Kesadaran akan kehidupan adalah suatu
yang sangat penting, manusia perlu tau apa yang mesti ia lakukan dan apa yang
mesti ia tinggalkan. Manusia mesti tahu diri alias nyadar diri, dari mana ia
diciptakan, untuk apa ia diciptakan dan akan kembali ke mana ia setelah itu.
Tak pantaslah bagi seorang manusia menyombongkan diri dengan segala apa yang ia
rasa milik dia, padahal hanya titipan. Bagaimanapun, manusia hanyalah makhluk
hina yang selayaknya ia merendahkan diri bukan malah meninggikan dirinya. Apa
yang ada pada dirnya hanyalah titipan Allah swt yang menjadi modal untuk
melaksankan sebuah kewajiban dan perintah dari Allah swt bukan malah menjadi
modal untuk ingkar kepada Allah swt.
Di banyak ayat dalam Al-Qur’an Allah
telah menyampaikan bahwa asal manusia tak lebih dari air yang hina. Terutama
dalam surah al-kahfi ayat 37 yang menyatakan “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia
menjadi pembantah yang nyata”. Tidak dipungkiri lagi ayat ini, bahwa banyak
manusia yang kemudian menjadi pembantah dalam kehidupannya. Sebabnya mungkin
adalah tak sadarnya manusia akan penciptaannya yang diawali dari air yang hina
itu.
Ketika
manusia tak sadar akan awal dari penciptaanya ini, seketika ia tumbuh menjadi
makhluk yang sempurna ia mulai menyombongkan diri. Ketika rambut sudah
menghitam lebat, hidung sudah nampak mancung, wajah sudah terlihat cantik dan
ganteng, badan sudah tegap dan kuat, pikiran sudah matang dan pandai
beranalisis, di saat itulah manusia lupa akan kejadian asalnya dan mulai pamer
badan dan menyombongkan diri.
Tidak
hanya sombong saja, amanah yang diberikan oleh Allah kepadanya lewat rupa yang
menawan itu ia gunakan dalam hal kemaksiatan. Bagi wanita, Kecantikan yang ada
pada dirinya ia jual dengan harga yang begitu rendah, tak mengindahkan perintah
Allah untuk menjaga dan menutupi diri. Ia pamerkan kemolekan tubuh yang
menawan, ia sebarkan ke mana-mana dengan tujuan menggoda lelaki sehingga mau
mampir untuk menyicipi keindahan fisiknya. Hal serupa bukan sesuatu yang langka
dalam kehidupan kita sekarang, wanita-wanita yang menampakkan tubuh yang mesti
ia tutup, sangat sering kita temukan dalam kehidupan baik di dunia nyata atau
di dunia maya.
Ternyata
kabar dari Rasulullah saw yang sudah ribuan tahun di belakang sana benar-benar
terjadi di masa sekarang. Rasulullah saw bersabda “ada dua golongan ahli neraka
yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk bagaikan ekor sapi
yang mereka gunakan untuk memukul manusia. Dan para wanita yang berpakaian
namun telanjang, berjalan melenggak-lenggok sambil menggoyangkan kepalanya
seperti pundak unta yang miring. Mereka tidak akan memasuki surga dan bahkan
tidak akan dapat mencium baunya. Padahal bau surga itu dapat dirasakan dari
jarak sekian dan sekian.” (HR MUSLIM no:2128)
Sayangnya,
hanya sedikit wanita-wanita muda penerus bangsa dan agama ini yang menyadari
hal tersebut. mereka yang sadar, kemudian mantaati, tak mau menyia-nyiakan
amanah yang telah Allah swt berikan. Dan bagi yang tak menyadari hal ini, pamer
aurat adalah salah satu senjata buat memikat hati para pasangannya. Mereka tak
mengerti hijab secara mendalam, bagi mereka hijab hanya menutup tubuh, atau
bahkan lebih parah lagi, hijab hanya untuk aktivitas formal seperti di sekolah
atau hanya di kampus, sesudahnya lepas semua. Hal inilah yang mesti diketahui
oleh para wanita secara mendalam yang awalnya mereka mesti sadar dulu akan
dirinya, bahwa dirinya diciptakan bukan buat pamer badan, bukan buat
menyombongkan diri dan bermaksiat, tetapi untuk beribadah kepada Allah swt.
Tak
hanya wanita, sikap tak sadarkan diri juga banyak terjadi pada lelaki yang
kasusnya kurang lebih dengan wanita. Jika wanita pamer kecantikan, maka lelaki
pamer dan unjuk kebolehan serta kekuatan
yang ujung-ujungnya hanya buat menyombongkan diri dan pamer. Para lelaki
mencoba berusaha sekuat tenaga buat melakuin hal-hal yang menuju pada arah melanggar
syari’at buat nampakin bahwa dirinya layak digelar dengan lelaki tangguh.
Sehingga budaya barat yang menyajikan hal seperti itu direspon positif oleh
mereka dan dijadikan ideologi buat naklukin kaum wanita.
Ada
peryataan bahwa “nggak merokok nggak laki”, yang pernyataan ini diresapi oleh
para lelaki mulai dari anak Sekolah Dasar sampai seterusnya. Untuk menunjukkan
kelelakian mereka, merokok adalah caranya. Sehingga tak jarang kita lihat
remaja-remaja sekarang menyematkan sebatang racun itu di kedua bibirnya.
Parahnya hal itu juga dilakukan oleh lelaki yang belum masanya seperti anak
SD,SMP, dan SMA. Tujuannya tak lain, supaya dianggap lelaki oleh para wanita.
Hal
diatas hanya contoh kecil dan ringan, masih banyak hal lainnya yang terjadi
seperti narkoba, pergaulan bebas, balap liar, dan hal-hal ekstrim tak
bermanfaat lainnya yang mereka kerjakan buat nunjukkin dirinya hebat yang
ujung-ujungnya hanya memunculkan sifat sombong, angkuh dan tujuannya yang gak
baik.
Berbagai
hal diatas sebenarnya adalah perwujudan manusia yang tak menyadari secara utuh
akan dirinya, tak pernah merenung, introspeksi, memikirkan akan apa yang udah
terjadi di masa sebelumnya dan memikirkan apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Sebagai orang yang beriman dan islam tentunya awal dari diri kita
ini adalah hanya air yang hina yang kemudian Allah swt sempurnakan. Ketika kita
tahu diri ini adalah berasal dari air yang hina, maka sepatutnya tidak ada rasa
ingin menyombongkan diri sedikitpun dari diri kita. Haruslah muncul dalam diri
kita sikap tawadhu’ dalam kehidupan dan menyadari akan tugas kita yang
sebenarnya di dunia.
Ketika
kita telah menyadari asal diri ini, maka sepatutnya kita merenungi pula tempat
kembali kita yang hanyalah berukuran 2 kali 1 meter di dalam tanah, tak lebih.
Tak ada gunanya apa yang telah kita usahakan di dunia ketika kenikmatan
diputuskan pada hari itu. Manusia mesti sadar akan hal ini, manusia mesti tahu.
Tak ada
kata terlambat buat bertaubat dan memulai islam yang kaffah. Tak ada kata
terlambat buat mengkaji kembali islam yang benar, tak ada kata terlambat untuk
semua itu. Karena rahmat dan ampunan Allah swt selalu terbuka bagi hambanya
yang ingin kembali pada jalanNya.