Saya masih ingat dulu sewaktu awal masuk
kuliah, begitu silau dengan kehidupan kota. Segala hal pengen dicoba, dari
tempat hiburan, tempat kuliner, tempat wisata, sampai gaya hidup perkotaan yang
hedonis dan konsumtif pun dituruti. Kalau udah malam minggu itu gak pernah
absen untuk keluar malam, kumpul bareng teman, ketawa-ketiwi, foto bersama dan
diupload di media sosial (pengen pamer). Dulunya yang ketika di kampung gak
pernah tau model pakaian terkini, di kota jadi tau banget dan update banget. Namun,
semakin hari saya semakin sadar bahwa ada yang salah dengan cara hidup seperti
ini.
Dan hal seperti ini hampir dialami oleh
para calon sarjana kampong. Coba lihat ketika ada anak baru yang berasal dari
kampung ketika awal-awal masuk kuliah!. Apa yang paling nampak berubah dari
mereka?. Yang paling nampak berubah itu gaya hidupnya, mode pakaian, pergaulan,
dan lain sebagainya. Jarang kita lihat anak-anak kampung yang kuliah di kota
balik ke masyarakatnya bisa berbagi ilmu, bisa berbagi pengalaman, pokoknya hal-hal
yang berbau intelektual.
Padahal orang tua, menguliahkan anaknya
adalah agar ilmu mereka bertambah, cara pandang mereka semakin dewasa dan
tentunya bisa bermanfaat bagi masyarakatnya. Saya tidak pernah mendengar orang
tua berpesan kepada anaknya ketika berangkat ke kota untuk kuliah, agar anaknya
bisa ikut tren kota. Tak pernah orang tua berpesan kepada anaknya, kalau pulang
nanti pakaian harus yang necis sedikit, harus bisa modis kayak artis.... gak
pernah kan?. Lalu ngapain kita sibuk-sibuk merubah penampilan luar kita, bukan
otak dan fikiran kita.
Cara pandang seperti inilah yang kadang
keliru bagi anak-anak yang baru kuliah. Malangnya kalau penyakit ini tidak
diobati sampai akhir perkuliahan, maka balik ke kampung tidak akan ada kemajuan
yang bisa dirasakan, kecuali bertambahnya koleksi baju, aksesoris, foto, dan
koleksi mantan. Pulang ke kampung malah tidak membawa ilmu, pengalaman, buku,
gagasan serta pemikiran untuk memajukan masyarakat di kampung.
Sekali lagi bukan tidak boleh mencicipi
kesenangan di perkotaan, menikmati hiburan, wisata, jalan-jalan dan sebagainya.
Tapi sangat disayangkan kalau itu menjadi prioritas dan melupakan tujuan utama yaitu
menambah ilmu dan merubah cara berfikir serta mengumpulkan gagasan agar pulang
di kampung nanti membawa perubahan yang bermanfaat. Sekarang kan terbalik, cari
ilmunya malas-malasan, tapi jalan-jalannya luar biasa rajin. Kuliahnya ogah-ogahan
tapi kalau diajak malam mingguan semangat luar biasa. Beli buku pikir-pikir,
tapi buat beli pakaian rela sampai ngutang-ngutang. Yang kayak begitu yang jadi
masalah.
Maka mulai sekarang ubah prinsip, mana
yang tujuan utama dan mana yang bukan.
Prioritaskan tujuan utama, jangan
prioritaskan yang bukan menjadi tujuan. Karena anda yang kuliah ini sedang
ditunggu-tunggu oleh masyarakat ide dan gagasannya, bukan ditunggu update mode
terbaru pakaiannya. Mumpung masih punya waktu, mulailah dari sekarang!!!.