Sejak kecil aku tertarik dengan dunia
sulap. Sering sekali sehabis pulang dari sekolah waktu SD ada pertunjukkan
sulap di pasar. Masih dengan pakaian putih merah, aku langsung menuju ke arah
tenda yang di kerumuni banyak orang dimana tempat pertunjukan aksi sulap itu
diadakan. Rela berdesak-desakkan dengan orang dewasa, menyelip diantara
kerumunan dan mengambil posisi paling depan. Walau pertunjukkan sulapnya sangat
tradisional dan diselingi dengan jual obat, pertunjukkan itu cukup menginspirasiku.
Si magician alias penjual obat pernah
memainkan suatu permainan yang membuat ku penasaran. Ia bermain dengan dua buah
gelas dan satu bola pimpong. Permainan itu ia lakukan di atas meja kecil atau
lebih tepatnya sebuah kotak balok dari kayu. Bola pimpong ditutup dengan salah
satu gelas, kemudian satu gelas lagi disimpan disampingnya dengan jarak yang
agak jauh dari gelas yang berisi bola pimpong. Dengan komat-kamit jampi-jampi,
bola pimpong bisa berpindah ke gelas yang satunya, tanpa kecepatan tangan
apalagi dipindahkan secara manual. Ia tidak membongkar triknya, tapi aku
menyimpulkannya bahwa kuncinya adalah percaya diri.
Permainan seperti itu ku coba dirumah. Kuambil
gelas plastik di dapur dengan warna yang gelap biar bola pimpong gak nampak. Dua
gelas sudah disiapkan lengkap dengan bola pimpongnya. Ku simpan bola pimpong di
salah satu gelas, dan gelas satunya lagi kusimpan dengan jarak yang berjauhan
persis seperti yang pesulap pasar tadi lakukan. Dengan penuh keyakinan disertai
dengan do’a-do’a gak jelas, ku tiupkan pada gelas yang berisi bola pimpong. Dengan
penuh keyakinan dan percaya diri aku merasa bola pimpong itu sudah berpindah ke
gelas yang lain. kudekati gelas itu dan ternyata posisinya masih tetap sama. Bola
pimpongnya bahkan terlihat kecewa dengan tingkah laku ku yang absurd
itu..hahahahha.
Agak usia ke atas sedikit dengan pola
pikir yang udah lumayan, aku mencoba mendalami lagi dunia sulap ini. tepatnya
waktu SMA dengan fasilitas internet yang sudah mulai mewabah, ku manfaatkan
untuk browsing mengenai trik-trik sulap sederhana. Baru beberapa hari belajar
dari internet, aku sudah mulai memberanikan diri untuk tampil di sebuah acara
di sekolah. Satu hari penuh menyiapkan peralatan-peralatan handmade nya dan
ternyata gagal tampil, karena ada seorang pesulap yang lebih mahir tampil juga
di acara tersebut dan menghabisi seluruh waktu acara. Tidak tanggung-tanggung,
pesulap tersebut juga mengisi acara dengan hipnotis yang menghibur. Dalam hati
aku ingin berujar “syukur tidak tampil, kalau tampil bisa dilempar pakai kursi
plastik ni, soalnya ada pesulap yang lebih profesional lagi”.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga
buatku untuk terus belajar lagi. Ku browsing-browsing tentang trik sulap, dan
akhirnya ketemu dengan toko sulap online. Di situs itu aku melihat ratusan
trik-trik sulap plus alat-alatnya sekaligus dengan harga puluhan ribu sampe
puluhan juta. Bahkan alat-alat sulap itu juga pernah dimainkan oleh
pesulap-pesulap pro di Televisi.
Tanpa pikir panjang, alat-alat itu ku
pesan, ku pelajari dvd nya, dan kadang kupraktekkan dengan teman-teman. Hingga akhirnya
dunia sulap mulai kudalami waktu itu. Tibalah saatnya, pada saat praktek
kesenian diadakan sebuah pertunjukkan-pertunjukkan untuk mengambil nilai ujian.
Perkusi ditampilkan, drama ditampilkan, puisi ditampilkan dan aku menjadi yang
lain sendiri karena aku menampilkan sulap, walau dengan penampilan yang tidak
memuaskan, tapi itu awal kalinya aku mempertunjukkan hobi SD di depan
orang-orang ramai.
Waktu terus berlalu, selesailah masa SMA
dan masuklah masa kuliah. Di Pontianak aku bergabung dengan komunitas anak
sulap. Dengan mereka aku belajar sulap yang triknya bahkan tidak ada di jual di
toko sulap langganan ku. Di situ kita berbagi dan sharing mengenai dunia sulap.
Di komunitas ini aku belajar untuk street magic alias sulap di jalanan, di
taman, di cafe, di mana saja selain di panggung. Selama bergabung dengan
komunitas ini aku serasa menjadi sangat-sangat bisa walau tentu saja masih
banyak kekurangan, tetapi setidaknya udah lumayan dan gak absurd kayak SD dulu
lagi.
Setelah sekitar satu tahun bergabung
dengan sering gathering bareng. Aku memutuskan untuk meninggalkan dunia sulap
dan tidak lagi berhubung dengan dunia itu. Alasannya simpel waktu itu, “fokus
kuliah kubilang”.
Nah itulah cerita tentang sulap dan rasa
penasaranku waktu SD yang akhrinya terpecahkan. Ternyata semua keajaiban yang
pernah para magician mainkan itu ada triknya termasuk trik yang telah dilakukan
oleh pesulap pasar yang dimainkan waktu aku SD dulu.
Kawan-kawan sering bilang bahwa sulap itu
nipu. Itulah respon mereka ketika beberapa kali aku tunjukkan permainan sulap
dihadapan mereka. walaupun respon mereka seperti itu, tapi aku tau bahwa mereka
menyimpan rasa penasaran yang mendalam dan bertanya dalam hati “kok bisa?”.
Tapi dari sulap aku belajar sesuatu. Bahwa
untuk menghibur seseorang terkadang apa yang dilakukan si penghibur adalah
berbohong. Pesulap salah satunya, dia memainkan sesuatu efek yang membuat orang
takjub, terpukau, heran dan bahkan tertawa atau terhibur, tapi di balik itu,
tangannya lincah bermain untuk melarikan suatu benda atau dengan mengalihkan
perhatian orang lain sehingga tidak sadar bahwa ada satu momen pesulap
memanipulasi permainannya.
Itu hanya salah satunya. Contoh yang lain
apa?, contoh yang lain adalah komedian. Dalam pertunjukkan komedi orang sering
tertawa, tapi kalau kita mau jujur, banyak isi komedi itu sesuatu yang gak
masuk akal yang tandanya itu hanyalah bualan saja sehingga orang menganggap itu
lucu.
Contoh lain lagi film atau drama. Orang kalau
nonton film itu intinya lebih sering pengen cari hiburan. Ke bioskop karena
pengen terhibur, beli dvd karena perlu hiburan, bahkan ngeyoutube karena ada
waktu senggang dan pengen ngehibur diri. Semua film ada skenarionya, ada
sutradaranya, ada pemerannya, dan terakhir pasti ada filmnya sehingga disebut
film. Itu semua bukti bahwa film adalh dibuat-dibuat dan di perindah agar
menghibur, entah dengan sedihnya atau bahagiannya ending film, yang penting
udah memberi kamu sesuatu yang kita bilang hiburan.
Kehidupan itu gak jauh kayak sulap tadi. Dia
menghibur, tapi menipu. Semuanya terasa enjoy untuk dinikmati tapi semuanya
juga bersifat sementara. Steve job selama hidupnya mungkin kaya luar biasa,
tapi apakah setelah tidak hidup dia masih tetap kaya? Tentu tidak. Hidup tu
kayak gitu, pada saat hidup aja buat kita terhibur, tapi setelah itu atau
dibalik itu ia bohong dengan kita. dia bilang semua akan baik-baik saja, tapi
di balik itu ada sesuatu yang sangat tidak baik-baik saja.
Dari sulap aku belajar bahwa hidup itu
sama kayak sulap, dia mengibur tapi berbohong pada kita, kita terhibur tapi
kita dibohongi. Boleh terhibur dengan sulap, tapi jangan percaya kalau sulap
itu bisa seperti itu, itu hanya trik saja. Gitu juga hidup, boleh terhibur
dengan hidup anda, karir anda, kesuksesan anda tapi jangan percaya bahwa itu
beneran, semua akan berakhir, semua akan sirna, karena hidup itu hanya trik,
sama kayak sulap. Boleh terhibur tapi jangan tertipu.
0 komentar:
Posting Komentar