Awal tahun 2015, menjadi awal yang cukup
buruk buatku. Aku harus bertemu seseorang yang sebenarnya tidak ingin kutemui.
Karena itu sudah berlalu, maka pertemuan itu ku anggap takdir. Berjalan dengan
orang yang baru kutemui ini bisa dibilang menjadi penyebab hancurnya pondasi
yang telah kubangun.
Di pertengahan tahun, orang itu sudah
pergi dan tidak bersamaku lagi. Entah siapa lagi orang yang dicarinya, aku
tidak peduli. Keadaan yang sudah berantakan ini membuat ku meratap, dan
bertanya, “apakah aku mampu untuk membangun pondasi ini kembali?, apakah aku
mampu menjadi diriku yang dulu?”.
Aku sudah merasa kehilangan arah, aku
sudah merasa tidak punya tujuan, aku sudah merasa kaki ini tak mampu untuk
berbalik arah ke jalan yang dulu. Perlu waktu lama untuk memperbaiki kesalahan
ini, perlu waktu lama untuk memperbaiki emosi ini, dan perlu waktu yang lama
untuk menyadarkan raga ini, bahwa aku harus kembali.
Aku merasa berada diantara dua
persimpangan. Di satu jalan aku melihat orang-orang bahagia dengan kesuksesannya.
Tapi aku melihat di ujung jalan orang itu ada jurang dan kobaran api. Aku tidak
ingin bersama mereka, tapi jalan itu dipilih banyak orang dan semua mengajakku
untuk bersama mereka, bahkan dipaksa. Di satu jalannya lagi aku melihat orang
melarat, stress, sedih, karena jalan yang ditempuh mereka tidak mudah, namun
aku melihat di ujung jalan mereka ada kebun nan indah, sejuk dan tempat yang
layak. Mereka mengajakku juga, tapi tidak memaksa.
Idealis, aku ingin punya tujuan yang
indah, tapi realistis, aku tidak mampu jika tidak bersama mereka yang punya
kehidupan layak walau tujuan yang buram dan tak menjanjikan. Sayangnya sifat manusia selalu begini, susah
untuk melihat sesuatu di balik dinding. Yang dikejar hanya sesuatu yang ada di
lihat mata. Namun untungnya manusia diberi mata di dalam hati, agar ia bisa
melihat jauh dari apa yang ia bisa lihat. Sayangnya lagi, tak semua orang bisa
menggunakan hati mereka untuk melihat, termasuk aku.
Sekarang sudah berada di akhir tahun. Aku
rasa cukup untuk membenahi emosi ini, aku rasa cukup untuk membiarkan jiwa ini
beristirahat, dan aku rasa cukup untuk berlama-lama berada di persimpangan
jalan. Tahun 2015 akan segera berlalu dan tahun 2016 akan segera datang. Aku
tak ingin di awal tahun nanti semuanya masih terlihat sama. Harus ada sesuatu
yang baru dan harus ada pilihan yang akan dituju.
Jika aku masih punya waktu, mengapa
tidak. Jika aku masih punya hari, mengapa tidak. Jika dunia masih memberiku
tempat, mengapa tidak. Jika matahari masih memberi cahaya, mengapa tidak. Dan
jika Tuhan masih mengatur semuanya, mengapa tidak. Bangkit walau harus jatuh
lagi, belajar walau lelah, membangun walau runtuh, dan berubah walaupun aku tau
suatu saat nanti aku masih begini, setidaknya aku sudah berusaha.
-Pagi menjelang akhir tahun-
0 komentar:
Posting Komentar