aku baru
keluar dari sebuah mini market dan kemudian menghampiri kendaraanku. Ku bayar
biaya parkir dengan pria berseragam oranye. Seketika aku menghidupkan starter,
ku melihat di seberang jalan dalam keramian dan lalu lalang pengguna jalan,
duduk di atas trotoar seorang kakek tua bercelana pendek, berbaju kemeja putih
yang tak dikancingnya, begitu lusuh dengan wajah memelas. Kulitanya yang
kendor, terlihat panas dihantam terik matahari.
Tak jauh
dari dirinya ada ibu-ibu berjilbab bergegas menuju kakek yang sedang duduk itu.
Ia mengahadap dan mengadakan dialog dengan si kakek. Aku paham betul bahwa ibu
itu menyuruh si kakek untuk berteduh dari teriknya matahari yang begitu menyengat
siang itu, karena jari si ibu menunjuk-nunjuk ke bangunan besar nan teduh di
dekat si kakek. Segera kakek itu ia rangkul dan berjalan pelan menyeimbangkan
kemampuan berjalan kakek yang begitu lambat dan tertatih-tatih karena sudah tua
renta.
Sikap ibu
itu bukanlah suatu yang biasa. Sungguh luar biasa menurutku, karena ada ratusan
kepala manusia di sekitar kakek tua, tapi tak satupun tergerak untuk memberi
perhatian kepadanya. Bagiku itu suatu pemandangan yang langka, apalagi di
perkotaan seperti ini, yang kebanyakan dihuni oleh manusia apatis.
Aku merinding
sekaligus kagum hari ini, aku bangga dan haru. Aku merasa besar hati dan senang
bahwa masih ada seorang yang punya sikap perhatian seperti itu. Dan satu hal
yang begitu berkesan, bahwa ibu itu seorang muslimah. Bayanganku tentang teror
bom dan kekearasan yang dibuat umat islam ekstrem seakan sirna dihapus oleh
kebaikan si ibu tadi. Sikap ibu itu memberi obat penenang sekelas heroin kepada
pikiranku yang ruwet terhadap bayangan umat islam saat ini.
Sikap ibu
itu mesti kusimpan dalam catatan ku hari ini, bahkan ku usahakan untuk
menirunya. Sikap langka dan mulia...........
0 komentar:
Posting Komentar