Jumat, 17 Juni 2016

PEMUDA YANG BERZINA

Pada suatu hari. Duduk seorang anak muda. Ia seperti baru menyelesaikan sholatnya. Ia tampak lesu dan tak bersemangat. Aku menghampirinya dan bertanya, “Apa yang terjadi?”.

Dia tak menjawab. Sepertinya ia tak mau bercerita. Aku meninggalkannya. Tapi ketika badanku baru mau beranjak dari dudukku. Ia memegang lengan tanganku. “Tunggu sebentar, aku mau bercerita”, katanya. Aku pun duduk kembali.

Ia berkata, “Sebenarnya aku tak mau menceritakannya, ini adalah urusanku dengan Allah swt. Tapi aku rasa ini terjadi pada pemuda seperti kita semua. Jadi aku ingin menceritakannya kepadamu, supaya kamu dapat mengambil pelajaran darinya”.

“Baiklah, aku akan mendengarkannya”, kataku.

Ia pun mulai bercerita dengan cukup panjang.

Aku telah melakukan dosa, dosa yang begitu besar. Aku tak tau bagaimana bisa terpuruk terlalu jauh sampai ke dosa itu. Padahal aku awalnya adalah seorang yang tidak mudah diganggu. Aku selalu menyendiri, mengkhususkan diri untuk beribadah kepada Allah. Sampai satu saat aku berpikir, bahwa aku lelah terus berada di jalanNya. Aku lelah, karena aku merasa sendiri di jalanNya, sementara pemuda lain, begitu bebas menikmati hidupnya. Aku begitu iri.

Aku merasa tak mampu lagi untuk istiqomah beribadah. Aku ingin mencoba sedikit kenikmatan dunia. Aku rasa, jika sedikit saja aku mengecap kebebasan itu, maka aku takkan jatuh terlalu dalam ke lembah kemaksiatan. Aku merasa ibadahku sudah kuat, dan dosa besar takkan mampu menghampiriku. Aku hanya ingin mencoba melakukan apa yang pemuda lain lakukan.

Aku berkumpul dengan teman lamaku. Kami berbincang banyak hal. Mereka tau, aku telah berubah, sehingga mereka juga menjaga perilakunya. Saat itu, aku merasa aku sudah begitu sempurna, karena aku bisa mengubah lingkunganku. Tapi pada suatu hari, mereka yang mengubah diriku. Mereka menawarkanku untuk berjalan-jalan menikmati keindahan kota. Ternyata, saat itu mereka juga mengajak beberapa wanita untuk berkumpul di suatu tempat. 

Aku tentu saja tak tertarik. Aku berpura-pura ada urusan dan kembali pulang. Tapi keesokan harinya, kawanku mengatakan kalau salah satu perempuan yang ikut kumpul kemarin menyukaiku. Ia kirim salam dan minta nomor HP ku. Aku tidak menanggapinya. Tapi kau tau, setan mulai bekerja. Seperti ada sesuatu yang berbisik di telingaku. Bisikan itu mengatakan, bahwa perempuan itu perlu dakwah. Jika aku bisa mengubahnya, maka aku akan mendapatkan pahala yang besar. Aku tau itu setan yang bekerja. Tapi bisikan itu begitu lembut, sampai aku tak bisa lagi lepas darinya.

Akhirnya aku memberikan nomor HP ku. Ia menelponku dan mengajak bertemu di suatu tempat. Bisikan itu mulai lagi, dia mengatakan kalau ini kesempatan besar. Aku bisa bertemu berduaan dan berdakwah secara privasi, tidak akan ada yang menganggu, tentu lebih fokus. Di satu sisi, aku merasakan kata hatiku juga berbicara. Hatiku menyuruh dan memberitahukan bahwa aku berada di jalan yang salah. Tapi kau tau, setan bekerja lebih baik lagi, hingga akhirnya aku bertemu di suatu tempat.

Sebelum berangkat, aku berjanji, untuk pergi dengan tujuan yang baik, yaitu berdakwah dan menasehatinya, serta meberitahunya lebih dalam tentang agama. Namun, saat di tempat, niat itu hilang ditelan kecantikan seorang wanita. Aku tidak bisa lagi berfikir jernih. Nafsu ku terus berlanjut dan berlanjut. Memandangi wajahnya sampai ke seluruh tubuhnya. Tak pernah lagi terbesit dalam pikiranku untuk membaca do’a, membaca potongan ayat quran, membaca hadis, tidak ada. Aku terbuai. Setan ternyata begitu pintar dan sabar.

Akhirnya perempuan itu mengajakku ke tempatnya. Kau tau, aku tidak bisa menolak karena memang tak pernah terpikir olehku untuk menolak. Aku serasa berada di lumpur pasir yang mengisap, terus terisap dan masuk ke dalamnya dan tak bisa keluar. Akhirnya aku masuk ke tempatnya. Aku dan dia berbicara ringan. Tapi lama kelamaan kami semakin dekat dan dekat. Akhirnya dia menciumku, begitupula aku. Ketika itu, kami tak mampu menolak satu sama lain, kami terus menerus menuju maksiat itu dan akhirnya berzina. Setan tertawa dengan penuh kemenangan. Aku pun kalah.

Sejak saat itu, aku merasa seperti seorang yan tak berguna. Aku merasa sia-sia hidup dan ibadahku. Kau tau, wanita itu terus menghubungiku dan itu menjadi kebiasaan. Sampai akhirnya aku mendapatkan kabar dari kampungku. Kabar itulah yang menghempaskan diriku. Membuatku sadar bahwa kabar buruk itu adalah akibat dari perbuatanku. Kamu tau kabar itu apa?, adikku dihamili oleh temannya. 

Semenjak itu, aku tidak lagi bergaul dengan wanita itu. Sepanjang waktu dan sepanjang malam aku menyesali perbuatanku. Tapi kabar buruk itu tentu tidak bisa lagi diperbaiki, semuanya sudah rusak. Dosaku dan maksiatku ternyata tidak hanya menamparku, tapi  menampar keluargaku. 



Itulah ceritanya. 
 
Ia pun berhenti dan air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Matanya merah dan begitu basah setelah menceritakan kejadian itu.

“Allah tentu saja akan menerima taubatmu, jika kau bertaubat”, kataku.

“Kawan, ingatlah!. Pemuda seperti kita lebih berat cobaannya”, katanya.

Ia pun menambahkan nasihat sedikit panjang, “Keburukan itu punya jalan. Setan akan mengajakmu untuk menyusuri jalan itu. ketika kau masuk ke jalan itu, kau akan sulit kembali. Awalnya dia menarikku dengan berteman dengan orang yang buruk. Kedua dia memperkenalkanku dengan wanita. ketiga setan mengajakku untuk bertemu wanita itu. Keempat, aku bertemu dengan wanita itu. kelima aku pun bermaksiat dan berzina. Keenam, ibadahku rusak terbengkalai. Allah swt menegurku dengan kabar buruk dari keluargaku. Seadainya aku tidak berhenti mungkin aku bisa jatuh ke dalam dosa besar lainnya.” Ia berhenti sebentar dan melanjutkan, “Aku berpesan padamu, jangan sampai kau masuk ke dalam jalan itu. Tetaplah istiqomah dalam kebaikan dan ibadahmu. Karena kalau kau sudah masuk, kau sulit untuk kembali”.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar