Nama : Ahmad Yazid
(1121100062)
Kelas /
Semester : B / II
Mata Kuliah : Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
Dosen
Pembimbing : Dr. Yusriadi, MA
Kesiapan Menjadi Mahasiswa-Mahasiswi dan Lulusan Prodi PAI di STAIN
Pontianak
Jika kita
berbicara masalah Prodi PAI(Pendidikan Agama Islam) Jurusan Tarbiyah, maka yang
ada dalam benak kita adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berkompeten menjadi
guru agama Islam. Memang tujuan utama dari pembinaan dan pembimbingan yang ada
di prodi PAI ini adalah mencetak lulusan-lulusan guru agama Islam yang
profesional, bukan malah menjadi seorang pekerja bank yang ada di jurusan
syari’ah dan penceramah yang ada di jurusan dakwah, meskipun nantinya ada lulusan
yang berpindah haluan berprofesi selain guru. Namun, mereka yang masuk ke dalam
Jurusan Tarbiyah terutama di Prodi PAI ini pastilah mengetahui bahwa mereka
melakukan kegiatan pembimbingan di sini nantinya akan menjadi seorang guru
agama Islam sehingga seharusnya bersikap dan berpengetahuan layakanya seorang
guru agama Islam bukan yang lain.
Jika kita
bayangkan seorang guru agama Islam pastinya lebih baik dan lebih patut
diteladani dan ditiru dari pada guru-guru umum lainnya baik dari segi akhlak
dan ibadahnya. Guru agama Islam akan menjadi tolak ukur suatu kebaikan yang
harus diteladani oleh murid-murid yang ia ajar di kemudian hari. Hal demikian
bisa terjadi karena guru agama Islam pastinya sudah belajar akhlak islam
terutama yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta para sahabat-sahabat
beliau. Selain daripada akhlak, guru agama Islam juga sering dianggap makhluk
yang suci layaknya para wali, karena mereka telah mempelajari dan lebih
memahami tentang apa-apa saja yang ada dalam agama Islam baik itu menyangkut
aqidah, syari’ah, dan khuluqiyah. Dalam hal ini berarti beban seorang guru
agama Islam berada satu tingkat dibandingkan guru-guru umum lainnya.
Namun, pada kenyataanya
calon-calon guru agama Islam yang bisa kita saksikan di prodi PAI STAIN
Pontianak terutama di semester bawah, masih banyak yang belum menunjukkan totalitasnya
sebagai guru agama Islam, baik dari segi pengetahuan tentang agama Islam maupun
tingkah lakunya, karena dalam kenyataanya para mahasiswa dan mahasiswi prodi
PAI dihiasi dengan berbagai tamatan sekolah mulai dari sekolah agama seperti
madrasah aliyah negeri maupun swasta, pondok pesantren sampai ke sekolah umum
seperti sekolah menengah keatas bahkan sampai sekolah menengah kejuruan pun masuk
ke dalam wadah pembimbingan di Jurusan Tarbiyah Prodi PAI ini. para lulusan Prodi
PAI juga tidak sedikit yang masih belum menguasai tentang masalah dasar-dasar
dalam agama Islam. Kebanyakan dari mereka masih terpaku pada buku atau kitab
jika muncul pertanyaan tentang masalah dasar dasar agama Islam seperti
syarat-syarat, rukun, dan sunnahnya sholat yang sebenarnya hal semacam ini seharusnya
sudah berada di luar kepala bagi seorang guru agama Islam.
Dari segi
pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menjadi seorang guru agama Islam, saya
masih banyak melihat mahasiswa dan mahasiswi Prodi PAI kurang menguasainya
terutama di semester bawah, karena saya juga baru berada di semester bawah,
belum mengetahui bagaimana keadaan di semester atas. Dalam menjadi seorang guru
agama Islam ada dua hal dasar yang harus benar-benar dimiliki oleh mereka yaitu
membaca dan menulis tulisan Arab baik itu membaca atau menulis Al-Qur’an, Al-Hadis,
maupun kitab-kitab yang berbahasa Arab lainnya. Tidak bisa dipungkiri, dua hal
diatas pasti keluar atau dirasakan nantinya oleh para guru agama Islam dalam
mendidik dan mengajar murid-murid mereka, meskipun zaman sekarang sudah moderen
dan sudah jarang guru yang mempresentasikan materi pembelajarannya dengan
menggunakan menulis atau mungkin membaca, tapi bagaimana kalau kegiatan
pembelajaran dilakukan di tempat atau daerah yang tidak ada fasilitas moderen
tersebut, pastinya mau tidak mau seorang guru agama Islam akan membacakan
maupun menuliskan materi pembelajarannya.
Kedua hal diatas
yaitu menulis dan membaca yang berkaitan
dengan tulisan Arab ternyata masih belum dikuasai oleh para mahasiswa dan
mahasiswi PAI terutama semester bawah, padahal mata kuliah yang berkaitan
dengan hal tersebut telah selesai dilaksanakan dan mungkin tidak terdapat lagi
di jenjang-jenjang berikutnya. Tidak sedikit mahasiswa dan mahasiswi PAI belum
bisa memabaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah baik dari segi panjang
pendeknya maupun kaidah-kaidah
lainnya. Untuk masalah penulisan juga
masih banyak kekurangannya, jangankan untuk mencapai predikat tulisan yang
indah atau bagus, menulis yang sesuai dengan kaidah yang benar saja masih
banyak yang kewalahan seperti tinggi rendahnya huruf, huruf mana-mana saja yang
berada di bawah dan diaatas dan lain sebagainya.
Dari segi akhlak,
ternyata tidak sedikit juga mahasiswa dan mahasiswi yang mencerminkan seorang
guru agama islam yang tidak patut diteladani. Masih adanya peserta prodi PAI
yang merokok, berpakaian bukan layaknya guru, berdandan berlebihan yang
kesemuanya ini sebenarnya tidak termasuk dalam kategori guru agama Islam.
jika saya pantau
dalam keseharian pelaksanaan kegiatan kuliah di prodi PAI ini, para mahasiswa
dan mahasiswinya lebih bersemangat dalam hal diskusi, persentasi, bahkan
perdebatan. Mereka lebih memandang hal-hal yang tinggi dibandingkan hal-hal
dasar yang mesti mereka kuasai sebelum beranjak kepada hal-hal yang lebih
tinggi tersebut. Banyak dari mereka yang pandai sekali menyampaikan
argumen-argumen, namun ketika argumen mereka berisikan ayat-ayat Al-Qur’an,
mereka tidak lancar dalam membacakannya dan tidak karuan dalam menuliskan ayat
Al-Qur’an tersebut. Dalam pandangan saya, perdebatan dan sikap saling
mempertahankan argumen bisa berpengaruh tidak baik dalam pribadi seorang
mahasiswa ataupun mahasiswi dalam membentuk karakter seorang guru agama Islam,
hal negatif yang akan timbul dari kegiatan tersebut adalah mahasiswa dan
mahasiswa terbentuk dalam dirinya sikap keras hati, tidak mau mengalah, tidak
lapang dada, sehingga jika mereka berada dalam lingkungan kegiatan belajar
mengajar, maka mereka akan susah menerima pendapat murid-muridnya atau mungkin
disalahkan oleh muridnya karena beberapa sikap demikian.
Jika hal ini terjadi,
bagaimana nasib guru agama Islam kedepannya?, masih bisa diteladani dan
ditirukah mereka?, masih berada di satu level tertinggi dibanding guru-guru
umum lainnya kah mereka?. Oleh karena itu perubahan harus dimulai dari
sekarang. para mahasiswa dan mahasiswi haruslah merubah dan memperbaiki
kekurangan mereka baik itu dari segi tingkah laku maupun pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam mencapai cita-cita mulia yaitu menjadi seorang guru
agama Islam. Kita sudah dewasa, sudah bisa berpikir dan melakukan sesuai dengan
apa yang harus kita lakukan. Kegiatan pembelajaran di kampus tidak memberi
banyak peluang kita untuk menambah pengetahuan dan keilmuan kita dalam menjadikan
diri kita sebagai guru agama Islam. Kampus hanya sekedar menambah sedikit
pengatahuan dan hanya membimbing kita untuk menjadi seirang guru agama Islam.
Selebihnya, kitalah yang harus mencari pengetahuan tersebut yang mungkin bisa
kita dapatkan di rumah dengan belajar dan berlatih, atau mungkin di dalam
organisasi-oragnisasi yang berkaitan dengan dasar-dasar pengetahuan agama Islam,
dan bahkan di dalam kegiatan keagamaan di Masjid-Masjid atau Mushola.
Dan bila semua
lulusan Prodi PAI sudah siap menjadi guru agama Islam dari segala aspeknya baik
itu pengetahuan dan tingkah lakunya, maka ketika ia diteladani oleh
murid-muridnya dalam pengetahuan dan kelakuan yang baik dari guru tersebut,
maka senantiasa guru tersebut akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Sebaliknya, jika seorang guru yang berkelakuan buruk serta mengajarkan
pengetahuan yang buruk, dan ketika dicontoh oleh muridnya maka dia akan
mendapatkan dosa dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Muslim dalam bukunya Shahih Muslim jilid 4 edisi Terjemahan
Indonesia dengan nomor Hadis 2674 halaman 495 bagian ilmu, yaitu:
عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ
Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ Ø£َÙ†َّ رَسُÙˆْÙ„ُ الّلهِ صلَّÙ‰ الّلهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ّÙ…َ Ù‚َا Ù„َ Ù…َÙ†ْ
دَعَا إلَÙ‰ Ù‡ُدًا Ùƒَانَ Ù„َÙ‡ُ Ù…ِÙ†ْ اْلأَجْرِ Ù…ِØ«ْÙ„ُ Ø£ُجُÙˆْرِ Ù…َÙ†ْ تَبِعَÙ‡ُ
لاَÙŠَÙ†ْÙ‚ُصُ Ø°َ Ù„ِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ أجُÙˆْرِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئًا ÙˆَÙ…َÙ†ْ دَعَا Ø¥ِÙ„َÙ‰ ضَلاَ Ù„َØ©ٍ
Ùƒَانَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ اْلإِØ«ْÙ…ِ Ù…ِØ«ْÙ„ُ اَتَامِ Ù…َÙ†ْ تَبِعَÙ‡ُ لاَÙŠَÙ†ْÙ‚ُضُ Ø°َÙ„ِÙƒَ
Ù…ِÙ†ْ اَØ«َامِÙ‡ِÙ…ْ Ø´َÙŠْئًا
Artinya
: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang
mengajak kepada hidayah, maka baginya pahala seperti pahala mereka yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa mengajak
kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun.”