Sabtu, 17 Juni 2017

SEJARAH PERADABAN KELAS B



Latar Belakang Penulisan
Sukarno pernah mengatakan “JAS MERAH” dalam pidato terakhirnya di tahun 1966 yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Vivanews, 2013). Setelah mengingat perkataan tersebut, jiwa penulis terasa bergairah dan raga penulis menjadi tergerak untuk mengumpulkan kembali fragmen-fragmen sejarah peradaban Negara kelas B -yang sudah lama diabaikan- untuk dijadikan sebuah kesatuan sejarah yang mengagumkan atau mungkin juga malah memalukan.

Salah satu alasan mengapa penulis tertarik sekali untuk merajut kembali untaian sejarah peradaban Negara kelas B ialah karena belum ada satupun sejarawan besar dunia yang meneliti dan menulis sejarah peradaban Negara tersebut. Thomas Stamford Raffles menulis sejarah Jawa,  Alfred Russel Wallace menulis sejarah Nusantara, Frederick Wells W menulis sejarah Cina, Arnold Toynbee menulis sejarah Jejak Peradaban Manusia dari 500 SM-Abad XX, Richard D. Heffner menulis sejarah Amerika Serikat, Seutonius menulis Catatan Sejarah Raja Romawi. Lalu siapa yang menulis sejarah peradaban Negara kelas B?. Tidak ada.

Oleh karena itulah, sebagai salah satu manusia yang pernah hidup di zaman berdirinya Negara kelas B, penulis merasa bertanggung jawab untuk menuliskan sejarah peradaban negara tersebut dan menunjukkannya pada dunia bahwa Negara kelas B pernah eksis di belahan bumi khatulistiwa. Semoga catatan sejarah peradaban ini bisa bermanfaat untuk anak cucu kita kelak, dan juga berguna bagi mereka yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai peradaban yang sungguh lucu ini.

SUMBER GAMBAR: http://mrpetblogs.blogspot.co.id


***
Sejarah Berdirinya Negara Kelas B

Negara Kelas B berdiri pada awal abad 21 Masehi atau lebih tepatnya pada tahun 2012 akhir. Kelas B ditetapkan sebagai negara resmi melalui kongres yang diselenggarakan oleh para anggota Tata Usaha (TU) di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada pertengahan tahun 2012. 

Di dalam foto ini ada beberapa manusia yang akan survive dan bakal hidup di Negara kelas B seperti Peri, Beni, Rian, Yogi dan Rasyid.
Setelah negara ini resmi berdiri, maka diadakanlah pemilihan presiden pertama untuk memimpin Negara kelas B. Saat itu yang menjadi calon presiden hanya ada dua orang; Muhammad Ani dan Muhammad Lutfi. Pemilihan dilakukan melalui mekanisme “tulis di kertas” dengan prinsip demokratis, jujur, adil dan transparan.

Dari hasil pemilihan umum tersebut, terpilihlah Muhammad Ani sebagai presiden pertama yang akan memimpin Negara kelas B dengan masa jabatan satu semester. Kemenangan Muhammad Ani sebagai presiden pertama dirayakan oleh para tim sukses dengan melambung-lambungkan Muhammad Ani hingga tercebur ke dalam selokan.

Sejak terpilihnya Muhammad Ani sebagai presiden pertama, Negara kelas B mulai membangun peradabannya. Secara garis besar, peradaban Negara kelas B dibagi menjadi tiga zaman (periode), yaitu zaman kegelapan, zaman kebangkitan dan zaman teknologi informasi. 

***
Zaman Kegelapan

Secara umum, zaman kegelapan ini ditandai dengan ketakutan, kekolotan, dan keabsurdan mayoritas masyarakat di Negara kelas B dalam berbagai hal; keilmuan, etika, moral dan kebudayaan.

Dalam bidang keilmuan, banyak masyarakat yang masih takut untuk bersuara di depan umum (berpendapat, bertanya dan menjawab). Freedom of Speech merupakan barang langka yang diciptakan sendiri oleh masyarakatnya, bukan karena kungkungan penguasa.

Misalnya:

“Ada yang ingin ditanyakan?,” tanya seorang Dosen.

“Krikkk...krikkk...krikk” (hanya terdengar suara jangkrik).

...

“Ada yang mau menjawab?,” tanya seorang Dosen di sesi lain.

“Krakkk....krukkk...krakkk...krukkk” (Feri diam-diam menggaruk selangkangan).

...

“Ada yang ingin menyampaikan pendapat?, silahkan!,” pinta seorang Dosen di sesi yang lain.

“Hoammm...” (Rio mengantuk).

...

Selain itu, ciri-ciri zaman kegelapan dalam bidang keilmuan lainnya dapat dilihat dari peninggalan berupa artefak-artefak kuno (makalah) di Negara kelas B. Ada dua ciri utama yang terdapat pada artefak (makalah) pada zaman kegelapan; pertama belum bisa menghilangkan jejak copy paste (tulisan masih berwarna, bergaris bawah, dan tidak rapi). Kedua, copy paste dari sumber yang tidak tepercaya (blogspot anak alay atau laman facebook anonim).

Pada periode ini, kebudayaan berbusana masyarakat Negara kelas B masih belum bisa beradaptasi dengan keadaan. Yang pria dan wanita masih suka mengenakan pakaian yang berwarna nyentrik sehingga terkadang tidak sinkron antara baju dan celana. Pria masih sering menggunakan sepatu sneaker yang biasa digunakan saat santai atau mengintai mantan di taman. Sementara wanita masih doyan menggunakan sepatu sendal yang terbuat dari karet lembek, yang apabila dijemur di bawah sinar matahari maka benda tersebut akan meleleh kepanasan.

Gaya berpakaian di zaman kegelapan.
Etika dan moral masyarakat pada zaman kegelapan masih begitu konyol dan absurd. Salah satu keabsurdan masyarakat pada zaman kegelapan bisa kita lihat pada sebuah gambar yang penulis temukan di galeri museum facebook.

Kelakuan salah satu rakyat di Negara kelas B pada zaman kegelapan.
Namun, zaman kegelapan pada akhirnya mulai menunjukkan perubahan. Hal tersebut ditandai dengan kebangkitan semangat berpendapat yang dipelopori oleh dua tokoh terkemuka, yaitu Muhammad Ani (presiden pertama) dan Muhammad Lutfi.

Muhammad Lutfi adalah tokoh pembaharu yang berasal dari kaum santri. Ia sudah terbiasa berdiskusi di wilayahnya. Ia juga seorang pecandu buku terbitan Paramadina. Ia mengaku mengidolakan tokoh pembaharuan seperti Nurcholish Madjid di Indonesia dan Muhammad Iqbal di Pakistan. 
 
Di tengah adalah salah satu tokoh pembaharuan di Negara kelas B (Muhammad Lutfi). Anda jangan heran, begitulah kelakuannya.
Sementara itu, presiden pertama yaitu Muhammad Ani juga turut serta membangkitkan semangat rakyatnya untuk berani bersuara pada ajang diskusi yang diselenggarakan di kelas. Salah satu trik yang dilakukan oleh Muhammad Ani untuk memancing para rakyat agar mau bersuara adalah dengan cara melemparkan pertanyaan sulit yang terkadang memang tidak perlu dipertanyakan. Misalnya, “Buat apa kita kuliah?.” “Duluan mana telur atau kepompong?.” “Mengapa kita bernafas?.” Dsb.

Dua tokoh inilah yang pertama kali membuka keberanian masyarakat untuk berani bersuara. 

Kepemimpinan Muhammad Ani tidak berlangsung lama, ia hanya mampu bertahan memimpin negara sepanjang satu semester. Integritas dan kredibiltas kepemimpinan Muhammad Ani mulai diragukan oleh masyarakat semenjak ia bersikap masa bodoh terhadap nilai ujian masyarakat di Negara kelas B.

Pada semester dua, kepemimpinan digantikan oleh Feri. Ia resmi menjadi presiden lewat pemilihan umum dengan mekanisme yang sama dengan pemilihan sebelumnya, yaitu melalui tulis di kertas. Budaya pemilihan presiden dengan cara tersebut tidak pernah digantikan oleh komisi pemilihan umum Negara kelas B karena cara tersebut dinilai sangat praktis, cepat, dan hemat biaya. Feri bahkan didaulat menjadi presiden seumur hidup oleh rakyat di Negara kelas B karena kepemimpinannya dinilai baik dan bertanggung jawab alias mau disuruh-suruh (Jokowi harus banyak belajar dari presiden Feri).

Pada zaman kepemimpinan Feri, Muhammad Lutfi sempat menghebohkan masyarakat dengan fatwanya yang kontroversial pada semester tiga, yaitu “Pacaran adalah iman yang paling sempurna”. Lutfi menilai pacaran sesuai dengan definisi iman, yaitu mulai muncul dari hati, diungkapkan dengan perkataan dan diamalkan dengan perbuatan. Saya yakin, ketua Jaringan Islam Liberal (JIL) seperti Ulil Abshar Abdalla pun akan angkat tangan bila mendengar statement dari Muhammad Lutfi tersebut.

Muhammad Lutfi juga pernah memfatwakan bahwa sekolah adalah pembodohan karena sekolah hanya menghabiskan waktu, biaya dan tenaga. Menurutnya, sekolah juga telah banyak melahirkan  para koruptor, pencuri, dsb.

Dominasi pemikiran Muhammad Lutfi yang kontroversial inilah yang dirasa penulis menjadi cikal bakal tumbuhnya gerakan Islamis Fundamental di kelas B. Gerakan ini dipelopori oleh Feri, Sam Haji, dan Laura. Mereka mencoba menjadi penyeimbang terhadap pemikiran tokoh pembaharuan Muhammad Lutfi. Hal ini juga sekaligus menjadi cikal bakal runtuhnya zaman kegelapan yang nantinya akan digantikan dengan zaman kebangkitan.
*** 

Zaman Kebangkitan

Lahirnya zaman kebangkitan ini ditandai dengan munculnya banyak tokoh-tokoh baru yang mulai berani mengemukakan pendapat. Sebagaimana yang telah penulis sampaikan sebelumnya, zaman kebangkitan ini dilatarbelakangi oleh perlawanan para tokoh-tokoh baru terhadap dominasi fatwa kontroversial yang dikeluarkan oleh tokoh pembaharuan Muhammad Lutfi.

Tokoh-tokoh awal yang memelopori lahirnya zaman kebangkitan ini adalah Sam Haji, Feri dan Laura. Mereka bertiga dikenal dengan trisula khilafah. Trisula khilafah meyakini bahwa sistem demokrasi saat ini menjadi penyebab utama munculnya berbagai masalah dalam banyak sektor. Oleh karena itu, sistem demokrasi mesti diganti dengan sistem khilafah. 

Sam Haji sendiri mengaku ideologi yang ia bawa di kelas terinspirasi dari tokoh-tokoh besar seperti Ismail Yusanto, Hj. Irene Handono, dan Felix Y. Siauw yang berlanjut pada masuknya ia ke dalam ruang organisasi tersebut. 
 
Sam Haji sedang memperdalam wawasan.
Sementara itu, Feri sudah lebih dulu mengetahui ideologi ini dari orang tuanya yang menjadi anggota Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Indonesia (bukan Hizbullah Lebanon) yang mana sama-sama meyakini akan wujudnya khilafah di akhir zaman. Kesamaan pandagan inilah yang membawa Feri bergabung bersama Sam Haji dan Laura.
 
Kedekatan Feri dengan Sam Haji saat mengampanyekan sistem Khilafah. Takbir!!!
Muhammad Lutfi sangat tidak setuju dengan ideologi yang dibawa oleh ketiga tokoh di atas. Dalam setiap diskusi, ketika ketiga tokoh tersebut mengatakan Khilafah adalah solusi dari berbagai permasalahan, maka dengan cepat pula Muhammad Lutfi menyambar usulan tersebut dan menolak tegas ide tersebut dengan mengatakan bahwa negara ini adalah negara multikultural, multietnis dan plural. Jangan sampai kekuasaan dan peraturan hanya dikendalikan oleh satu kelompok.

Muhammad Lutfi tidak berjuang sendiri, ia dibantu oleh salah satu tokoh humanis bernama Ahmad Firdaus. Meskipun Ahmad Firdaus tidak pernah satu kali pun menyampaikan statement bahwa ia mendukung Muhammad Lutfi, namun jelaslah bahwa mereka berdua memiliki kesamaan, yaitu tidak sepakat dengan konsep khilafah. Ahmad Firdaus menegaskan bahwa sistem khilafah sangat sulit diterapkan di zaman sekarang.

Ahmad Firdaus adalah salah satu tokoh yang mulai belajar tentang ideologi dunia sejak tahun 2014. Pencarian itu membuat dirinya tertarik kepada satu ideologi yaitu humanisme. Dua tokoh yang menjadi acuannya adalah Mahatma Gandhi dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Humanisme itu sendiri menurut beliau sederhananya adalah memanusiakan manusia. Di dalam Islam, konsep ini tercermin dalam rumusan Maqashid Syariah atau jaminan atas lima hal mendasar yaitu hak hidup, beragama, memelihara keturunan, memiliki harta, dan keselamatan fisik.
Proses pencarian ideologi oleh seorang Ahmad Firdaus sekaligus pencarian calon istri.
Di zaman kebangkitan ini tidak hanya menampilkan suasana perdebatan antara trisula khilafah dengan Muhammad Lutfi dan Ahmad Firdaus. Tapi di zaman ini pula -di wilayah lain- lahir tokoh-tokoh yang mulai memperdalam wawasannya seperti Abdur Rasyid, Kurniawan Riantoso dan Benny Subandi. 

Abdur Rasyid mulai rajin melahap karya Habiburrahman El Shirazy dan Buya Hamka serta rajin mengikuti ceramah Zakir Naik di internet. Kurniawan Riantoso mulai rajin mengonsumsi kajian-kajian yang dibawakan oleh Ust. Abdul Somad dan Mustafa Umar serta membaca karya Buya Hamka. Benny Subandi pun demikian, ia mulai tertarik untuk mengkaji karya Iman Syafi’i.

Dua tokoh yang bisa dikatakan begitu akrab adalah Abdur Rasyid dan Kurniawan Riantoso, karena mereka sama-sama menyukai karya-karya Buya Hamka. Sementara Beni sendiri adalah seorang tokoh sufistik yang senang hidup menyendiri sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya.
 
Benny Subandi seorang tokoh sufistik yang gemar menyendiri di gua-gua.
Demikianlah cuplikan dari zaman kebangkitan, yang mana ditandai dengan keberanian berpendapat dan semangat dalam mengkaji serta mempelajari ilmu dari para tokoh-tokoh besar.
*** 

Zaman Teknologi dan Informasi

Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi juga berdampak pada peradaban di Negara kelas B. Perubahan ini ditandai dengan berpindahnya selera masyarakat dalam menggunakan gadget. Masyarakat yang awalnya pengguna gadget dengan sistem operasi Java banyak berpindah ke gadget dengan sistem operasi android.

Dengan adanya gadget android serta menjamurnya media sosial membuat arena perdebatan berubah dari yang awalnya bertatap langsung di ruang kelas menjadi berbaku hantam di media sosial. Tindakan-tindakan perdebatan di media sosial dilakukan dengan cara menshare meme, foto, video dan status yang bernada satir. Bahkan jika mereka sedikit pintar dan sedang mendapatkan pencerahan, tokoh-tokoh yang bergulat di media sosial bisa membuat status cerdas dan no plagiat namun tetap dengan nada satir yang bakal menyakitkan bagi pihak lawan.

Pada zaman ini, muncul satu tokoh baru yang sebelumnya pada zaman kebangkitan tidak terlihat kejelasan dari arah pemikirannya, yaitu Danny Pranata. Ia muncul pada momen aksi bela ulama menjalar di dunia maya. Tentu saja Danny menjadi salah satu simpatisan yang pro terhadap aksi bela ulama. Ia juga sering menyebarkan opini-opini yang berasal dari kelompok yang ia ikuti.

Peristiwa aksi bela ulama semakin menegaskan keberpihakan para tokoh di Negara kelas B, yang mana kelompok Islamis fundamental diwakili oleh Feri dan Sam Haji. Kelompok Islamis moderat diwakili oleh Abdur Rasyid, Kurniawan Riantoso, Danny Pranata dan Benny Subandi. Sementara kubu nasionalis sekuler diwakili oleh Ahmad Firdaus dan Muhammad Lutfi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri khas dari zaman teknologi dan informasi ini ditandai dengan sangat besarnya pemanfaatan internet dan gadget dalam menyampaikan pemikirannya. Pada zaman ini pula para tokoh semakin memperlihatkan keekslusifan mereka dalam berkelompok dan berideologi.
 ***

Kehancuran Negara Kelas B

Pada tahun 2016, Negara kelas B mulai mengalami kehancuran. Hal ini tidak disebabkan oleh pertikaian antar para tokoh, melainkan karena presiden kedua yaitu Feri yang terpilih seumur hidup mengundurkan diri dari jabatannya. Mundurya presiden Feri dari jabatannya membuat beberapa tokoh lain seperti Muhammad Lutfi dan Minal Ridho turut hengkang dari Negara kelas B pada tahun yang sama.

Pada tahun berikutnya, yaitu di tahun 2017, beberapa tokoh menyusul keluar dari Negara kelas B seperti Kurniawan Riantoso, Abdur Rasyid, Perisai Supra Yogi dan Danny Pranata. Rencananya pada tahun 2017, Sam Haji dan Laura ikut hijrah dari Negara kelas B.

Dua tokoh besar yang masih bertahan di Negara kelas B adalah Ahmad Firdaus dan Benny Subandi. Dalam hal ini, Ahmad Firdaus dan Benny Subandi membuktikan bahwa mereka berdua adalah seorang idealis sejati. Mereka juga memiliki jiwa nasionalis yang tinggi terhadap Negara kelas B, hal itu dapat dilihat dari keputusannya yang matang untuk tetap bertahan di Negara kelas B di tengah kemelut yang tak berkesudahan.
*** 

Persamaan yang Menyatukan

Meskipun saling berbeda dalam hal pemikiran dan ideologi, semua tokoh di atas sepakat untuk tidak setuju dengan adanya aksi kekerasan dan teror dalam menyebarkan paham dan keyakinan. Semua tokoh mengutuk keras aksi bom bunuh diri dan bom panci. Dari kesamaan itulah, penulis optimis bahwa tokoh-tokoh ini masih bisa dipersatukan dalam satu Negara yang baru di kemudian hari.

Mungkin hanya sebatas inilah kemampuan penulis untuk menyampaikan kepada publik mengenai sejarah peradaban Negara kelas B. Penulis sangat berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis juga berharap sekali ada pelakon sejarah Negara kelas B yang sudi membaca tulisan ini dan memberitahukan kepada penulis terkait kekurangan data yang tidak dimasukkan ke dalam narasi sejarah, atau mungkin ada bagian-bagian yang masih kurang lucu silahkan disampaikan.

Terima kasih atas perhatiannya. Wassalam...salam jas merah.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar