Banyak
kawan yang minta tips untuk bisa lepas dari pacaran. Seolah saya sudah mampu
lepas darinya. Tapi tak apa. Saya akan bercerita tentang seorang yang berusaha
lepas dari pacaran. Setiap saya mengingatnya, kisah itu menjadi motivasi bagi
saya untuk bisa memperbaiki diri.
Namanya,
Deni. Dia seorang mahasiswa. Kita tau, dunia mahasiswa rentan sekali dengan
maksiat (pacaran) ini. Dia seorang yang
lumayan, setidaknya bagi pandangan manusia. Kita tidak tahu dalamnya, tapi dari
apa yang bisa saya lihat, dia adalah orang yang spesial dan beda dibandingakan
pemuda kebanyakan. Ia menghafal Qur’an. Rajin sholat berjamaah di masjid,
karena memang ia tinggal di masjid bersama teman-temannya. Dia tinggal di
masjid bukan karena tak mampu membayar kos atau kontrakan. Orang tuanya mampu
dan berkecukupan. Ia tinggal di masjid, karena di masjid ia lebih tenang dan
ibadahnya bisa terjaga.
Kalian
tau?. Allah swt tak pernah membiarkan hambanya aman-aman saja. Allah swt akan
menguji hambanya. Suatu hari, ia berpikir, betapa lelahnya ia berada dalam
ketaatan. Ada keinginan untuk mencoba kehidupan bebas di luar sana. Berhenti sejenak
dari sibuknya untuk taat kepada Allah swt. Sampai disini ia mengatakan padaku. “Bahkan
maksiat jangan sampai dipikirkan, ketika kau memikirkan dan berkeinginan untuk
maksiat, setan akan memberi jalan dan 99% dia akan berhasil, jadi jangan pernah
berpikir untuk bermaksiat kepada Allah swt”.
Akhirnya,
benar apa yang ia katakan. Setan mulai memberi jalan. Ia mencoba mendengarkan
musik dan menonton film yang sebelumnya tidak ia lakukan. Kau tau?. Ia mengatakan,
“musik dan film tertentu dapat membawamu berpikir untuk bermaksiat kepada Allah
swt”. Ia melanjutkan, “jika kau mendengarkan lagu dan menonton film tentang cinta, maka secara tidak langsung kau akan
menginginkan cinta, dalam hal ini pacaran. Ia memotivasimu untuk melakukan
maksiat”. Dari musik dan film yang
ditontonnya, akhirnya ia terlena. Dan kuat betul keinginannya untuk hidup bebas
seperti pemuda kebanyakan.
Ia pun
sering keluar malam. Berkumpul dengan teman-teman yang jauh daripada Islam. Ia
pun berkenalan dengan seorang gadis. Teman dari temannya. Mereka pun
berkenalan. Awalnya ia sadar, apa yang ia lakukan salah. Tapi karena ia sudah
berniat dari awal untuk menikmati kehidupan layaknya pemuda kebanyakan, maka ia
pun menepis kesadaran itu.
Ia dan
gadis itu sering bertemu dan jalan bersama dan berpacaran. Karena ia merasa -tinggal
di masjid- menganggu kebebasannya. Maka ia pun keluar dari masjid dan mencari
tempat kos. Ia sadar, ini adalah langkah kesalahan. Tapi siapa yang mampu
dengan mudah keluar dari lingkaran setan?.
Ketika ia
keluar dari masjid. Habis semua ibadahnya. Bukan tak mengerjakan sholat, tapi
melalaikan sholat dan banyak ketinggalan sholat berjama’ah. Hafalan qur’annya
pun mulai kacau. Kau tau?. Ia bilang, “maksiat akan menutup dan menghambat semua
kebiasaan baikmu (ibadahmu)”.
Ia mulai
merasakan ada sesuatu yang salah dari hidupnya. Hatinya mulai tak tenang. Tapi tak
mudah untuk lepas dari jebakan setan.
Sampai pada
satu saat ia mendapati kejadian aneh. Motor yang sering ia gunakan untuk pacaran
itu sering rusak dan ia juga sering melihat kecelakaan. Tidak pernah sebanyak
itu ia melihat tabrakan dan kecelakaan di jalan raya. Ia pun menyadari bahwa
Allah swt telah memperingatkannya. Namun, siapa yang mampu keluar dari
perangkap setan?.
Ketika berbagai
peringatan tidak ia indahkan. Rusaknya ibadah, motor yang sering rusak,
seringnya ia melihat kecelakaan. Akhirnya ia sendiri yang mengalami kecelakaan.
Di saat itulah, ia menyerah. Ia merasa cukup, cukup untuk peringatan ini. Ia
tidak mau Allah swt memberikan peringatan yang lebih berat. Kau tau?. Ia mengatakan,
“ketika kita berbuat maksiat, Allah swt terkadang memberitahu kita,
memperingatkan kita. Tapi, tidak banyak dari kita yang mau menerima peringatan
itu. Banyak dari kita yang mengabaikannya”.
Saat itulah
ia berhenti pacaran. Kau tau?. Tak mudah baginya untuk memutuskan pacarnya. Ia bercerita
kepadaku dengan penuh serius. Tak muda katanya. Ibunya si gadis sudah tau dan
berharap penuh dengannya untuk serius dengan pacarnya itu. Bahkan ia telah
berjanji dengan pacarnya, bahwa ia akan setia. Bukankah itu yang sering kita
katakan ketika pacaran, “kesetiaan”. Bahkan hubungannya tidak ada masalah. Tidak
ada yang salah, semua baik-baik saja. Lalu bagaimana cara membuat alasan kepada
pacarnya agar ia bisa menerima keputusan yang akan dibuatnya nanti. Tak mudah kawan.
Tidak hanya itu. kawannya –yang mengenalkannya kepada gadis- itu sudah
berharap, supaya ia bisa terus bersama gadis itu. Jangan pernah sakiti hatinya.
Bayangkan, setan menjebaknya dengan penuh jaring-jaring yang membuat ia sulit
untuk lepas dari pacaran.
Jika ia
memutuskan hubungan pacaran itu, Ia bisa mengkhianati pacarnya. Ia bisa mengkhianati
harapan ibunya si gadis. Ia bisa mengkhianati harapan temannya. Semuanya. Tak mudah
kawan. Maka ia perlu waktu untuk memutuskannya. Ia sering menangis di kamarnya
sendiri. Sedih, karena beratnya ia harus keluar dari maksiat ini. Tak
henti-hentinya ia berdo’a kepada Allah swt agar diberikan jalan keluar. Kau tau
kawan?. Do’a siapa yang tidak dikabulkan, kalau do’anya itu untuk kebaikan dan
keluar dari kemaksiatan?.
Akhirnya,
ia seperti diberi kekuatan. Ia datangi pacarnya dan langsung minta putus. Bayangkan.
Pacarnya tak pernah tahu apa alasannya sehingga ia harus memutuskan hubungan
mereka. Tidak ada masalah, tidak ada yang selingkuh, tidak ada dusta. Akhirnya gadis
itu menangis. Karena rasa sayangnya sudah begitu kuat kepadanya. Kau tahu?. Saat
seperti itu, hati seorang pria bisa luluh dan membatalkan putusnya. Tapi Allah
swt menguatkan hatinya. Hingga akhirnya ia pun pergi tanpa kata-kata lagi. Luar
biasa.
Apa dampaknya?.
Dia dikucilkan dari pertemanan. Ibu si gadis kecewa dengannya. Tapi ia sadar,
ini adalah lebih baik daripada ia terus bermaksiat kepada Allah swt. Akhirnya
ia pun kembali ke masjid. dan memperbaiki semuanya.
Ia berpesan
kepadaku tujuh hal.
Pertama, “jangan
pernah berfikir untuk bermaksiat. Karena dengan memikirkannya, setan akan
melapangkan jalannya untukmu, dan 99 % ia akan berhasil”.
Kedua, “setiap
maksiat punya jalannya. Maka potonglah jalan itu”.
Ketiga, “kau
harus punya amalan. Entah itu hafalan Qur’an, sholat sunnah, zikir dan
sebagainya. Ketika kau bermaksiat, amalan itu akan mengingatkanmu. Ketika amalanmu
longgar, itu tanda bahwa ada yang salah denganmu.”
Keempat, “ketika
kau bermaksiat, Allah selalu memperingatkanmu. Entah itu lewat musibah dan
sebagainya. Kau harus jeli dan jangan mengabaikan setiap peringatan itu”.
Kelima, “jika
kau tak mampu keluar dari kemaksiatan. Mintalah pertolongan kepada Allah swt.
Allah swt pasti akan mengabulkannya, bagaimanapun beratnya ujian itu”.
Keenam, “jangan
pernah tunda taubat. Ketika kau tau apa yang kau lakukan salah. Maka bertaubatlah
cepat. Jangan sampai maut yang dulu datang daripada taubatmu. Karena jika itu
yang terjadi, tak ada harapan lagi untukmu”.
Terakhir,
“jika ada orang yang mencelamu, padahal kamu berusaha untuk melakukan itu
karena Allah swt, maka jangan dengarkan!. Karena dia adalah setan. Jangan ragukan
langkahmu untuk bertaubat, walau dampaknya, manusia akan menyebutmu buruk. Buruk
dimata manusia lebih baik daripada buruk dihadapan Allah swt”.
semoga istiqomah
BalasHapus