, malam kafir. Malam beriman, paginya ia kafir. Munculnya banyak perpecahan di tubuh umat Islam. Wafatnya para ulama dan lahir ulama yang fasik. Penindasan terhadap umat Islam di berbagai wilayah. Dan banyak lainnya. Tidak hanya itu saja, banyak lagi fitnah dan ujian yang muncul yang tidak disadari dan sulit untuk dilepaskan. Kita (pemuda-pemudi), bahkan yang paling banyak mendapatkan ujian itu dan sulit lepas darinya.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Mulk ayat 2)

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut ayat 2)

Teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih sekarang. Apakah kita (pemuda-pemudi) semakin rajin dan taat beribadah?. Apakah kita memanfaatkannya untuk semakin dekat kepada Allah?. Sepertinya tidak. Silahkan liat di kehidupan kita sehari-hari. Untuk apa smartphone kita?. Untuk apa kita menggunakan media sosial?. Untuk apa kita menggunakan internet?. Yah,,banyak yang positif. Tapi lebih banyak mana antara maksiat atau ibadahnya?.

Di media sosial, banyak dari kita (pemuda-pemudi) memanfaatkannya untuk memamerkan hidup kita yang jauh dari nilai positif. Di media sosial, banyak gadis remaja yang mengupload foto mereka yang seharusnya tidak mereka upload. Mereka mengupload foto tanpa hijab. Bahkan jika menggunakan hijab sekalipun, tapi jika digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis ini  juga sangat berbahaya dan bisa terjerumus kepada dosa. Bukankah dalam Islam, wanita muslim diperintah untuk menjaga diri, wanita muslim tidak memperlihatkan dirinya secara sembarangan kepada yang bukan mahram. Jika aturan itu tidak diindahkan, dampaknya, para pemuda melihat foto mereka (wanita itu) dan timbullah fitnah. Astaghfirullah. Di media sosial, bahkan sesuatu yang bernilai ibadah bisa menjadi sia-sia, karena ibadah ritual kemudian diumbar dan diperlihatkan kepada orang ramai. Riya’. Inilah gambarannya dan faktanya. Mampukah kita (pemuda-pemudi) keluar dari hal ini?. Tidak semua mampu, bahkan tak semua sadar itu salah. Media sosial menjadikan kita seperti itu.

Rasulullah saw bersabda: sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar. Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: (contohnya) adalah Riya’ (HR Ahmad. (V/428,429).

Hubungan pemuda dan pemudi di luar tak bisa dibendung lagi. Di kampus, di sekolah, di pusat perbelanjaan, dimana-mana kita (pemuda-pemudi) sudah tak ada jarak dan batasnya lagi. Kita (Pemuda-pemudi) bisa berkumpul dimanapun, bahkan berduaan, tak akan ada yang protes. Inilah fitnah dan ujiannya. Mampukah kita (pemuda-pemudi) meninggalkannya dan menahannya?. Tak banyak yang mampu keluar dari jeratan jalan kemaksiatan itu.

Banyak dari kita (pemuda-pemudi) punya hubungan rahasia (pacaran). Tidak banyak dari kita (pemuda-pemudi) mampu keluar dari ujian ini. Saat wanita tak lagi menjaga kehormatannya, maka pria pun tak mampu menjaga lagi kehormatannya. Itu bisa kebalikannya. Semua sudah menjadi mudah sekarang. kita (pemuda-pemudi) bisa janjian dengan lawan jenis kita lewat media sosial, cukup tidur-tiduran di kasur, kita bisa melakukan transaksi kemaksiatan itu. Mampukah kita (pemuda-pemudi) keluar dari ujian ini?. Sulit.

Bahkan fitnah dan ujian juga merasuk ke dalam pola pikir kita. Cara pandang kita. Banyak dari kita (pemuda-pemudi) yang sudah terobsesi dengan dunia bukan akhirat. Kita (pemuda-pemudi) mengubah pola hidup kita menjadi pola hidup keduniaan. Pakaian harus mengikut tren terkini. Makanan dan minuman harus yang mahal dan terkenal. Sering kumpul di tempat-tempat yang terlihat mewah dan elegan. Padahal dirinya bukan anak orang kaya. Hanya anak petani, hanya anak nelayan, hanya anak pegawai biasa, tapi gaya hidup sudah seperti milyuner. Cara kita memandang sesuatu juga sangat-sangat jauh dari cara pandang Islam. Cara kita menilai kesuksesan adalah dengan mengukur berapa banyak materi yang kita dapat, bukan berapa banyak pahala yang bisa kita persiapkan untuk akhirat. Siapa yang mampu keluar dari pola pikir seperti ini sekarang?. Tidak banyak yang mampu. Materialisme sudah menghujam kuat di pikiran kita. 

Dari hal diatas, kita (pemuda-pemudi) kemudian dijauhkan dari agama. Kemajuan zaman melalaikan. Bebasnya pergaulan melenakan. Rusaknya pola pikir membuat tindakan selalu jauh dari hal yang bersifat ukhrawi. Mampukah kita (pemuda-meudi) keluar dari fitnah dan ujian ini?. Tidak semua kita mampu. Berat untuk lepas dari ujian ini. Bahkan dalam hadis, mereka yang berpegang teguh pada agamanya seperti mengenggam bara api. Panas, sakit, perih. Tak semua orang akan memegangnya. Banyak yang akan melepaskannya.

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api” (HR. Tirmidzi no. 2260)



Banyak kawan-kawan yang mengeluh. Bagaimana saya bisa keluar dari kecanduan media sosial?. Bagaimana saya bisa putus dengan pacar saya atau berhenti pacaran?. Bagaimana saya merubah pola pikir saya?. Alhamdulillah, setidaknya yang bertanya ada kesadaran untuk menyadari bahwa ada perbuatan yang salah dari dirinya. 

Saya bilang, terkadang saya juga belum tentu mampu keluar dari ujian ini. Ujian ini berat kawan. Berat. Saya tau itu. Lepas darinya seperti ingin lepas dari kehidupan dunia. Karena itulah kehidupan kita sekarang. Tapi ada satu hal yang bisa kita lakukan yang saya rasa itu adalah anugerah terbesar dari Allah swt untuk kita, terutama pemuda-pemudi yang sulit lepas dari ujian ini. Apa itu?. Taubat. Selama kau menyadari hal itu salah, cepatlah lari darinya, taubat. Kita sulit untuk menghindar, dan terkadang kita jatuh. Tapi ketika Allah swt memberi kesadaran kepada kita, maka ketika kita tau itu salah, cepat bertindak, taubat!. Jatuh lagi, taubat lagi, jatuh lagi, taubat lagi, jatuh lagi, taubat lagi, begitu seterusnya. 

Fitnah dan ujian ini begitu berat. Tidak ada ujian yang ringan. Dari dulu sampai sekarang. Umat zaman dahulu ujiannya lebih berat, mereka harus digergaji dari kepala sampai ke bawah. Itu yang dijelaskan Rasulullah Muhammad saw ketika sahabat mengeluh dengan ujian yang mereka hadapi. Dulu ujiannya jelas, terasa dan menyakitkan secara fisik. Sekarang ujiannya pelan, lembut, tak terasa. Tapi ujian yang seperti inilah yang lebih berbahaya, karena tidak banyak orang yang bisa sadar akan ujian ini. Maka ketika anda merasa ada yang salah, cepatlah introspeksi dan bertaubat. 

Kadang ada  dari kita (pemuda-pemudi) yang tau bahwa apa yang dilakukannya salah dan ia enggan bertaubat dan berhenti dari maksiat itu. Padahal Allah swt memberi dalam hati kita seperti alarm, yang jika kita melakukan kesalahan, maka kita akan merasakannya. Tapi jika alarm ini tidak diperhatikan dan bahkan diacuhkan dan terus berlanjut untuk mengerjakan dosa itu, maka hati kita akan menjadi gelap dan semakin gelap. Ayat dan peringatan tidak lagi mempan. Maka jangan heran ada dari sahabat kita yang sudah tak mempan lagi dinasehati. Karena mungkin hatinya sudah tertutup oleh noda hitam. Bukan karena Allah swt, tapi karena dia sendiri tak mau mengubah dirinya. Jangan sampai ini terjadi pada kita. Jangan.

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman” (QS. Al-Baqarah aya 6).

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang Amat berat” (QS. Al-Baqarah ayat 7).

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw, beliau bersabda. Seorang beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (HR. Tirmidzi no. 3334, HR Ibnu Majah no. 4424, Ibnu Hibban (7/27), Ahmad (2/297)).


The battle is not being perfect. The battle is keep coming back to Allah, again and again and again.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar