Jika anda sedang patah hati dan ingin
menghibur diri, anda bisa menonton film berjudul 500 days of a summer. Tapi
dengan satu catatan: anda harus sudah dewasa. Hehe .... Kalau yang nggak lagi
patah hati gimana, Bang? Putuskan pacar anda, niscaya anda akan merasakannya!!!
*Keseelll ....
sumber gambar : therealdeal.com |
Pertama-tama saya ingin mengakui bahwa film
ini sukses membuat saya menangis, karena selain filmnya sedih, waktu itu saya
nontonya juga pas uang jajan lagi habis, makanya sampai nangis. Mana belum
bayar uang kos lagi, kan?
Lanjut ke film! Jadi film ini berceritakan
tentang dua jenis manusia yaitu pria dan wanita yang memiliki pandangan berbeda
mengenai cinta. Sang pria yang bernama Tom Hansen percaya dengan yang namanya takdir
dan belahan jiwa, oleh karena itu, menemukan belahan jiwanya adalah salah satu
tujuan hidupnya di dunia. Sementara si wanita yang bernama Summer Finn tidak
percaya akan hal itu, baginya cinta
hanyalah fantasi, tidak ada belahan jiwa, tidak ada takdir.
Suatu ketika, bertemulah Tom dan Summer
ini dalam satu perusahaan yang menjual kartu ucapan (greeting card). Tom
sebagai karyawan lama, dan Summer adalah karyawan baru. Awalnya Tom tidak
tertarik dengan Summer, karena Summer terlalu sempurna untuknya. Sampai suatu
ketika, Tom dan Summer masuk dalam ruang lift yang sama dan Summer
mengatakan bahwa lagu yang sedang didengar Tom pada saat itu adalah lagu
kesukaannya juga. Kalau nggak salah dengar, lagu yang diputar oleh Tom waktu
itu judulnya “Aisyah ku jatuh cinta”. Tik-Tok, kali ah .... Oke, saat itu Tom
merasa bahwa ada kecocokan antara dia dengan Summer. Karakter Tom dalam film
ini memang dipoles sebagai seorang pria yang agak “BAPERan” dan “kePEDEan”.
Semenjak peristiwa itu, segala hal yang
bisa ia kaitkan dengan Summer, ia lakukan. Menurutnya, kehadiran Summer di
perusahaan tempat ia bekerja juga merupakan pertanda bahwa Summer adalah
takdirnya, belahan jiwanya. Berbagai peristiwa lain yang mendukung argumen Tom
bermunculan, dan itu semakin memperkuat dugaan Tom bahwa Summer memang
benar-benar belahan jiwanya.
Hal itu terus berlanjut, hingga di
pertengahan cerita, mereka jadi sering keluar bersama, nonton bersama, makan
bersama, jalan bersama, dan kegiatan-kegiatan bersama lainnya. Satu hal lagi,
dan hal ini yang benar-benar menguatkan Tom bahwa Summer sudah sangat klop
dengan dirinya, yaitu ketika Summer mau bercerita mengenai kisah yang tidak
pernah ia ceritakan kepada orang lain. Sudah menjadi adat istiadat dalam dunia
“gebet-menggebet,” cielah ... yaitu ketika seseorang sudah mau berbagi
rahasianya dengan orang lain, berarti orang tersebut sudah ia anggap dekat.
Kedekatan antara Tom dan Summer, membuat
beberapa teman dekat Tom berpikiran agar Tom harus segera menanyakan status
hubungannya dengan Summer. Awalnya Tom menolak. Menurutnya hubungan mereka
adalah hubungan zaman modern. Saling mencintai tanpa harus ada status pacaran, tanpa
label boyfriend dan girlfriend. Apalagi sampai corat-coret nama
pasangan di batu kali, seperti kebiasaan saya dulu. Hufhhh ....
Namun sebenarnya dalam lubuk hati terdalam,
ada keraguan dalam diri Tom, apakah Summer mencintainya? Hmmm .... Karena
keraguan itu, ia kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada Summer.
Sayangnya, prinsip Summer masih tetap sama. Summer menjawab dengan begitu
gampang pertanyaan yang diajukan oleh Tom, “Aku tidak peduli dengan hubungan,
yang penting kita berdua bahagia.”
Sampai suatu hari, jawaban sesungguhnya terjawab
dengan sendirinya ketika peristiwa dimana Tom membela Summer dari lelaki jalang
yang mencoba untuk menggoda Summer. Summer kecewa dengan sikap Tom yang
mengorbankan dirinya untuk membela Summer. Karena Summer punya prinsip, dia
tidak ingin membuat orang lain berkorban atau sakit karena dirinya. Seusai
peristiwa itu, Summer mengatakan bahwa kita hanya berteman (maksudnya antara Tom
dan Summer), bukan antara AKU dan KAMU. Ehm ... fokus woi, fokus!
Suatu hari Summer menghilang dan tidak
lagi bekerja di kantor. Tom mulai merasa kehilangan. Pekerjaannya mulai
berantakan. Inspirasi yang sering berdatangan di kepalanya dan sering ia
salurkan dalam bentuk kalimat di kartu ucapan tidak lagi muncul, alias buntu,
alias mandek, alias stagnan, alias apalagi? Pokoknya gitulah. Baginya, Summer
adalah inspirasinya. Namun inspirasi itu telah hilang bersama dengan hilangnya
Summer dari kehidupan. Aghhh .... nusuk ... suk ... suk ... (lebay
tingkat dewa).
Setelah lama berpisah, Tom dan Summer
bertemu kembali di sebuah kereta yang sedang melaju menuju suatu tempat. Usut
punya usut, ternyata Summer adalah penjual kacang di kereta. Hehehe ....
Bercanda. Yang benar adalah: mereka berdua harus menghadiri sebuah acara yang
sama di suatu tempat. Mereka kemudian membicarakan banyak hal dalam pertemuan
itu, namun Tom berusaha menjaga jarak agar dia tidak terbawa perasaan dalam
pertemuan itu, sementara Summer adalah orang yang paling antusias. Summer
mencoba menarik kembali segala macam kenangan dari masa lampau untuk hadir dalam
pertemuan mereka. Di akhir perjumpaan, Summer mengundang Tom untuk datang pada
acara pesta yang akan diadakan di apartemennya. Tom menyetujui. Mereka akhirnya
pulang dengan satu kereta yang sama. Saat perjalanan pulang itu, Summer
tertidur pulas di bahu Tom. Dan hal itu membuat perasaan itu muncul kembali. Tom
jatuh cinta untuk kedua kalinya.
Pada acara pesta di rumah Summer, Tom berharap
Summer akan sangat antusias dengan kedatangannya. Ia berpikir bahwa dia akan
menjadi orang yang spesial dalam pesta itu. Ternyata tidak. Ia malah melihat Summer
telah membawa pria lain untuk diperkenalkan kepada banyak orang. Tom juga
melihat ada cincin tunangan yang melingkar erat di jari manis Summer. Itulah
puncak tertinggi dari patah hati seseorang yang bernama Tom. Ia pulang dan
patah hati untuk kedua kalinya. Aghhh.... di momen ini saya langsung pergi
ke WC untuk membasuh muka dan
sebagainya. Lupa kalau belum salat Isya. Yaelah.
Sejak saat itu, Tom tidak lagi percaya
dengan kata cinta. Baginya, semua yang berbau asmara yang tersalurkan lewat
lagu, kartu ucapan dan film adalah kebohongan belaka. Menurutnya seseorang
harus bisa mengungkapkan perasaannya, bukan lewat lagu maupun kartu ucapan. Kekecewaan
yang muncul dari pikirannya itu ia luapkan di tengah agenda rapat yang diadakan
di kantor perusahaan tempatnya bekerja. Setelah semua itu ia luapkan di depan
bos dan para karyawan lainnya, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja
dan keluar dari kantor.
Tom kehilangan semangat dalam beberapa
hari, tidak beraktivitas sama sekali. Hingga suatu hari ia meminta nasehat
kepada teman baiknya. Ia bertanya mengenai apa yang seharusnya ia lakukan agar
bisa melupakan Summer. Temannya kemudian menasehati Tom dengan sebuah kalimat
yang menurut saya adalah kalimat pamungkas dalam film ini. Temannya mengatakan,
“Aku rasa kamu cuma mengingat hal-hal yang indah dengannya. Lain kali saat kau
mengenang dia (Summer), menurutku kau harus ingat lebih dalam lagi!” Maksud
dari perkataan itu adalah agar Tom tidak hanya mengingat yang yang indah-indahnya
saja dari hubungannya dengan Summer, tapi juga hal buruk yang telah terjadi
pada mereka berdua.
Perkataan itu begitu menusuk dan langsung
bekerja di dalam pikiran Tom. Semua kenangan tidak mengenakkan antara dia dan
Summer langsung berputar di kepala. Ternyata banyak hal yang menjengkelkan
ketika dia dekat dengan Summer. Mereka punya banyak ketidaksamaan, mereka
pernah bertengkar, dan mereka pernah tidak sepaham. Dengan cara itu, Tom
berhasil melupakan Summer. Dengan cara itu juga, saya berhasil melupakan dia. *Apasih
...?
Terakhir, inilah bagian yang paling saya
suka, yaitu ketika Tom bersemangat kembali menjalani hidup. Ia bangkit kembali
dengan ambisi lamanya untuk menjadi arsitek. Ia membaca buku-buku yang
berkenaan dengan arsitek, mulai membuat sketsa gedung, dan berusaha menawarkan
hasilnya ke perusahaan. Sementara di tempat lain, Summer juga sedang bahagia
dengan pernikahannya. Sementara di tempat lainnya lagi, saya menangis tersedan-sedan
karena besok sudah harus bayar uang kosan. Heuheuheu ....
0 komentar:
Posting Komentar