Assalamu’alaikum,
masih puasa?.
***
Meskipun baru empat hari kita berpuasa, provokasi
untuk mengajak BUKBER (Buka Puasa Bersama) sudah mulai bergema di media sosial,
terkhusus pada kalangan baru akil balig. Fenomena sosial ini saya yakin akan semakin
mendapatkan momentumnya saat menjelang akhir Ramadan nanti.
Jadi, wahai kalian para entrepreneur muda, manfaatkanlah kesempatan ini dengan
sebaik-baiknya, karena di bulan Ramadan ini perilaku konsumtif masyarakat
Indonesia akan semakin meningkat. Kalian bisa buka warung jajanan, jual es
tebu, atau jual petasan dan kembang api, lumayan buat nambah uang THR.
Bukber tidak hanya sekedar menjadi ajang
untuk merperhalus budi pekerti seorang manusia, tapi juga menjadi ajang untuk
bersosialisasi antar sesama bahkan bisa menjadi ajang unjuk gaya dan mode
busana.
Sudahlah ini bulan puasa, saya harus menahan
diri dari mengkritik dan mencela. Ehmm....
Oke, kali ini saya ingin memberikan beberapa
hal yang harus diketahui terkait penyelenggaraan buka puasa bersama yang
mungkin tidak begitu penting untuk kalian baca, tapi setidaknya bacalah ya!, lah maksa. Mungkin beberapa hal itu
seperti saran atau tips bagi kalian yang ingin menyelenggarakan pesta buka
puasa bersama.
Langsung saja.
Pertama, Pemilihan Tempat.
Dalam teori pendidikan, lingkungan sangat berperan
penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan seorang peserta didik. Jika
lingkungannya baik, maka potensi kebaikannya juga akan selaras dengan kebaikan
yang ditawarkan oleh lingkungannya.
Nah, dalam memilih tempat berbuka puasa, kita
tidak perlu ribet menggunakan teori pendidikan di atas, karena teori di atas
hanya sekedar intermezzo, pesanan
iklan dari menteri pendidikan dan kebudayaan.
Ada banyak tempat yang bisa digunakan untuk
mengadakan buka puasa bersama. Kita bisa menyelenggarakannya di tempat ibadah,
rumah, sekolah, kafe, restoran, dan tempat-tempat lainnya yang tentunya dapat menyediakan
makanan dan minuman.
Namun, tempat yang paling sering menjadi perdebatan
adalah rumah dan restoran. Perlu saya perjelas terlebih dahulu, yang dimaksud
dengan restoran di sini bukan sekedar tempat makan mewah yang berada di hotel
berbintang, tapi restoran juga bisa berarti tempat makan sederhana seperti
warung pecel ayam dan bakso setan.
Untuk memudahkan pemilihan tempat di atas,
ada baiknya kita analisis terlebih dahulu satu per satu keuntungan dan kerugian
ketika mengadakan acara buka puasa bersama di tempat tersebut. Kali ini kita
akan menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif komparatif
(perbandingan kualitas) yang sudah saya ajukan kepada ketua jurusan dan tentu
saja sudah di acc. Terima
kasih Pak.
Rumah.
Keuntungan pertama bila kita mengadakan buka bersama di sebuah rumah adalah
hemat biaya. Bahkan menurut survei ecek-ecek, berbuka puasa bersama di rumah
bisa menghemat biaya produksi hingga 30 persen.
Keuntungan lainnya bila mengadakan buka puasa
bersama di rumah adalah ketepatan waktu. Dengan sistem seperti ini, kita bisa
menghitung keefisienan waktu. Misalnya, kapan harus masak?, kapan harus memukul
es batu?, kapan harus menuangkan es kopyor ke dalam gelas plastik dan sebagainya?,
semuanya bisa diperhitungkan dengan sangat baik. Sehingga pada saat azan magrib
berkumandang, semua orang sudah bisa membasahi kerongkongannya dengan air yang
menyegarkan.
Dengan berbuka puasa bersama di rumah juga,
kita bisa memperkuat hubungan sosial antar sesama, karena semua pekerjaan
seperti berbelanja bahan, mencuci buah-buahan dan menggoreng ayam bisa dikerjakan
bersama-sama. Persis seperti teori gotong royong ala Mohammad Hatta.
Hanya saja, sistem seperti ini bisa
mengakibatkan terbukanya peluang untuk korupsi. Maklumlah, tidak ada satupun
sistem yang sempurna di dunia ini. Tuan rumah bisa saja menimbun beberapa potong
dada ayam atau beberapa gelas kolang-kaling sehingga mengakibatkan kerugian
terhadap peserta buka puasa bersama. Dan sedihnya lagi, KPK tidak akan mau
mengusut kasus korupsi yang berbau agama seperti ini. Ingat, politik harus
dipisahkan dari agama. Islam Yes,
Partai Islam No, begitulah semboyannya.
Kerugian lainnya dari berbuka puasa bersama
di rumah adalah dapat menyebabkan keletihan dan kecape’an para peserta. Karena
yang menyiapkan semuanya adalah orang-orang yang terlibat dalam acara buka
puasa bersama.
Restoran.
Bila
buka puasa bersama di rumah bisa menghemat biaya, maka sebaliknya, berbuka puasa
di restoran akan lebih banyak mengeluarkan biaya. Namun peluang untuk korupsi
akan tertutup rapat, karena akumulasi keuntungan sudah terserap oleh pemilik restoran.
Kerugiannya, biasanya penjamuan hidangan di
meja makan akan terasa lama. Terkadang azan magrib sudah berkumandang, si chef masih asik menggoyangkan spatulanya
untuk menggoreng bawang.
Keadilan sosial bagi seluruh peserta buka
puasa bersama juga terkadang sulit didapatkan. Karena itu tadi, masak
makanannya lumayan lama, apalagi masih ada beberapa restoran yang belum beralih
dari kompor minyak tanah ke kompor gas, bahkan masih ada yang menggunakan kayu
bakar.
Untuk menghindari ketidakadilan tersebut,
kita bisa melakukan pemesanan terlebih
dahulu, minimal satu jam sebelum waktu berbuka.
Keuntungan berbuka puasa di restoran adalah
tidak ribet dan tidak menimbulkan keletihan karena kita tidak turun langsung
dalam menyiapkan makanan dan minuman. Kita tidak perlu sok ikut-ikutan
pramusaji menumis kangkung dan menggeprek
ayam. Kita juga tidak perlu sibuk menata meja dan menyapu halaman, apalagi
mengatur kendaraan di parkiran.
***
Kedua, Mensilentkan Gadget.
Bagi sebagian orang, memainkan gadget di keramaian mungkin bukanlah
tindakan asusila. Tapi bagi yang perasa dan punya kesadaran sosial yang tinggi serta
rajin ikut upacara bendera, melihat teman yang bermain gadget di saat sedang kumpul bareng adalah sebuah tindakan yang
tercela. Orang yang seperti itu (sering sibuk sendiri dengan gadget di tengah keramaian) patut
dipertanyakan nilai akidah akhlak dan ilmu pengetahuan sosialnya!.
Ingat, gadget
hanya boleh dimainkan pada saat kita menjadi orang pertama yang datang ke
tempat yang sudah dijanjikan untuk buka puasa bersama, lumayan untuk membunuh
waktu saat menunggu.
Atau pada saat ada sesi foto bersama barulah
kita boleh menggunakan gadget kita.
Di saat itu hukum menggunakan gadget
menjadi fardhu kifayah, apabila
sebagian teman sudah melakukannya, maka gugurlah kewajiban teman yang lain,
karena foto itu nantinya bisa dishare
lewat media sosial, bluetooth atau Shareit.
Serahkan foto bersama kepada teman yang
memiliki kualitas kamera yang mempuni. Jika gadget
anda kameranya hanya berkekuatan 0,5 megapiksel, maka simpanlah gadget anda rapat-rapat di saku celana,
bila perlu kubur dengan tanah.
Tapi jika kita orang yang terakhir datang, dan
saat itu sudah ramai teman-teman kita yang datang, maka jangan pernah mainin gadget kita!. Bercengkeramalah dan
bertatap muka lah dengan mereka, karena itu adalah hal yang langka.
Kalaupun mereka ngacangin kita, kita tetap
tidak boleh memainkan gadget. Sebagai
alternatif, kita boleh memainkan hal yang lain seperti gulung-gulung tisu dan membengkokkan
garpu.
***
Ketiga, Mengadakan Kultum.
Selama ini kegiatan buka puasa bersama kita
miskin makna. Bukannya menambah pahala, yang terjadi malah bergosip ria
sehingga menumpuk dosa. Para cowok gosipin Hamish Daud tunangan sama Raisa, nah
yang cewek gosipin naiknya harga bawang putih di pasaran.
Bagaimana jika perilaku tidak berfaedah itu
kita ubah. Caranya adalah dengan mengadakan acara kultum (kuliah tujuh puluh
tahun). Tujuannya adalah untuk mengalihkan kegiatan yang tidak bermanfaat
menjadi bermanfaat.
Agar saat mendengar kultum tidak pada ngantuk
seperti mendengarkan khutbah Jumat, maka materi kultum haruslah materi terkini,
seperti pembubaran HTI, penetapan HRS sebagai tersangka, RUU penyelenggaraan
pemilu atau kebangkitan situs MOJOK.CO di kancah dunia digital setelah pongah
menyebut dirinya bakal bubar beberapa abad lalu.
Jika kita tidak punya teman yang bertalenta
dalam memberikan kultum, maka kita bisa menggantinya dengan acara lain, seperti
acara motivasi, ospek MLM, atau atraksi sulap. Tapi jika ada yang berbakat,
anda bisa mendaftarkan beliau ke acara Asia
Got Talent yang akan diselenggarakan di Jakarta 3 Juni mendatang.
***
Mungkin cukup sekian pembahasan dari rumusan
masalah yang telah saya ajukan. Saya khawatir apabila semakin dituloykan (diteruskan), maka tulisan ini
bisa membatalkan puasa kita bersama.
Tentu saya menyadari masih banyak kekeliruan
dan keabsurdan dalam tulisan saya, oleh karena itu saya tidak memerlukan kritik
dan saran dari para pembaca, karena tulisan ini juga tidak akan saya
pertanggungjawabkan secara akademis.
Saya tidak pernah mengiming-imingi para
pembaca dengan gelimang pahala ketika membaca tulisan ini. Karena jika pembaca
waras, tentu pembaca sudah menutupnya sejak membaca bagian judul dan menggantinya
dengan bacaan yang lebih bermanfaat... seperti membaca status hoax.
Sekian dan terima kasih. Salam Ramadhan.
0 komentar:
Posting Komentar