Rabu, 23 Desember 2015

PAGI MENJELANG AKHIR TAHUN



Awal tahun 2015, menjadi awal yang cukup buruk buatku. Aku harus bertemu seseorang yang sebenarnya tidak ingin kutemui. Karena itu sudah berlalu, maka pertemuan itu ku anggap takdir. Berjalan dengan orang yang baru kutemui ini bisa dibilang menjadi penyebab hancurnya pondasi yang telah kubangun.

Di pertengahan tahun, orang itu sudah pergi dan tidak bersamaku lagi. Entah siapa lagi orang yang dicarinya, aku tidak peduli. Keadaan yang sudah berantakan ini membuat ku meratap, dan bertanya, “apakah aku mampu untuk membangun pondasi ini kembali?, apakah aku mampu menjadi diriku yang dulu?”.

Aku sudah merasa kehilangan arah, aku sudah merasa tidak punya tujuan, aku sudah merasa kaki ini tak mampu untuk berbalik arah ke jalan yang dulu. Perlu waktu lama untuk memperbaiki kesalahan ini, perlu waktu lama untuk memperbaiki emosi ini, dan perlu waktu yang lama untuk menyadarkan raga ini, bahwa aku harus kembali.

Aku merasa berada diantara dua persimpangan. Di satu jalan aku melihat orang-orang bahagia dengan kesuksesannya. Tapi aku melihat di ujung jalan orang itu ada jurang dan kobaran api. Aku tidak ingin bersama mereka, tapi jalan itu dipilih banyak orang dan semua mengajakku untuk bersama mereka, bahkan dipaksa. Di satu jalannya lagi aku melihat orang melarat, stress, sedih, karena jalan yang ditempuh mereka tidak mudah, namun aku melihat di ujung jalan mereka ada kebun nan indah, sejuk dan tempat yang layak. Mereka mengajakku juga, tapi tidak memaksa.

Idealis, aku ingin punya tujuan yang indah, tapi realistis, aku tidak mampu jika tidak bersama mereka yang punya kehidupan layak walau tujuan yang buram dan tak menjanjikan.  Sayangnya sifat manusia selalu begini, susah untuk melihat sesuatu di balik dinding. Yang dikejar hanya sesuatu yang ada di lihat mata. Namun untungnya manusia diberi mata di dalam hati, agar ia bisa melihat jauh dari apa yang ia bisa lihat. Sayangnya lagi, tak semua orang bisa menggunakan hati mereka untuk melihat, termasuk aku.

Sekarang sudah berada di akhir tahun. Aku rasa cukup untuk membenahi emosi ini, aku rasa cukup untuk membiarkan jiwa ini beristirahat, dan aku rasa cukup untuk berlama-lama berada di persimpangan jalan. Tahun 2015 akan segera berlalu dan tahun 2016 akan segera datang. Aku tak ingin di awal tahun nanti semuanya masih terlihat sama. Harus ada sesuatu yang baru dan harus ada pilihan yang akan dituju.

Jika aku masih punya waktu, mengapa tidak. Jika aku masih punya hari, mengapa tidak. Jika dunia masih memberiku tempat, mengapa tidak. Jika matahari masih memberi cahaya, mengapa tidak. Dan jika Tuhan masih mengatur semuanya, mengapa tidak. Bangkit walau harus jatuh lagi, belajar walau lelah, membangun walau runtuh, dan berubah walaupun aku tau suatu saat nanti aku masih begini, setidaknya aku sudah berusaha.

-Pagi menjelang akhir tahun-

Share:

0 komentar:

Posting Komentar