Hembusan angin sore menyongsong
mengibaskan hijab seorang anak remaja yang sedang bersender pada tiang sebuah pondok
kayu yang sudah rusak, lapuk, reot, tak beratap. Daun ilalang menari ke kiri ke
kanan berirama diterpa semilir angin sore menemani kesendirian gadis remaja itu. Pondok
tua yang sudah reot tinggal kerangka pun turut menemani gadis remaja itu,
pondok yang sudah reot itu seolah tegar kembali untuk berdiri beberapa saat menemani
sang gadis.
Si gadis tak jemu memandangi langit dan
matahari yang bersiap-siap menyudahi aktivitas dan menutup hari. Kau bisa
melihat gadis itu tampak murung. Awan sore yang sudah menguning tua itu turut menguatkan
dirinya agar tak bersedih. Dalam hati si gadis tersebut teriris, perih menahan
segala yang bergejolak di hatinya.
Bagaiamana tidak?, hijab yang ia
kenakan sekarang menjadi bahan cemoohan. Hijab berwarna hijau yang lebar dan
besar menutupi seluruh tubuhnya, yang tersisa hanya telapak tangan dan raut
wajahnya yang jelita. Tak satupun bisa kau dapatkan lekuk tubuhnya, bahkan
angin sore waktu itupun masih tak mampu melayangkan dan menyingkap bagian
tubuhnya yang lain selain kedua telapak tangan dan wajah sang gadis.
Hal itulah yang membuatnya sedih
teriris, dia harus menampilkan dirinya menjadi berbeda dengan mode dan pakaian
wanita remaja muslim lainnya. Yang lain mengenakan celana jeans super ketat
menampakkan lekuk tubuh dari pinggang sampai telapak kaki, baju butik yang
masih memperlihatkan ikatan busted houted, belum lagi baju yang mesti
dimasukkan ke dalam ingin memperlihatkan tali pinggang berkelas. Khimar atau
tudung kepala yang dibalut berbagai macam variasi, melilit lilit tak beraturan
untuk menjadikan senjata daya tarik bagi lawan jenis, namun lilitan himarnya
itu tak masih membiarkan dada dan punggunnya terlihat. Ditambah lagi dengan
alas kaki super tinggi memalsukan rendah badan.
Ribuan bahkan jutaan perempuan yang
bertaat namun palsu yang sudah mengeras hatinya seperti batu bersuka ria dengan
masa mudanya. Tak ada lagi penghalang antara laki-laki dan mereka. bersentuhan
bukan lagi hal tabu. Surga dan neraka sudah terlihat kabur dalam benak mereka
sehingga dengan tawa riang gembira mereka lalui hidup dengan penuh kemungkaran.
Hal itulah yang begitu meyakitkan lubuk
hati sang gadis berhijab. Untuk taat begitu berat, untuk taat ternyata harus
melawan kenyataan yang ada. Untuk taat tarnyata harus melawan ego nafsu yang
ada, yang inginnya kenikmatan semu semata. Untuk taat ternyata harus berani
melawan cemoohan dan hinaan serta pandangan sinis manusia di dunia yang fana.
Namun ia masih tegar dan mampu bertahan
di derasnya arus yang berlawanan dengan arahnya berlayar. Kalau tidak karena
bantuan Allah SWT, tentu dia akan hanyut seperti wanita yang hanyut lainnya.
“Keluarbiasaan dan keindahan tubuh yang diberi Sang Pencipta
seharusnya dijaga sesuai dengan cara yang diperintahkan olehNya. Allah swt saja
menjagamu dengan tidak memperkenankan kamu menampakkan your secret body.
Mengapa kamu sendiri tak menjaganya bahkan menjadikannya murah bisa dilihat
bahkan boleh dipakai bagi siapa saja.”
---Writer---
0 komentar:
Posting Komentar