Indonesia adalah salah satu negara yang punya
keragaman yang begitu luas. Mulai dari keragaman suku, budaya, ras, bahasa,
daerah bahkan agama. Cita-cita bangsa menjadikan keragaman itu damai dan
sejahtera masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun di sisi lain, berbagai
konflik dan kekerasan menjadi batu sandungan para pemimpin negeri untuk mewujudkan
cita-cita luhur tersebut.
Membuat perbedaan menjadi indah bukanlah
suatu yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu keluwesan hati yang
tinggi untuk dapat meredam segala hal yang dapat memicu tumbuhnya kebencian
dari perbedaan yang ada. Jika perbedaan tersebut adalah suatu perbedaan yang wajar
dan dapat diterima, maka kata “toleransi” akan bisa terwujud di dalamnya. Namun
apabila perbedaan tersebut mencakup masalah fundamental dan bergesekan dengan
prinsip hidup orang lain, maka kata “toleransi” tidak akan terealisasi.
Salah satu perbedaan yang sering
diperdebatkan dan muncul ke permukaan adalah perbedaan pendapat dalam suatu
agama, terutama agama Islam. Nubuwwat Rasulullah SAW mengenai perpecahan dalam
intra umat muslim menjadi kenyataan yang tidak dapat dielak oleh generasi umat
muslim saat ini. Lahirnya golongan-golongan di dalam tubuh umat Islam sendiri
menyebabkan kebingungan yang mendalam bagi para pegikutnya yang mungkin tidak
punya akses untuk memahami perbedaan yang ada.
Pendiskusian, perdebatan sampai
perkelahian mewarnai perbedaan yang ada di dalam umat Islam. Dari kalangan atas
sampai kalangan bawah seperti mahasiswa dan siswa turut meramaikan arena
pertarungan yang ada. Namun hasil kesepakatan serta saling menerima adalah
barang mahal yang tidak akan terbeli jika perbedaannya mencakup hal yang
fundamental.
Secara umum, perbedaan dalam agama Islam di
negeri ini sendiri bisa kita kelompokkan menjadi 3 golongan. Golongan ini
penulis kutip dari pendapat Charles kurzman dalam bagian pendahuluan bukunya
yang berjudul “liberal Islam”. Pertama customary Islam atau islam adat
yang ditandai dengan perbaruan praktik-praktik lokal dengan ajaran Islam yang
dianggap “asli”. Kedua, revitalist Islam atau islam puritan yang
merupakan respon terhadap Islam adat. Islam
puritan berupaya untuk melakukan “pemurnian”
terhadap apa yang didefinisikan terhadap Islam. Ketiga, liberal Islam
yaitu mereka yang kritis baik kepada customary Islam maupun revitalist
Islam untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan modern.
Dari tiga golongan diatas, maka kita akan
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perbedaan yang ada. Islam adat adalah
Islam yang menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang ada. Dimana Islam
adat ini sendiri sering di dasarkan pada ajaran Walisongo penyebar agama Islam
di Nusantara. Maka penyesuaian dengan adat dan budaya setempat itulah lahir
tradisi selametan, sekatenan, lagu-lagu yang bernafaskan Islam
seperti hadrah, kasidah dsb.
Melihat bercampurnya adat dan agama, maka
muncullah Islam puritan atau revitalist Islam yang ingin membersihkan
agama dari tempelan adat dan budaya yang dianggap masih bertentangan. Seperti ziarah
kubur yang masih diselingi dengan sesajen, acara-acara besar yang masih
menyisipkan tumbal kepada makhluk halus dsb. Hal tersebut menjadi dasar yang
membuat bergeraknya Islam puritan untuk datang memperbaiki kerusakan agama. Mengembalikan
mereka kepada Al-Qur’an dan as-sunnah adalah misi utama Islam puritan.
Dalam kemajuan berbagai bidang seperti
teknologi, politik, pendidikan, kesehatan dan perekonomian, muncullah aliran Islam
liberal yang beranggapan bahwa agama harus dapat berlari bergegas menyesuaikan
kemajuan yang ada. Sehingga muncullah paham bolehnya nikah beda agama
menyangkut banyaknya muslim dan non muslim yang terganggu dengan haramnya nikah
beda agama. Muncul paham kesetaraan gender, mengingat bangku politik sudah
mulai diisi oleh wanita. Muncul bolehnya mengucapkan selamat dalam perayaan non
muslim dikarenakan toleransi dalam dunia modern yang begitu tinggi. Muncul paham
Islam kontekstual yaitu islam yang menyesuaikan tempat dan kondisi sehingga
muslimah Indonesia boleh saja tidak berhijab mengingat kondisi kita tidak
memungkinkan untuk menutup semua tubuh karena cuaca tropis yang ada. Bahkan hilangnya
dasar syariah Al-qur’an seperti hukum memotong tangan, qisas, hudud dan lainnya
mengingat hal tersebut hanya berlaku pada zaman Rasulullah SAW. sampai kepada
pembolehan kaum LGBT masuk di Indoensia dikarenakan LGBT adalah gen bukan
kelainan.
Lalu bagaimana kita menyikapi perbedaan tersebut?
Maka Allah swt memberikan solusi terbaik
dalam banyak ayat yang salah satunya QS. An-nisa ayat 59
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
Diam dan apatis bukanlah strategi
cadangan terbaik yang bisa kita lakukan. Jika Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah
obat manjur untuk menghilangkan kebingungan, maka mengkonsumsi keduanya adalah
sebuah keharusan untuk menghilangkan penyakit kebingungan tersebut. belajar
adalah tindakan terbaik yang satu-satunya bisa kita lakukan agar perbedaan ini
tidak menjadi momok menakutkan dalam hidup kita.
Kita semua sepakat bahwa agama adalah
satu-satunya pegangan terakhir kita di saat semua akan sirna. Agama adalah hal
yang tidak bisa disepelekan mengingat bahwa agama adalah jalan hidup kita. dia
yang akan membawa kita masuk kepada surga atau neraka.
Dan perlu diingat bahwa ujian dahsyat
menerpa umat Islam ini. cukup dengan perbedaan dan pecahnya umat Islam dapat
membuat kelirunya kita dalam menuju pintu surga atau neraka, mengingat
perbedaan-perbedaan yang ada begitu samar dan tidak terbaca jika kita tidak
mempelajarinya.
Islam bukanlah agama yang membuat
pemeluknya memiliki perbedaan dan ciri masing-masing. Islam adalah agama yang
menyatukan pendapat, fikiran, dan perasaan. Keselamatan adalah misi Islam itu
sendiri. Jika Islam menghasilkan perbedaan yang dapat menyebakan pertikaian dan
emosi mendalam, akankah lahir keselamatan di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar