Kamis, 24 Desember 2015

BELAJAR DARI SULAP



Sejak kecil aku tertarik dengan dunia sulap. Sering sekali sehabis pulang dari sekolah waktu SD ada pertunjukkan sulap di pasar. Masih dengan pakaian putih merah, aku langsung menuju ke arah tenda yang di kerumuni banyak orang dimana tempat pertunjukan aksi sulap itu diadakan. Rela berdesak-desakkan dengan orang dewasa, menyelip diantara kerumunan dan mengambil posisi paling depan. Walau pertunjukkan sulapnya sangat tradisional dan diselingi dengan jual obat, pertunjukkan itu cukup menginspirasiku.

Si magician alias penjual obat pernah memainkan suatu permainan yang membuat ku penasaran. Ia bermain dengan dua buah gelas dan satu bola pimpong. Permainan itu ia lakukan di atas meja kecil atau lebih tepatnya sebuah kotak balok dari kayu. Bola pimpong ditutup dengan salah satu gelas, kemudian satu gelas lagi disimpan disampingnya dengan jarak yang agak jauh dari gelas yang berisi bola pimpong. Dengan komat-kamit jampi-jampi, bola pimpong bisa berpindah ke gelas yang satunya, tanpa kecepatan tangan apalagi dipindahkan secara manual. Ia tidak membongkar triknya, tapi aku menyimpulkannya bahwa kuncinya adalah percaya diri.

Permainan seperti itu ku coba dirumah. Kuambil gelas plastik di dapur dengan warna yang gelap biar bola pimpong gak nampak. Dua gelas sudah disiapkan lengkap dengan bola pimpongnya. Ku simpan bola pimpong di salah satu gelas, dan gelas satunya lagi kusimpan dengan jarak yang berjauhan persis seperti yang pesulap pasar tadi lakukan. Dengan penuh keyakinan disertai dengan do’a-do’a gak jelas, ku tiupkan pada gelas yang berisi bola pimpong. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri aku merasa bola pimpong itu sudah berpindah ke gelas yang lain. kudekati gelas itu dan ternyata posisinya masih tetap sama. Bola pimpongnya bahkan terlihat kecewa dengan tingkah laku ku yang absurd itu..hahahahha.

Agak usia ke atas sedikit dengan pola pikir yang udah lumayan, aku mencoba mendalami lagi dunia sulap ini. tepatnya waktu SMA dengan fasilitas internet yang sudah mulai mewabah, ku manfaatkan untuk browsing mengenai trik-trik sulap sederhana. Baru beberapa hari belajar dari internet, aku sudah mulai memberanikan diri untuk tampil di sebuah acara di sekolah. Satu hari penuh menyiapkan peralatan-peralatan handmade nya dan ternyata gagal tampil, karena ada seorang pesulap yang lebih mahir tampil juga di acara tersebut dan menghabisi seluruh waktu acara. Tidak tanggung-tanggung, pesulap tersebut juga mengisi acara dengan hipnotis yang menghibur. Dalam hati aku ingin berujar “syukur tidak tampil, kalau tampil bisa dilempar pakai kursi plastik ni, soalnya ada pesulap yang lebih profesional lagi”.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga buatku untuk terus belajar lagi. Ku browsing-browsing tentang trik sulap, dan akhirnya ketemu dengan toko sulap online. Di situs itu aku melihat ratusan trik-trik sulap plus alat-alatnya sekaligus dengan harga puluhan ribu sampe puluhan juta. Bahkan alat-alat sulap itu juga pernah dimainkan oleh pesulap-pesulap pro di Televisi.
Tanpa pikir panjang, alat-alat itu ku pesan, ku pelajari dvd nya, dan kadang kupraktekkan dengan teman-teman. Hingga akhirnya dunia sulap mulai kudalami waktu itu. Tibalah saatnya, pada saat praktek kesenian diadakan sebuah pertunjukkan-pertunjukkan untuk mengambil nilai ujian. Perkusi ditampilkan, drama ditampilkan, puisi ditampilkan dan aku menjadi yang lain sendiri karena aku menampilkan sulap, walau dengan penampilan yang tidak memuaskan, tapi itu awal kalinya aku mempertunjukkan hobi SD di depan orang-orang ramai.

Waktu terus berlalu, selesailah masa SMA dan masuklah masa kuliah. Di Pontianak aku bergabung dengan komunitas anak sulap. Dengan mereka aku belajar sulap yang triknya bahkan tidak ada di jual di toko sulap langganan ku. Di situ kita berbagi dan sharing mengenai dunia sulap. Di komunitas ini aku belajar untuk street magic alias sulap di jalanan, di taman, di cafe, di mana saja selain di panggung. Selama bergabung dengan komunitas ini aku serasa menjadi sangat-sangat bisa walau tentu saja masih banyak kekurangan, tetapi setidaknya udah lumayan dan gak absurd kayak SD dulu lagi.

Setelah sekitar satu tahun bergabung dengan sering gathering bareng. Aku memutuskan untuk meninggalkan dunia sulap dan tidak lagi berhubung dengan dunia itu. Alasannya simpel waktu itu, “fokus kuliah kubilang”.

Nah itulah cerita tentang sulap dan rasa penasaranku waktu SD yang akhrinya terpecahkan. Ternyata semua keajaiban yang pernah para magician mainkan itu ada triknya termasuk trik yang telah dilakukan oleh pesulap pasar yang dimainkan waktu aku SD dulu.

Kawan-kawan sering bilang bahwa sulap itu nipu. Itulah respon mereka ketika beberapa kali aku tunjukkan permainan sulap dihadapan mereka. walaupun respon mereka seperti itu, tapi aku tau bahwa mereka menyimpan rasa penasaran yang mendalam dan bertanya dalam hati “kok bisa?”.

Tapi dari sulap aku belajar sesuatu. Bahwa untuk menghibur seseorang terkadang apa yang dilakukan si penghibur adalah berbohong. Pesulap salah satunya, dia memainkan sesuatu efek yang membuat orang takjub, terpukau, heran dan bahkan tertawa atau terhibur, tapi di balik itu, tangannya lincah bermain untuk melarikan suatu benda atau dengan mengalihkan perhatian orang lain sehingga tidak sadar bahwa ada satu momen pesulap memanipulasi permainannya.

Itu hanya salah satunya. Contoh yang lain apa?, contoh yang lain adalah komedian. Dalam pertunjukkan komedi orang sering tertawa, tapi kalau kita mau jujur, banyak isi komedi itu sesuatu yang gak masuk akal yang tandanya itu hanyalah bualan saja sehingga orang menganggap itu lucu.

Contoh lain lagi film atau drama. Orang kalau nonton film itu intinya lebih sering pengen cari hiburan. Ke bioskop karena pengen terhibur, beli dvd karena perlu hiburan, bahkan ngeyoutube karena ada waktu senggang dan pengen ngehibur diri. Semua film ada skenarionya, ada sutradaranya, ada pemerannya, dan terakhir pasti ada filmnya sehingga disebut film. Itu semua bukti bahwa film adalh dibuat-dibuat dan di perindah agar menghibur, entah dengan sedihnya atau bahagiannya ending film, yang penting udah memberi kamu sesuatu yang kita bilang hiburan.

Kehidupan itu gak jauh kayak sulap tadi. Dia menghibur, tapi menipu. Semuanya terasa enjoy untuk dinikmati tapi semuanya juga bersifat sementara. Steve job selama hidupnya mungkin kaya luar biasa, tapi apakah setelah tidak hidup dia masih tetap kaya? Tentu tidak. Hidup tu kayak gitu, pada saat hidup aja buat kita terhibur, tapi setelah itu atau dibalik itu ia bohong dengan kita. dia bilang semua akan baik-baik saja, tapi di balik itu ada sesuatu yang sangat tidak baik-baik saja.

Dari sulap aku belajar bahwa hidup itu sama kayak sulap, dia mengibur tapi berbohong pada kita, kita terhibur tapi kita dibohongi. Boleh terhibur dengan sulap, tapi jangan percaya kalau sulap itu bisa seperti itu, itu hanya trik saja. Gitu juga hidup, boleh terhibur dengan hidup anda, karir anda, kesuksesan anda tapi jangan percaya bahwa itu beneran, semua akan berakhir, semua akan sirna, karena hidup itu hanya trik, sama kayak sulap. Boleh terhibur tapi jangan tertipu.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar