Selasa, 01 Maret 2016

PENYAKIT ANAK KAMPUNG YANG KULIAH DI KOTA



Saya masih ingat dulu sewaktu awal masuk kuliah, begitu silau dengan kehidupan kota. Segala hal pengen dicoba, dari tempat hiburan, tempat kuliner, tempat wisata, sampai gaya hidup perkotaan yang hedonis dan konsumtif pun dituruti. Kalau udah malam minggu itu gak pernah absen untuk keluar malam, kumpul bareng teman, ketawa-ketiwi, foto bersama dan diupload di media sosial (pengen pamer). Dulunya yang ketika di kampung gak pernah tau model pakaian terkini, di kota jadi tau banget dan update banget. Namun, semakin hari saya semakin sadar bahwa ada yang salah dengan cara hidup seperti ini.
 
Dan hal seperti ini hampir dialami oleh para calon sarjana kampong. Coba lihat ketika ada anak baru yang berasal dari kampung ketika awal-awal masuk kuliah!. Apa yang paling nampak berubah dari mereka?. Yang paling nampak berubah itu gaya hidupnya, mode pakaian, pergaulan, dan lain sebagainya. Jarang kita lihat anak-anak kampung yang kuliah di kota balik ke masyarakatnya bisa berbagi ilmu, bisa berbagi pengalaman, pokoknya hal-hal yang berbau intelektual. 


Padahal orang tua, menguliahkan anaknya adalah agar ilmu mereka bertambah, cara pandang mereka semakin dewasa dan tentunya bisa bermanfaat bagi masyarakatnya. Saya tidak pernah mendengar orang tua berpesan kepada anaknya ketika berangkat ke kota untuk kuliah, agar anaknya bisa ikut tren kota. Tak pernah orang tua berpesan kepada anaknya, kalau pulang nanti pakaian harus yang necis sedikit, harus bisa modis kayak artis.... gak pernah kan?. Lalu ngapain kita sibuk-sibuk merubah penampilan luar kita, bukan otak dan fikiran kita.

Cara pandang seperti inilah yang kadang keliru bagi anak-anak yang baru kuliah. Malangnya kalau penyakit ini tidak diobati sampai akhir perkuliahan, maka balik ke kampung tidak akan ada kemajuan yang bisa dirasakan, kecuali bertambahnya koleksi baju, aksesoris, foto, dan koleksi mantan. Pulang ke kampung malah tidak membawa ilmu, pengalaman, buku, gagasan serta pemikiran untuk memajukan masyarakat di kampung.

Sekali lagi bukan tidak boleh mencicipi kesenangan di perkotaan, menikmati hiburan, wisata, jalan-jalan dan sebagainya. Tapi sangat disayangkan kalau itu menjadi prioritas dan melupakan tujuan utama yaitu menambah ilmu dan merubah cara berfikir serta mengumpulkan gagasan agar pulang di kampung nanti membawa perubahan yang bermanfaat. Sekarang kan terbalik, cari ilmunya malas-malasan, tapi jalan-jalannya luar biasa rajin. Kuliahnya ogah-ogahan tapi kalau diajak malam mingguan semangat luar biasa. Beli buku pikir-pikir, tapi buat beli pakaian rela sampai ngutang-ngutang. Yang kayak begitu yang jadi masalah.

Maka mulai sekarang ubah prinsip, mana yang tujuan utama dan mana yang bukan. 
Prioritaskan tujuan utama, jangan prioritaskan yang bukan menjadi tujuan. Karena anda yang kuliah ini sedang ditunggu-tunggu oleh masyarakat ide dan gagasannya, bukan ditunggu update mode terbaru pakaiannya. Mumpung masih punya waktu, mulailah dari sekarang!!!.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar