Kamis, 04 Oktober 2018

SAYA KECANDUAN INTERNET. BAGAIMANA DENGAN ANDA?

Gara-gara lupa password wifi dan malas nanya lagi ke penjaga kasir apa password wifinya, saya jadi tidak punya kerjaan sekarang (nongkrong di kafe). Biar kelihatan sibuk sama orang-orang yang ada di sekitar saya (salah satunya yang lagi pacaran di dekat meja saya), saya lalu membuka file-file jurnal yang sempat saya kumpulkan beberapa bulan lalu. 

Salah satu jurnal yang menarik yang saya temukan berjudul, “Internet Addiction in Students: A Cause of Concern”. Penelitian ini dilakukan oleh Kanwal Nalwa Ph.D dan Archana Preet Anand, Ph. D. Mereka berdua adalah sepasang teman. Ya iyalah. Mereka melakukan penelitian terhadap pelajar di India yang berusia 16-18 tahun. Alat ukur yang mereka gunakan untuk mengetahui kecanduan internet pada pelajar ini adalah The Davis Online Cognition Scale (DOCS). Pengukuran dengan DOCS itu kemudian menghasilkan dua kelompok, yaitu dependent dan non-dependent. Sepertinya istilah ini memiliki arti, jomblo dan tidak jomblo. Hahah... nggak lah ya. Mungkin artinya adalah “yang sangat bergantung” pada internet dan “tidak terlalu bergantung”. Kayak cinta kamu... digantung.

Selain The Davis Online Scale, ia juga menggunakan alat ukur The UCLA Loneliness Scale (alat pengukur kesepian yang kayaknya cocok juga buat mengukur tingkat kesepian para jomblo). Selain itu, peneliti juga menggunakan kuesioner semi terstruktur. Pertanyaan yang diajukan seperti “Berapa lamu waktu yang digunakan untuk internetan? Aplikasi apa yang digunakan? Berapa sering menunda pekerjaan hanya untuk online? hingga bagusan kartu indosad apa telkonsel? 

Hasil penelitiannya berupa:

Pertama, orang akan sering menunda pekerjaan ketika sudah online. Benar nggak? Saya sih mengakui itu. Saya sering banget kalau udah online lupa dengan apa yang harus saya kerjakan, seperti tugas dan lain-lain. Bahkan juga lupa kalau saya masih sendiri. Parahnya lagi, menunda pekerjaan akibat online ini bisa berjam-jam lamanya. Kan? Kan? Kan? 

Kedua, orang sering kehilangan waktu tidur malam akibat online. Benar nggak ni man-teman? Kalau menurut saya sih benar banget, saya sendiri sering bergadang kalau udah online. Entah kenapa, cahaya gawai yang memancar ke mata saya itu dapat menghilangkan rasa kantuk saya. Efeknya udah sama kayak kopi (yang terbakar kalau terkena api). Tidur pun jadi susah, karena pengen buka media sosial lagi, padahal yang chat juga nggak ada. Hadeh....

Ketiga, ada perasaan bosan kalau nggak buka internet. Apakah ini terjadi pada kalian? Kalau saya sering terjadi. Makanya dalam satu hari saya bisa online selama beberapa jam. Bahkan hidup saya mungkin lebih banyak di internet daripada di jalanan (emang anak jalanan?).

Keempat, waktu lebih banyak dihabiskan untuk internet. Ya, salah satu indikasi kita kecanduan internet adalah waktu yang kita habiskan lebih banyak untuk dirinya (internet). Tapi yang bagaimana lagi, semuanya serba di internet, dari berpolitik sampai beragama. Hihihi....

Kelima, kesepian. Karena kebanyakan hidup di ruang maya, ada kalanya kita kesepian lo gaes. Benar nggak? Kita hidup dalam ruang yang orang-orangnya mulai menjauh (secara fisik dan emosional). Memang sih kita bisa tertawa cekikian saat menghadap layar gawai, tapi cobalah alihkan pandangan dari layar gawai anda, dan lihat sekeliling anda, hampir semuanya sibuk dengan gawainya masing-masing. Sejatinya kita sedang kesepian. Dekat di mata, jauh di hati. Heuheuheu....

Dari kesemua gejala yang ada, sepertinya saya sudah termasuk orang-orang yang kecanduan internet. Bagaimana dengan anda? 

sumber gambar: vgalexandra.blogspot.com


Catatan: memang ada perbedaan antara yang dependent dan non-dependent dalam penelitian. Hanya saja, untuk memudahkan penulisan, saya satukan semua gejala, baik itu yang menimpa kelompok dependent, maupun non-dependent.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar