21 tahun adalah usia yang sudah bukan usia kecil lagi bagiku. Aku
masih ingat sekitar belasan tahun yang lalu, tepatnya ketika aku masih berada
di bangku sekolah dasar. Aku punya banyak keceriaan, tertawa tanpa beban,
bermain tanpa rasa lelah, hujan-hujanan dan kotor-kotoran di lumpur yang
tergenang, panas-panasan untuk bermain bola di lapangan,kejar-kejaran dan
tangkap-tangkapan bersama teman , dan masih banyak hal lain yang membuat aku
tak pernah sabar untuk menunggu hari esok.
Pada masa itu, teman adalah orang terbaik yang membuat kaki mungil
ini terus berlari. Mereka adalah orang terindah yang membuat badan kurus ini
tak pernah diam. Mereka juga orang terhebat yang membuat hati dan pikiran terus
merasakan keceriaan hari demi harinya.
Siang adalah waktu yang paling tepat untuk membuka pintu secara
diam-diam demi untuk bermain dengan teman di luar rumah. Terkadang ibu dan ayah
bangun dan menegur ku untuk tidak keluar rumah, karena jam siang adalah waktu
untuk istirahat katanya. Tapi bagi anak kecil seperti ku, siang adalah waktu
yang jangan sampai terlewatkan dari bermain dan berkumpul bersama teman.
Di masa itu, Perkelahian, percekcokan, tidak teguran bahkan
permusuhan dengan teman memang kerap terjadi, tapi rangkulan tangan, duduk
bersama, saling tertawa adalah lebih terasa dari hanya sebuah pertengkaran.
Selain bermain di luar, aku juga suka untuk menjadi orang yang
bercita-cita. Aku masih ingat dengan cita-cita anehku sewaktu kecil. Jadi supir
bis,,,ya supir bis, entah apa yang ada di pikiran ku waktu kecil,sehingga supir
bis menjadi impian terindahku waktu itu. Untuk merealisasikannya aku sering
membeli mobil bis mainan hasil dari rengekkanku dengan sang ibu. Ku hias bis
mainanku, terkadang kucuci dan kubersihkan jika ia kotor atau berdebu, dan
setiap habis memainkannya selalu kuparkirkan ia di tempat-tempat fantasi yang
terlihat seperti terminal bis. Selain bermain bis mainan, aku juga sering
menggambarkannya di buku pelajaranku, ku gambar bis-bis berbaris di sebuah
jalan raya dengan background gunung dan hutan di belakangnya.
Ternyata masa kecil juga penuh dengan kreativitas tanpa batas.
Sering kuambil bambu dan kayu libut di belakang rumah, ku gergaji dangan tangan
kecilku, kuikat dengan getah gelang sampai peluh ku membasahi baju ku yang longgar,
namun semua lelah itu terbayarkan dengan mobil mainan, lalu kumainkan di
samping rumah di bawah pohon rambutan. Selain mobil, aku juga pernah membuat
kapal mainan masih dengan bahan yang sama yaitu kayu libut, ku buat
banyak-banyak lalu ku jejerkan kapal-kapal itu di sebuah parit di samping
rumah. Ku ikat dengan tali kapal-kapal yang ada lalu ku tarik dan ku bawa ia
menyusuri parit sejauh yang aku mampu.
Di masa itu juga aku menjadi penyayang binatang,,,yang aku rasa
sih. Kucing tak terhitung berapa banyaknya, selalu ku ajak mereka bermain
dengan seuatas tali dan kupancing mereka untuk mengikuti tali yang kubawa, aku
serasa menjadi pawang sirkus waktu itu. Selain kucing, aku juga suka memelihara
ikan. Di terik panasnya siang sehabis pulang sekolah aku sudah menerjunkan
badanku ke parit di samping rumah sambil membawa saok (alat penangkap ikan)
dengan jaring berwarna biru. Jika aku sudah merasa tangkapanku banyak maka
langsung ku pindahkan mereka di toples kaca yang sudah kuisi air dan tak lupa
kuhiasi dengan pasir dan tumbuhan di dalamnya. selain itu aku juga sering
mengumpulkan serangga kecil seperti belalang, kumbang, ulat, dan
binatang-binatang serangga lainnya, kemudian ku simpan dalam plastik lalu kuisi
udara dengan karbon dioksida dari hembusan nafasku, dan apa yang
terjadi,,,keesokan harinya binatang itu mati terbujur kaku di dalam gelembung
plastikku,,,hahahahah.
Yah setidaknya itulah gambaran belasan tahun yang lalu, saat itu
aku belum merasakan beban hidup, tidak merasakan ketegangan dan stress
berlebih, tidak pernah frustasi dengan keadaan. Yang ada hanyalah tawa lepas
dan terus bermain dan melakukan apa yang aku inginkan.
Tapi sekarang usia ku sudah bertambah dan sudah berada di 20
keatas. Hidup di usia ini menjadi rumit dan sangat sering aku merasa lelah dan
letih. Lelah dan letih bukan karena banyak bermain seperti waktu kecil dulu,
tapi lelah dan letih karena tuntutan hidup yang begitu mengekang. Tawa lepas
dan ceria tanpa batas sangat jarang ku rasakan di usia ini, karena aku sudah
mulai menyadari aku tidak akan lagi menjadi orang yang dijaga seperti aku kecil
dulu, akan tetapi aku akan menjadi orang yang menjaga seperti orang tuaku yang
menjagaku dulu.
Hidupku sekarang sudah dipenuhi target-target yang harus tercapai,
dipenuhi jadwal-jadwal, dipenuhi dengan tugas yang menumpuk, dikelilingi oleh
orang-orang yang sibuk, dan ditimpa oleh berbagai masalah yang tak pernah
kurasakan saat aku kecil dulu.
Jika waktu kecil, yang ada di dalam pikiranku adalah segala hal
yang menyenangkan yang bisa ku lakukan. Tapi sekarang tidak, pikiranku sudah
berubah, aku harus memikirkan apa pekerjaanku nanti?, dimana tempat tinggalku
nanti?, bahkan aku sudah bisa memikirkan tentang kematianku, bagaimana dan apa
yang akan terjadi setelahnya?. Semua tentang masa depan bukan tentang apa kebahagiaan
yang sekarang.
Layaknya seorang yang berusia dua puluh tahunan, aku juga merasakan
apa yang orang sering sebut dengan cinta. Cinta menjadikanku orang yang
optimis, optimis di saat aku tau dia juga mencintaiku. Namun cinta juga kadang
membuat aku pesimis, pesimis saat aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang punya
segalanya untuk diberikan kepadanya. Cinta juga membuatku menjadi bahagia,
bahagia di saat aku bisa bersamanya. Tapi cinta juga bisa membuat aku sedih,
sedih di saat aku harus rela jika suatu saat ia harus kulepaskan. Cinta bisa
membuat aku semangat, semangat saat aku tau ternyata dia juga menunggu ku di
sana. Tapi cinta juga kadang membuatku lemah, lemah di saat aku tau ternyata
dia punya seseorang yang lebih spesial dari diriku.
Seperti orang dewasa yang lain, rasa empatiku juga ternyata sudah
tumbuh saat ini. aku sudah bisa merasakan sedihnya orang yang harus berjuang
mencari nafkah dengan berbagai pekerjaan yang sebenarnya sudah tak layak untuk
dirinya. Aku bisa merasakan bagaimana dukanya ketika anak atau keluarga dari
seseorang yang ditimpa sebuah penyakit yang mengharuskannya terbaring di rumah
sakit. Bahkan sering aku merinding ketika menyaksikan video di internet
mengenai semangat anak pedalaman dalam melanjutkan pendidikan. aku juga bisa
perihatin dengan kondisi generasi penerus bangsa yang sedang mengalami krisis
moral dan kehilangan karakter serta rusaknya akhlaq mereka. aku bisa kecewa
dengan para wakil rakyat yang tidak menjaga amanah yang dititipkan kepada
mereka.
Hari ini aku merasa banyak hal yang telah berubah. aku sadar betul
hidup ini tidak akan selamanya sama. Ketika hari terus berganti, matahari
terbit dan tenggelam, siang berganti malam, ketika itulah sikap, pikiran,
perasaan, dan pengetahuan ku juga berubah. masa kecil tidak selamanya akan ku rasakan,
tawa lepas dan canda tanpa batas juga tidak akan terus aku lakukan.
Frustasi dan stres ternyata adalah suatu gejala yang menyadarkanku
bahwa sekarang bukanlah hari yang lalu. . Cinta yang labil memberi tahuku bahwa
aku nanti akan perlu pendamping yang membuatku jadi orang yang optimis, bahagia
dan bersemangat bukan orang yang pesimis, sedih dan lemah. Rasa empati dan
peduli mengajarkanku bahwa peranku saat ini sudah berubah, bukan mejadi orang
yang dijaga tetapi orang yang menjaga
0 komentar:
Posting Komentar