Jumat, 28 Juni 2013

hati dan makanannya


Hati dan Makanannya
Hari jum’at tanggal 28 juni 2013, Masjid Azzakiyyah kedatangan tamu dari Mekkah al-mukaramah yaitu syaikh Maher Abdullah yang salah satu kerabat dekat juga dari imam besar Masjidil Haram. Rangka kedatangannya dalam ajang dakwah dan sekaligus memberikan bantuan kepada yayasan Masjid Azzakiyah dalam pengembangan Ma’had Tahfidz qur’an dan SDIT darul Ihsan.
syaikh dan tholib masjid azzakiyyah
Ia juga sempat mengisi kajian di Masjid Azzakiyyah pada sore harinya ba’da maghrib. Adapun tema kajiannya yang diterjemahkan oleh ustadz Ihsan adalah tentang hati.
Hati adalah bagian anggota tubuh yang sangat penting untuk dijaga agar selalu tertuju kepada Allah SWT. Beliau menuturkan cara membuka pintu hati ialah dengan bertaubat secara sungguh-sungguh karena kita bertaubat bukan menghadap manusia atau makhluk fana lainnya tetapi kita bertaubat menghadap Zat yang maha mengetahui isi hati kita. Jadi taubat yang kita lakukan haruslah dengan sungguh-sungguh.
Kemudian beliau juga memaparkan tentang memberi makan hati. Hati memerlukan makanan dan makanannya adalah dengan membaca Al-qur’an yang luar biasa kebaikannnya dan selalu berzikir kepada Allah SWT. Tidak ada penghalang untuk kita supaya selalu berzikir kepada Allah SWT, karena kapanpun dan dimanapun kita bisa berzikir kepada Allah SWT. Di saat makan, berjalan, di sela-sela ngobrol, dan aktivitas lainnya. Layaknya makhluk yang memerlukan makanan ketika ia tidak diberi makanan, maka makhluk tersebut akan meraung mencari mangsa dan bersikap ganas. Begitu juga hati, ketika ia tidak diberi makanan, maka hati ini akan selalu memberontak dan bersikap ganas seperti yang kita lihat adanya pemberontakan di Suriah dan di Nyanmar.
Di sela-sela itu juga, syaikh sempat mengajak kepada jama’ah yang ada pada kajian saat itu untuk bersabar dalam berkumpul dengan orang-orang baik. Maksudnya antara sesama muslim yang baik kita dituntut untuk bersikap sabar. Karena pada dasarnya muslim yang baik juga manusia, punya kesalahan, tidak luput dari dosa sehingga bisa saja muncul perselisihan atau tidak sependapat anatara muslim satu dengan muslim yang lain. Jadi untuk meredam itu semua kita perlu bersabar agar tidak terjadi perpecahan antara kaum muslim satu dengan yang lainnya. Dan juga syaikh sempat menyampaikan kepada para jama’ah untuk tetap menyambung tali silaturahmi yang mungkin sudah tidak terjalin lagi atau mungkin agak renggang agar terwujudnya Ukhuwah Islamiyah yang kuat antara umat muslim.
Share:

persiapan masuk kuliah sejak dini



Persiapan Masuk Kuliah Sejak Dini.
Setelah melaksanakan pendidikan wajib selama 9 tahun, kemudian ditambah lagi dengan melanjutkan sekolah menegha keatas, maka tahap pendidikan selanjutnya yang akan ditempuh adalah kuliah. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada saat masa SMA ini sebelum menginjak dunia perkuliahan, yaitu:
1.    Siapkan rencana kuliah sejauh mungkin.
Hal ini cukup penting sebelum memasuki dunia perkuliahan. Sebagai siswa SMA dan yang sederajat, yang mungkin sudah dewasa pemikirannya, maka pikiran yang bersifat kedepan perlu dibiasakan, terutama dalam menyiapkan rencana perkuliahan bagi yang ingin kuliah tentunya, lain hal bagi yang ingin bekerja atau menikah. Walaupun nantinya ada yang ingin bekerja, tak ada salahnya juga merencanakan hal ini, dan juga bagi yang merasa tidak mampu dalam hal biaya atau lain sebagainya juga sangat tidak salah untuk merencanakan perkuliahan karena biasanya selalu saja ada jalan untuk siswa-siswa yang tidak mampu tapi niatnya sangat kuat untuk kuliah. Rencana ini bisa kita terapkan paling tidak setelah pemilihan jurusan atau mungkin sebelum pemilihan jurusan yaitu pada awal-awal masuk SMA. Hal yang saya disebut diatas sudah rencana dalam waktu yang cukup minimal, karena ada yang merencanakan kuliahnya sejak SMP atau mungkin sejak kecil.
2.    Sesuaikan perencanaan kuliah sesuai dengan kemampuan.
Setelah rencana ditanamkan, maka hal selanjutnya adalah apa yang kita rencanakan harus sesuai dengan kemampuan. Karena menurut saya pada dasarnya manusia diciptakan tuhan dengan bakat yang berbeda. Ada yang ahli hitung-hitungan, ada yang ahli teori-teori, ada yang ahli seputar hal-hal fisik seperti olahraga dan banyak lainnya. Jadi tidaklah semua orang punya kelebihan yang ia miliki semuanya. Kalaupun ada orang yang demikian, tidak mungkin juga ia akan mengambil semua jurusan dalam perkuliahan, pastinya ada satu yang benar-benar ia kuasai. So...carilah kuliah yang sesuai dengan kemampuanmu.
3.    Dalami kemampuanmu yang sesuai dengan perncanaan kuliahmu di sekolah.
Pastinya di sekolahmu menyediakan pembelajaran atau mungkin pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan, dan pendidikanpun akan berlanjut ke bidang di perkuliahan. Jadi kamu punya kesempatan untuk menggali sedalam-dalam mungkin kemampuanmu, agar rencana kuliahmu nantinya tidak hancur sia-sia karena tidak ada kegiatan pendalaman dalam kemampuan yang kamu tetapkan sebagai amunisi dalam masuk ke dunia perkuliahan.
4.    Siapkan rencana cadangan.
Maksud dari rencana cadangan adalah menyiapkan rencana perkuliahan yang lain selain dari yang kamu inginkan atau rencanakan jauh sebelumnya. Rencana cadangan sebenarnya tidak terjadi jika anda memang betul-betuk menyiapkan dengan sungguh-sungguh apa yang ingin anda cita-citakan. Tapi tidak juga bisa dipungkiri bahwa  rencana utama bisa gagal. Kalau ibarat kata pepatah bilang manusia berncana tuhan berkehandak, jadi haruslah kita sedia payung sebelum hujan. Namun rencana cadangan juga tidak jauh melenceng dari rencana awal yang sesuai dengan kemampuan anda misalnya dari yang sudah menyiapkan rencana mengambil jurusan matematika maka lari ke jursan fisika, yang mengambil jurusan dokter bisa beralih ke perawat. Jangan seperti ini, dari jurusan penjaskes mau lari ke jurusan dokter atau tekhnik.
Hal diatas tentunya persiapan supaya kita tidak kelabakan dalam melaksankan kegiatan perkuliahan. Mengapa ini saya sampaikan?, karena banyak kita lihat siswa-siswa sekarang, mereka menentukan kuliahnya baru sehabis pengumuman kelulusan. Alsannya apa?, supaya sesuai antara nilai dengan jurusan kuliah yang akan saya ambil nantinya. Teori ini sangat salah bagi saya, karena tes untuk masuk kuliah sekarang tidak sepenuhnya bergantung kepada nilai SMA anda, tetapi akan ditunjang dengan tes-tes pada saat masuk ke perkuliahan tersebut. dan kalaupun bergantung pada nilai dalam mata pelajaran yang disyaratkan dalam perkuliahan, maka bagi anda yang sudah menerapkan beberapa trik diatas tentunya punya aspek-aspek persyaratan yang sudah mencukupi, karena anda sudah menyiapaknnya jauh hari dan pastinya nilai yang anda dapatkan pada kemampuan yang anda dalami untuk pemilihan perkuliahan ini pasti tidak rendah seperti jika anda tidak menyiapaknnya. So...persiapan kuliah sangatlah penting.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa penting?, karena saya sebagai anak kuliah merasakan dan menyaksikan mereka-mereka yang perencanaan kuliahnya tidak direncanakan sebaik mungkin dan ada juga yang asal-asalan memilih kuliah tanpa melihat kemampuan yang mereka miliki untuk menjalani perkuliahan tersebut, mereka sangat terlihat kesusahan dalam menjalani kuliah mereka. kesusahan yang mereka rasakan terlihat pada sikap mereka yang sering mencontek pada saat ujian, tidak punya bekal ketika dihadapkan pada praktek lapangan, kuliah jadi ogah-ogahan, sering bermasalah dengan dosen, akademik dan sebagainya. Walaupun kita nantinya bisa melihat mereka bisa menyelesaikan kuliahnya, tapi setelahnya mereka tidak mendapatkan hasil dari kuliah mereka, seperti pengangguran, tidak dapat pekerjaan yang sesuai dengan yang yang dicita-citakannya dalam pemilihan perkuliahan.
Mungkin beberapa hal diatas dapat memberikan beberapa gambaran bagi siswa-siswa yang ingin melanjutkan untuk kuliah nantinya. Agar tidak asal kuliah, tapi kuliah asalnya dan dapat terwujud tujuan ia kuliah nantinya.


Share:

Selasa, 25 Juni 2013

KURANG TEPATNYA TINDAKAN PENGAWASAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK





KURANG TEPATNYA TINDAKAN PENGAWASAN DAN DORONGAN  ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK


Di dunia pendidikan kita mengenal adanya lingkungan pendidikan, salah satunya yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan ini sebenarnya mempunyai andil yang sagat besar dalam mendidik peserta didik yaitu anaknya, karena mayoritas waktu menetapnya seorang anak dalam sehari itu lebih banyak berada di rumah dibandingkan di sekolah ataupun masyrakat, Dan yaang paling bertanggung jawab terhadap suatu keluarga ialah kepala keluarga yang disini bisa dipegang oleh bapak maupun sosok ibu. Keluaarga memiliki banyak peran dalam mensukseskan pendidikan anaknya seperti peran sebagai pendidik, pendorong, panutan, pengawas, inspirasi, konselor. Dari sekian banyak peran ada beberapa peran yang kebanyakan sekarang ini kurang tepat bagi keluarga atau orang tua untuk anaknya yaitu di peran sebagai pengawas dan pendorong.
Di peran pengawasan ada dua hal yang banyak orang tua tidak tepat dalam pelaksanaannya. Hal yang pertama ialah terlalu longgarnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, dan tidak terlalu memperdulikan anaknya, seperti membiarkan anaknya melakukan suatu tindakan yang tidak baik, mebiarkan anaknya melakukan hal anarkis, membiarkan anaknya menghirup pergaulan bebas, tidak memberi semangat kepada anaknya untuk melaksanakan pendidikan dan masih banyak lainnya. Untuk hal ini, orang tua disebut orang tua yang acuh terhadap pendiidkan anaknya, mungkin secara fisik mereka memberikan perawatan terhadap anaknya seperti memberikan fasilitas kepada anak, membayar keperluan keuangan anak dalam pendidikannya, Namun di sisi batin, anak tidak diberi asupan. Anak tidak pernah diberi nasihat, anak tidakk pernah dilarang ketika keluar rumah sampai larut malam, dan sebagainya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pendidikan anak. Akan meenjadi Percuma seorang anak menuntut ilmu di sekolah, bila pulangnya ia dari sekolah langsung terjerat lagi kedalam kehidupan luar yang bertentangan dengan pendidikan di sekolahnya. Akibat dari hal ini ialah, anak akan hancur pendiidkannya dan secara perlahan akan menghilangkan fungsi dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Hal kedua dari tindakan pengawasan yang kurang tepat ialah pengekangan anak oleh orang tua. Pengekangan ini berasal dari pengawasan orang tua yang berlebihan terhadap anaknya. Anak tidak dibiarkan mecari pengetahuan, inspirasi dan motivasi dari luar, sehingga secara tidak langsung orang tua sudah menutup pintu anaknya untuk mendapatkan pendiidikan karena bagaimanapun lingkungan pendidikan masyarakat juga berperan penting terhadap tumbuhnya pendiidkan pada anak. Akibat dari hal tersebut ialah anak akan kurang bersemangat terhadap dunia pendiidkan yang ia jalani, karena tidak ada hal baru dan pengalaman baru yang adaa dalam hidupnya, sehingga pengetahuannya akan bersifat statis atau tidak berkembang.
Di dalam peran orang tua sebagai pendorong juga sering kurang tepat dalam prakteknya. Sering orang tua lebih khawatir terhadap aspek kognitif anak dibandingkan aspek afektif atau psikomotorik anak. Orang tua lebih pusing mikirin bagaimana caranya agar pelajaran matematika, fisika, biologi, kimia, gografi, sosiologi dan pelajaran yang mengedepankan pengetahuan di dalamnya untuk mendapatkan nilai tinggi dibandingkan mengembangkan bakat dan potensi anak di bidang perasaan emosi dan pengembangan kegiatan fisik si anak. Kita sering melihat orang tua sering memaksakan anaknya untuk mengikuti pelajaran tambahan untuk pelajaran umum dibandingkan menyekolahknanya di sekolah melukis atau sekolaah kesenian lainnya tanpa harus tahu sebelumnya bakat dan potensi yang dimiliki seorang anak. Hal ini sangatlah bertentangan dalam pendidikan. Karena dalam pendiidkan yang namanya peserta didik ialah orang yang mempunyai potensi dasar atau fitrah baik secara psikis atau fisik yang perlu dikembangkan. Untuk apa mengembangkan pengetahuan berhitung mereka jika sebenaarnya seorang anak memiliki bakat yang luar biasa di dalam berkesenian begitu juga sebaliknya. Hal ini akan berdampak buruk pada kondisi psikis anak karena keterpaksaan dalam menjalani suatu bidang, dan akan berlanjut kepada ketidak professionalan seorang anak dalam dunia karirnya nanti.
Dari berbagai permaslahan diatas dapat kita ambil jalan baiknya yaitu peran orang tua terhadap anaknya terutama dalam hal pengawasan dan dorongan harus diperhatikaan dengan baik. Dalam hal pengawasan orang tua tidak boleh terlalu longgar dalam mengawas seorang anak, dan juga tidak boleh mengekangnya, akan tetapi melakukan pengawasan dengan cara memberi jalan kepada anak untuk mencari inspirasi, motivasi, dan pengetahuan dari dunia luar kemudian menjadi filter dari setiap apa yang mereka dapatkan dan selalu mengawasi mereka namun tidak dengan  cara mengekangnya. Jika adaa hal yang kurang atau tidak baik bagi pendiidkan anak, orang tua segera menghapusnya dan memberi nasihat untuk tidak mengamalkan apa yang ia dapatkan tersebut. Kemudian darei aspek dorongan, sebagai orang tua harus memperhatikan dan mengetahui terlebih dahulu dunia mana yang ingin ia dalami dan bakat apa yang benar-benar ia miliki apakah dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Setelah mengetahui hal tersebut maka berilah ia motivasi dan dorongan di dalamnya bukan malah melarangnya, karena bagaimanapun manusia memiliki fitrah atau potensi sejak lahir yang harus dikembangakan bukan malah mengembagkan atau memaksakan potensi baru. Seorang anak akan lebih menikmati terhadap bakat yang ia miliki dabandingkan bakat yang dipaksakan.
Untuk mewujudkan hal ini tentunya peran keluarga sangat besar. Karena hak orang tua terhadap anaknya lebih besar dibandingkan orang lain. Di dalam keluarga sendiri tidak mesti orang tua tetapi keluarga secara keseluruhan punya peran penting dalam mensukseskan pendiidkan seorang peserta didik dalam keluarga tersebut seperti saudara kandung, kakek, nenek, paman, bibi, dan keluarga lainnya. Kemudian sekolah dan lingkungan massyarakat pun punya peran dan pengaruh yang cukup besar untuk mensukseskan pendidikan peserta didik tersebut.
Jika tindakan pengawasan dan dorongan sudah tepat dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, maka seorang anak akan lancar dan merasakan kenikmatan serta kepuasan dalam menjalani pendidikan. Mereka akan meraasa bebas untuk mencari pengetahuan dari dunia luar naamun tidak terpengaruh dalam negatifnya dunia luar tersebut, karena ada pengawasan dari orang tuaanya. mereka juga akan menjadi seorang yang professional di bidangnya dan mudah mendapatkan kesuksesan karena mereka didorong di tempat yang mereka kuasai dengan keinginan dan potensi yang mereka miliki.
Share:

Kesiapan Menjadi Mahasiswa-Mahasiswi dan Lulusan Prodi PAI di STAIN Pontianak



Nama                          : Ahmad Yazid (1121100062)
Kelas / Semester        : B / II
Mata Kuliah              : Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pembimbing   : Dr. Yusriadi, MA
Kesiapan Menjadi Mahasiswa-Mahasiswi dan Lulusan Prodi PAI di STAIN Pontianak
            Jika kita berbicara masalah Prodi PAI(Pendidikan Agama Islam) Jurusan Tarbiyah, maka yang ada dalam benak kita adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berkompeten menjadi guru agama Islam. Memang tujuan utama dari pembinaan dan pembimbingan yang ada di prodi PAI ini adalah mencetak lulusan-lulusan guru agama Islam yang profesional, bukan malah menjadi seorang pekerja bank yang ada di jurusan syari’ah dan penceramah yang ada di jurusan dakwah, meskipun nantinya ada lulusan yang berpindah haluan berprofesi selain guru. Namun, mereka yang masuk ke dalam Jurusan Tarbiyah terutama di Prodi PAI ini pastilah mengetahui bahwa mereka melakukan kegiatan pembimbingan di sini nantinya akan menjadi seorang guru agama Islam sehingga seharusnya bersikap dan berpengetahuan layakanya seorang guru agama Islam bukan yang lain.
            Jika kita bayangkan seorang guru agama Islam pastinya lebih baik dan lebih patut diteladani dan ditiru dari pada guru-guru umum lainnya baik dari segi akhlak dan ibadahnya. Guru agama Islam akan menjadi tolak ukur suatu kebaikan yang harus diteladani oleh murid-murid yang ia ajar di kemudian hari. Hal demikian bisa terjadi karena guru agama Islam pastinya sudah belajar akhlak islam terutama yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta para sahabat-sahabat beliau. Selain daripada akhlak, guru agama Islam juga sering dianggap makhluk yang suci layaknya para wali, karena mereka telah mempelajari dan lebih memahami tentang apa-apa saja yang ada dalam agama Islam baik itu menyangkut aqidah, syari’ah, dan khuluqiyah. Dalam hal ini berarti beban seorang guru agama Islam berada satu tingkat dibandingkan guru-guru umum lainnya.
            Namun, pada kenyataanya calon-calon guru agama Islam yang bisa kita saksikan di prodi PAI STAIN Pontianak terutama di semester bawah, masih banyak yang belum menunjukkan totalitasnya sebagai guru agama Islam, baik dari segi pengetahuan tentang agama Islam maupun tingkah lakunya, karena dalam kenyataanya para mahasiswa dan mahasiswi prodi PAI dihiasi dengan berbagai tamatan sekolah mulai dari sekolah agama seperti madrasah aliyah negeri maupun swasta, pondok pesantren sampai ke sekolah umum seperti sekolah menengah keatas bahkan sampai sekolah menengah kejuruan pun masuk ke dalam wadah pembimbingan di Jurusan Tarbiyah Prodi PAI ini. para lulusan Prodi PAI juga tidak sedikit yang masih belum menguasai tentang masalah dasar-dasar dalam agama Islam. Kebanyakan dari mereka masih terpaku pada buku atau kitab jika muncul pertanyaan tentang masalah dasar dasar agama Islam seperti syarat-syarat, rukun, dan sunnahnya sholat yang sebenarnya hal semacam ini seharusnya sudah berada di luar kepala bagi seorang guru agama Islam.
           
            Dari segi pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menjadi seorang guru agama Islam, saya masih banyak melihat mahasiswa dan mahasiswi Prodi PAI kurang menguasainya terutama di semester bawah, karena saya juga baru berada di semester bawah, belum mengetahui bagaimana keadaan di semester atas. Dalam menjadi seorang guru agama Islam ada dua hal dasar yang harus benar-benar dimiliki oleh mereka yaitu membaca dan menulis tulisan Arab baik itu membaca atau menulis Al-Qur’an, Al-Hadis, maupun kitab-kitab yang berbahasa Arab lainnya. Tidak bisa dipungkiri, dua hal diatas pasti keluar atau dirasakan nantinya oleh para guru agama Islam dalam mendidik dan mengajar murid-murid mereka, meskipun zaman sekarang sudah moderen dan sudah jarang guru yang mempresentasikan materi pembelajarannya dengan menggunakan menulis atau mungkin membaca, tapi bagaimana kalau kegiatan pembelajaran dilakukan di tempat atau daerah yang tidak ada fasilitas moderen tersebut, pastinya mau tidak mau seorang guru agama Islam akan membacakan maupun menuliskan materi pembelajarannya.
            Kedua hal diatas yaitu menulis dan membaca yang  berkaitan dengan tulisan Arab ternyata masih belum dikuasai oleh para mahasiswa dan mahasiswi PAI terutama semester bawah, padahal mata kuliah yang berkaitan dengan hal tersebut telah selesai dilaksanakan dan mungkin tidak terdapat lagi di jenjang-jenjang berikutnya. Tidak sedikit mahasiswa dan mahasiswi PAI belum bisa memabaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah baik dari segi panjang pendeknya maupun  kaidah-kaidah lainnya.  Untuk masalah penulisan juga masih banyak kekurangannya, jangankan untuk mencapai predikat tulisan yang indah atau bagus, menulis yang sesuai dengan kaidah yang benar saja masih banyak yang kewalahan seperti tinggi rendahnya huruf, huruf mana-mana saja yang berada di bawah dan diaatas dan lain sebagainya.
            Dari segi akhlak, ternyata tidak sedikit juga mahasiswa dan mahasiswi yang mencerminkan seorang guru agama islam yang tidak patut diteladani. Masih adanya peserta prodi PAI yang merokok, berpakaian bukan layaknya guru, berdandan berlebihan yang kesemuanya ini sebenarnya tidak termasuk dalam kategori guru agama Islam.
            jika saya pantau dalam keseharian pelaksanaan kegiatan kuliah di prodi PAI ini, para mahasiswa dan mahasiswinya lebih bersemangat dalam hal diskusi, persentasi, bahkan perdebatan. Mereka lebih memandang hal-hal yang tinggi dibandingkan hal-hal dasar yang mesti mereka kuasai sebelum beranjak kepada hal-hal yang lebih tinggi tersebut. Banyak dari mereka yang pandai sekali menyampaikan argumen-argumen, namun ketika argumen mereka berisikan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka tidak lancar dalam membacakannya dan tidak karuan dalam menuliskan ayat Al-Qur’an tersebut. Dalam pandangan saya, perdebatan dan sikap saling mempertahankan argumen bisa berpengaruh tidak baik dalam pribadi seorang mahasiswa ataupun mahasiswi dalam membentuk karakter seorang guru agama Islam, hal negatif yang akan timbul dari kegiatan tersebut adalah mahasiswa dan mahasiswa terbentuk dalam dirinya sikap keras hati, tidak mau mengalah, tidak lapang dada, sehingga jika mereka berada dalam lingkungan kegiatan belajar mengajar, maka mereka akan susah menerima pendapat murid-muridnya atau mungkin disalahkan oleh muridnya karena beberapa sikap demikian.

            Jika hal ini terjadi, bagaimana nasib guru agama Islam kedepannya?, masih bisa diteladani dan ditirukah mereka?, masih berada di satu level tertinggi dibanding guru-guru umum lainnya kah mereka?. Oleh karena itu perubahan harus dimulai dari sekarang. para mahasiswa dan mahasiswi haruslah merubah dan memperbaiki kekurangan mereka baik itu dari segi tingkah laku maupun pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mencapai cita-cita mulia yaitu menjadi seorang guru agama Islam. Kita sudah dewasa, sudah bisa berpikir dan melakukan sesuai dengan apa yang harus kita lakukan. Kegiatan pembelajaran di kampus tidak memberi banyak peluang kita untuk menambah pengetahuan dan keilmuan kita dalam menjadikan diri kita sebagai guru agama Islam. Kampus hanya sekedar menambah sedikit pengatahuan dan hanya membimbing kita untuk menjadi seirang guru agama Islam. Selebihnya, kitalah yang harus mencari pengetahuan tersebut yang mungkin bisa kita dapatkan di rumah dengan belajar dan berlatih, atau mungkin di dalam organisasi-oragnisasi yang berkaitan dengan dasar-dasar pengetahuan agama Islam, dan bahkan di dalam kegiatan keagamaan di Masjid-Masjid atau Mushola.
            Dan bila semua lulusan Prodi PAI sudah siap menjadi guru agama Islam dari segala aspeknya baik itu pengetahuan dan tingkah lakunya, maka ketika ia diteladani oleh murid-muridnya dalam pengetahuan dan kelakuan yang baik dari guru tersebut, maka senantiasa guru tersebut akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seorang guru yang berkelakuan buruk serta mengajarkan pengetahuan yang buruk, dan ketika dicontoh oleh muridnya maka dia akan mendapatkan dosa dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dalam bukunya Shahih Muslim jilid 4 edisi Terjemahan Indonesia dengan nomor Hadis 2674 halaman 495 bagian ilmu, yaitu:
عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ Ø£َÙ†َّ رَسُÙˆْÙ„ُ الّلهِ صلَّÙ‰ الّلهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ّÙ…َ Ù‚َا Ù„َ Ù…َÙ†ْ دَعَا إلَÙ‰ Ù‡ُدًا Ùƒَانَ Ù„َÙ‡ُ Ù…ِÙ†ْ اْلأَجْرِ Ù…ِØ«ْÙ„ُ Ø£ُجُÙˆْرِ Ù…َÙ†ْ تَبِعَÙ‡ُ لاَÙŠَÙ†ْÙ‚ُصُ Ø°َ Ù„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ أجُÙˆْرِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئًا ÙˆَÙ…َÙ†ْ دَعَا Ø¥ِÙ„َÙ‰ ضَلاَ Ù„َØ©ٍ Ùƒَانَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ اْلإِØ«ْÙ…ِ Ù…ِØ«ْÙ„ُ اَتَامِ Ù…َÙ†ْ تَبِعَÙ‡ُ لاَÙŠَÙ†ْÙ‚ُضُ Ø°َÙ„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ اَØ«َامِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئًا
Artinya : Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada hidayah, maka baginya pahala seperti pahala mereka yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
Share: