Sabtu, 08 Juli 2017

MARI BUDAYAKAN PACARAN POSITIF!

Memahami Istilah Pacaran
Sebelum menulis judul ini, saya sempat ngasi kode terlebih dahulu di media sosial bahwa saya akan menulis mengenai pacaran positif. Ada beberapa teman yang langsung berkomentar bahwa “pacaran itu tidak ada yang positif”, “pacaran itu jelas haram”, “pacaran positif itu hanya modus saja” dan sebagainya.
Its ok. Nggak apa-apa. Semua orang berhak untuk berkomentar. Tapi izinkan saya untuk menyampaikan argumen saya mengenai pacara positif.
Setelah saya mendapatkan dan membandingkan beberapa informasi mengenai pacaran, untuk saat ini saya berkesimpulan bahwa istilah pacaran masih bersifat netral, wajar dan manusiawi. Karena istilah awal yang netral inilah, pacaran bisa menjadi positif, bisa juga negatif.
Nggak percaya?. Mari kita bahas!.
Di dalam Wikipedia, “Pacaran merupakan proses berkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangakaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.” (id.wikipedia.org/wiki/pacaran. Diakses 7 Juli 2017).
Dari pengertian diatas, kita ambil kata kuncinya, yaitu: MENGENAL (melihat kecocokan) dan MENIKAH. Atau MENGENAL untuk MENIKAH. Jadi pacaran itu adalah proses yang dilewati oleh seseorang untuk mengenal calon pasangannya sebelum masuk jenjang pernikahan.
Oke, sampai disini sudah ada bayangan?.
Belum?.
Baiklah kita lanjut pada definisi berikutnya.
Untuk sedikit memperjelas, kita akan melihat definisi pacaran dari para Tokoh. Karena berhubung saya belum punya buku yang membahas definisi pacaran dari para Tokoh, maka saya mengutip definisi pacaran oleh para Tokoh dari sebuah website bernama psychologymania.com. Menurut saya, website psycholgymania.com udah lumayan kuat dan serius dalam keilmuan, hal itu terlihat dari laman website mereka yang menyediakan ebook dan jurnal mengenai dunia psikologi.
Di dalam website tersebut:
Menurut DeGenova & Rice (2005),  “Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain.”
Menurut Bowman (1978), “Pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.”
Menurut Benokraitis (1996), “Pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.”
Lagi-lagi, ketiga definisi dari para tokoh di atas kurang lebih sama dengan definsi dari Wikipedia sebelumnya. Kata kuncinya: MENGENAL dan MENIKAH. Atau MENGENAL untuk MENIKAH.
Salahkah orang mengenal untuk menikah?. Tentu saja tidak. Itu wajar, normal, dan manusiawi. Malah akan berbahaya jika orang ingin menikah tapi tidak mengenal dan mengetahui pasangannya.
sumber gambar: http://www.sygmadayainsani.co.id
Pacaran Berawal dari Istilah Syar’i
Oke, mungkin diantara kalian masih ada yang belum puas dengan definisi pacaran dari Wikipedia dan Tokoh Barat di atas. Untuk itu, mari kita tambahkan argumennya.
Agar argumen “pacaran positif” saya lebih kokoh, maka saya akan mengutip pernyataan seorang Ustadz kondang yang video kajiannya udah tersebar dan disukai banyak orang. Beliau adalah Ustadz Adi Hidayat Lc, MA. Bagi yang belum tahu, silahkan googling dan cek di Youtube.
Dalam sebuah akun Youtube bernama Pintu Surga terdapat sebuah video berdurasi 2 menit 34 detik yang dipublikasikan pada tanggal 10 Januari 2017. Video tersebut berisi koreksi dari Ustadz Adi Hidayat Lc, MA terhadap istilah pacaran.
Menurut beliau, istilah pacaran asalnya adalah istilah yang  syar’i. Kok bisa?. Untuk lebih jelasnya, saya akan tuliskan pernyataan beliau dalam video tersebut di bawah ini:
“Asal pacaran, asalnya istilah syar’i itu. Sekarang bergeser maknanya. Dulu di penghujung Melayu, kisaran Medan ke sebalah sana, 400 kilometer dari kota Medan. Itu dulu, kalau orang suka terhadap calon pasangannya, ada ketertarikan dia ingin berta’aruf, maka dia akan mulai mendatangi rumahnya malam hari untuk menghadap Bapaknya. Di luar dia katakan keinginannya, Bapaknya akan keluar.dan mengatakan ‘Apakah kamu serius?’, dia tangkap itu. Saat ditangkap itulah kemudian ketika menyatakan serius, maka akan ditandai pada calon istrinya. Calon istrinya akan ditandai dengan daun pacar, kemudian menunggulah untuk menikah selama 40 hari. Calon istrinya akan belajar kepada ibunya bagaimana menjadi istri yang baik, calon suaminya akan belajar selama 40 hari, termasuk mencari nafkah. Nah masa menunggu ini disebut dengan PACARAN, dipacari maksudnya diberi daun pacar. Jadi pacaran bukan jalan-jalan, muda-mudi, MasyaAllah, belum sah tiba-tiba jalan berduaan”. (Adi Hidayat, Lc, MA).
Di dalam pernyataan beliau tersebut, ia mengatakan bahwa definisi pacaran itu awalnya syar’i. Yang membuat istilah pacaran itu menjadi buruk adalah karena ulah anak zaman sekarang yang gaya pacarannya tidak lagi mematuhi aturan agama, budaya dan negara.
Pacaran: Bisa Negatif, Bisa Positif.
Nah dari tiga sumber di atas; Wikipedia, Tokoh Barat dan Ustadz Adi Hidayat, saya menyimpulkan bahwa definisi pacaran yang berarti “mengenal calon pasangan sebelum menikah” adalah  masih bersifat netral, wajar, alamiah dan manusiawi.  Semua orang pasti melakukan hal tersebut sebelum menikah. Nggak ada orang yang mau nikah tanpa mengetahui siapa orang yang akan dinikahinya. Pasti dia mencari tahu terlebih dahulu, mengenal, melihat kecocokan, dan jika sudah terasa cocok, barulah menikah. Dan proses inilah yang dikenal dengan pacaran.
Jadi istilah pacaran awalnya bersifat netral dan wajar. Dia baru akan berubah menjadi positif atau negatif ketika dilakukan dengan cara tertentu. Eksekusi pacaran itu nantinya yang akan membuat dia menjadi positif atau negatif.
Layaknya internet, internet itu sifat awalnya netral. Kita nggak bisa langsung menuduh internet haram, buruk dan sebagainya. Tapi kita juga tidak langsung bilang dia baik dan bermanfaat. Semua itu tergantung dari bagaimana kita memperlakukan internet. Kalau kita menggunakan internet dengan standar norma yang berlaku dalam suatu negara dan juga agama, maka internetan kita akan bersifat positif. Tapi jika kita menggunakan internet tidak mengindahkan dua aturan itu, maka kegiatan internetan kita bisa menjadi negatif.
Begitu juga pacaran. Dia akan menjadi positif bila orang yang berpacaran adalah orang yang siap menikah dan ketika pacaran; ia mematuhi aturan agama dan negara. Dan pacaran akan bersifat negatif jika orang yang berpacaran adalah orang yang belum siap menikah dan saat berpacaran tidak mematuhi rambu-rambu yang sudah diatur dalam agama dan negara.
Kesimpulannya:
Jadi pacaran adalah suatu yang wajar, netral, normal. Karena definisinya adalah untuk mengenal calon pasangan sebelum menikah. Cara menjalankan pacarannya itulah yang akan membawanya pada makna negatif dan positif. Pacaran positif: nikahnya siap, pakai aturan agama dan negara. Pacaran negatif: belum siap nikah, tidak pakai aturan agama dan negara.
Gimana, sudah paham?.
Dokumen Ahmad Yazid
Pacaran Negatif Merugikan Cewek.
Oke, sekarang kita bahas kerugian dari pacaran negatif (belum siap nikah dan tidak pakai aturan agama dan negara) dari sisi cewek.
***
Saya heran, mengapa ada cewek yang mau menjalani pacaran negatif sama seorang cowok yang belum jelas kapan nikahnya dan ketika pacaran tidak mematuhi aturan agama dan negara?.
Karena menurut saya, cewek yang menjalani pacaran negatif akan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik dan lebih siap untuk menikah.
Agar lebih mudah dipahami, saya akan menjelaskannya lewat perumpamaan di bawah ini.
Dokumen Ahmad Yazid
Keterangan : Nita adalah seorang cewek yang menjalin pacaran negatif dengan seorang cowok bernama Yazid. Mengapa hubungan mereka disebut pacaran negatif?. Karena dalam hubungan tersebut, Yazid belum memastikan kapan akan menikahi Nita. Semuanya serba ngambang kayak jamban. Dalam hubungan itu juga, mereka tidak mengindahkan aturan agama; sering jalan berduaan, bertemu tanpa mahram, bahkan mungkin udah melakukan sesuatu yang dilarang agama, maklum, Yazid ini orangnya agak nafsuan dikit. Jiah,,, ini kok jadi ngejelekin diri saya sendiri?.
Nah, Nita yang kerudungan dan tampak cantik jelita ini ternyata diincar juga oleh lelaki lain yang tentunya lebih siap menikah daripada Yazid. Keempat lelaki itu adalah Rasyid (Ustadz), Beni (Karyawan Bank), Rian (Dokter), dan Feri (Pilot). Tapi ketika empat lelaki siap menikah ini bertanya pada orang terdekat Nita atau stalking media sosialnya Nita, mereka mendapatkan informasi bahwa Nita sudah berpacaran (negatif) dengan Yazid. Secara otomatis empat orang lelaki yang siap menikah ini mundur seketika dan mencari wanita lain.
Rugi kan?.
Padahal seandainya saja Nita nggak pacaran (negatif) sama Yazid, maka peluang Nita untuk mendapatkan salah satu dari empat lelaki bisa terwujud. Nikahnya pasti lagi, tidak kayak Yazid yang belum tau kapan mau nikah. Dan tentunya mereka harus ta’aruf (pacaran positif) dulu untuk mengenal satu sama lain. Tapi karena Nita keburu udah punya pacar, jadi gagal deh dapat kesempatan. Itu perhitungan kerugian versi saya.
Dan menurut saya, ini sekali lagi menurut saya lo ya, cowok yang pacaran (negatif) itu cemen dan nggak mau saingan secara fair (adil).
Begini, wanita cantik dan baik itu saya umpamakan dengan sebuah hadiah. Untuk mendapatkannya, seorang cowok harus berkompetisi dulu secara fair.
Cowok cemen nggak mau pakai cara fair, dia maunya pakai cara ngetag (nandai) dulu si cewek dengan menjalin hubungan (pacaran negatif). Masalah bisa nikah atau nggak?, itu urusan belakangan. Yang penting cewek cantik dan baik yang dia sukai udah dia tawan terlebih dulu agar tidak diambil orang.
Ibarat lomba lari, belum juga lari sampai finish, eh... si cowok yang curang udah ngambil pialanya duluan untuk dibawa pulang. Tapi saya lebih heran lagi dengan ceweknya, kok mau ditandai (pacaran) tanpa ada jaminan yang pasti untuk menikah?.
Pacaran Negatif Merugikan Cowok.
Sebenarnya tidak hanya cewek saja yang rugi ketika menjalani pacaran negatif. Cowok juga bisa rugi. Kenapa rugi?. Karena posisi cowok terancam dalam pacaran negatif. Mengapa terancam?. Karena cowok nggak punya jaminan untuk memastikan kapan nikah. Prinsipnya: “jalanin aja dulu”. Masalah nikahnya kapan itu urusan belakangan.
Ketika ia tidak bisa memastikan kepada ceweknya (pacar) kapan nikah, maka besar kemungkinan si cewek akan meninggalkan si cowok untuk mencari lelaki lain yang lebih siap.
Dokumen Ahmad Yazid
Apakah ada kasus seperti itu, kasus cewek meninggalkan cowoknya karena nggak siap nikah?.
Ada..... banyak.
Beda dengan pacaran positif. Posisi cowok dalam pacaran positif sangat kuat karena dia tinggal memilih dan menentukan untuk melanjutkan pada hubungan yang kuat, bukan mempertahankan hubungan yang rapuh seperti dalam pacaran negatif. Kalau srek dengan ceweknya setelah ta’aruf, ya nikah. Kalau nggak cocok ya cari lagi yang lain.
Sementara dalam pacaran negatif, posisi cowok masih ngambang dan rentan untuk ditinggalkan. Nikah segan, putus tak mau. Akan sangat rugi lagi bila si cowok udah banyak berkorban, baik korban biaya, waktu dan tenaga, tapi endingnya malah ditinggalkan begitu saja oleh sang pacar. Tapi salah siapa juga nikahnya kelamaan. Cewek kan permintaannya cuma satu: “Nikahi adek Bang!”. Euyyyyy....
Sama-Sama Rugi.
Terakhir, dalam pacaran negatif, cowok dan cewek punya kerugian yang sama, yaitu rugi waktu, biaya dan tenaga. Karena landasan pacaran negatif adalah “jalanin dulu aja” (nikahnya nggak tau kapan), maka waktu yang terbuang untuk menunggu bisa sangat lama. Bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Dalam rentang waktu bertahun-tahun itu tentu saja menghabiskan banyak waktu, biaya dan tenaga. Habis-habis di jalan. Apanya yang habis-habis di jalan Bang?, ya itu,,, pokoknya itulah dia, yang pacaran bertahun-tahun pasti tahu. Uhukkk...
Dokumen Ahmad Yazid
Mengapa waktu, tenaga dan biaya yang terbuang akibat sesuatu yang tidak pasti itu tidak kita alihkan saja pada hal yang lebih pasti dan produktif, seperti berkarya, bekerja, berwirausaha dan sebagainya.
Kan lebih tokcer...
Sekian...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar