Sabtu, 24 Oktober 2015

PERUBAHAN



21 tahun adalah usia yang sudah bukan usia kecil lagi bagiku. Aku masih ingat sekitar belasan tahun yang lalu, tepatnya ketika aku masih berada di bangku sekolah dasar. Aku punya banyak keceriaan, tertawa tanpa beban, bermain tanpa rasa lelah, hujan-hujanan dan kotor-kotoran di lumpur yang tergenang, panas-panasan untuk bermain bola di lapangan,kejar-kejaran dan tangkap-tangkapan bersama teman , dan masih banyak hal lain yang membuat aku tak pernah sabar untuk menunggu hari esok. 

Pada masa itu, teman adalah orang terbaik yang membuat kaki mungil ini terus berlari. Mereka adalah orang terindah yang membuat badan kurus ini tak pernah diam. Mereka juga orang terhebat yang membuat hati dan pikiran terus merasakan keceriaan hari demi harinya.
Siang adalah waktu yang paling tepat untuk membuka pintu secara diam-diam demi untuk bermain dengan teman di luar rumah. Terkadang ibu dan ayah bangun dan menegur ku untuk tidak keluar rumah, karena jam siang adalah waktu untuk istirahat katanya. Tapi bagi anak kecil seperti ku, siang adalah waktu yang jangan sampai terlewatkan dari bermain dan berkumpul bersama teman.

Di masa itu, Perkelahian, percekcokan, tidak teguran bahkan permusuhan dengan teman memang kerap terjadi, tapi rangkulan tangan, duduk bersama, saling tertawa adalah lebih terasa dari hanya sebuah pertengkaran. 

Selain bermain di luar, aku juga suka untuk menjadi orang yang bercita-cita. Aku masih ingat dengan cita-cita anehku sewaktu kecil. Jadi supir bis,,,ya supir bis, entah apa yang ada di pikiran ku waktu kecil,sehingga supir bis menjadi impian terindahku waktu itu. Untuk merealisasikannya aku sering membeli mobil bis mainan hasil dari rengekkanku dengan sang ibu. Ku hias bis mainanku, terkadang kucuci dan kubersihkan jika ia kotor atau berdebu, dan setiap habis memainkannya selalu kuparkirkan ia di tempat-tempat fantasi yang terlihat seperti terminal bis. Selain bermain bis mainan, aku juga sering menggambarkannya di buku pelajaranku, ku gambar bis-bis berbaris di sebuah jalan raya dengan background gunung dan hutan di belakangnya.

Ternyata masa kecil juga penuh dengan kreativitas tanpa batas. Sering kuambil bambu dan kayu libut di belakang rumah, ku gergaji dangan tangan kecilku, kuikat dengan getah gelang sampai peluh ku membasahi baju ku yang longgar, namun semua lelah itu terbayarkan dengan mobil mainan, lalu kumainkan di samping rumah di bawah pohon rambutan. Selain mobil, aku juga pernah membuat kapal mainan masih dengan bahan yang sama yaitu kayu libut, ku buat banyak-banyak lalu ku jejerkan kapal-kapal itu di sebuah parit di samping rumah. Ku ikat dengan tali kapal-kapal yang ada lalu ku tarik dan ku bawa ia menyusuri parit sejauh yang aku mampu.

Di masa itu juga aku menjadi penyayang binatang,,,yang aku rasa sih. Kucing tak terhitung berapa banyaknya, selalu ku ajak mereka bermain dengan seuatas tali dan kupancing mereka untuk mengikuti tali yang kubawa, aku serasa menjadi pawang sirkus waktu itu. Selain kucing, aku juga suka memelihara ikan. Di terik panasnya siang sehabis pulang sekolah aku sudah menerjunkan badanku ke parit di samping rumah sambil membawa saok (alat penangkap ikan) dengan jaring berwarna biru. Jika aku sudah merasa tangkapanku banyak maka langsung ku pindahkan mereka di toples kaca yang sudah kuisi air dan tak lupa kuhiasi dengan pasir dan tumbuhan di dalamnya. selain itu aku juga sering mengumpulkan serangga kecil seperti belalang, kumbang, ulat, dan binatang-binatang serangga lainnya, kemudian ku simpan dalam plastik lalu kuisi udara dengan karbon dioksida dari hembusan nafasku, dan apa yang terjadi,,,keesokan harinya binatang itu mati terbujur kaku di dalam gelembung plastikku,,,hahahahah.

Yah setidaknya itulah gambaran belasan tahun yang lalu, saat itu aku belum merasakan beban hidup, tidak merasakan ketegangan dan stress berlebih, tidak pernah frustasi dengan keadaan. Yang ada hanyalah tawa lepas dan terus bermain dan melakukan apa yang aku inginkan. 

Tapi sekarang usia ku sudah bertambah dan sudah berada di 20 keatas. Hidup di usia ini menjadi rumit dan sangat sering aku merasa lelah dan letih. Lelah dan letih bukan karena banyak bermain seperti waktu kecil dulu, tapi lelah dan letih karena tuntutan hidup yang begitu mengekang. Tawa lepas dan ceria tanpa batas sangat jarang ku rasakan di usia ini, karena aku sudah mulai menyadari aku tidak akan lagi menjadi orang yang dijaga seperti aku kecil dulu, akan tetapi aku akan menjadi orang yang menjaga seperti orang tuaku yang menjagaku dulu. 

Hidupku sekarang sudah dipenuhi target-target yang harus tercapai, dipenuhi jadwal-jadwal, dipenuhi dengan tugas yang menumpuk, dikelilingi oleh orang-orang yang sibuk, dan ditimpa oleh berbagai masalah yang tak pernah kurasakan saat aku kecil dulu. 

Jika waktu kecil, yang ada di dalam pikiranku adalah segala hal yang menyenangkan yang bisa ku lakukan. Tapi sekarang tidak, pikiranku sudah berubah, aku harus memikirkan apa pekerjaanku nanti?, dimana tempat tinggalku nanti?, bahkan aku sudah bisa memikirkan tentang kematianku, bagaimana dan apa yang akan terjadi setelahnya?. Semua tentang masa depan bukan tentang apa kebahagiaan yang sekarang.

Layaknya seorang yang berusia dua puluh tahunan, aku juga merasakan apa yang orang sering sebut dengan cinta. Cinta menjadikanku orang yang optimis, optimis di saat aku tau dia juga mencintaiku. Namun cinta juga kadang membuat aku pesimis, pesimis saat aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang punya segalanya untuk diberikan kepadanya. Cinta juga membuatku menjadi bahagia, bahagia di saat aku bisa bersamanya. Tapi cinta juga bisa membuat aku sedih, sedih di saat aku harus rela jika suatu saat ia harus kulepaskan. Cinta bisa membuat aku semangat, semangat saat aku tau ternyata dia juga menunggu ku di sana. Tapi cinta juga kadang membuatku lemah, lemah di saat aku tau ternyata dia punya seseorang yang lebih spesial dari diriku.

Seperti orang dewasa yang lain, rasa empatiku juga ternyata sudah tumbuh saat ini. aku sudah bisa merasakan sedihnya orang yang harus berjuang mencari nafkah dengan berbagai pekerjaan yang sebenarnya sudah tak layak untuk dirinya. Aku bisa merasakan bagaimana dukanya ketika anak atau keluarga dari seseorang yang ditimpa sebuah penyakit yang mengharuskannya terbaring di rumah sakit. Bahkan sering aku merinding ketika menyaksikan video di internet mengenai semangat anak pedalaman dalam melanjutkan pendidikan. aku juga bisa perihatin dengan kondisi generasi penerus bangsa yang sedang mengalami krisis moral dan kehilangan karakter serta rusaknya akhlaq mereka. aku bisa kecewa dengan para wakil rakyat yang tidak menjaga amanah yang dititipkan kepada mereka.

Hari ini aku merasa banyak hal yang telah berubah. aku sadar betul hidup ini tidak akan selamanya sama. Ketika hari terus berganti, matahari terbit dan tenggelam, siang berganti malam, ketika itulah sikap, pikiran, perasaan, dan pengetahuan ku juga berubah.  masa kecil tidak selamanya akan ku rasakan, tawa lepas dan canda tanpa batas juga tidak akan terus aku lakukan. 

Frustasi dan stres ternyata adalah suatu gejala yang menyadarkanku bahwa sekarang bukanlah hari yang lalu. . Cinta yang labil memberi tahuku bahwa aku nanti akan perlu pendamping yang membuatku jadi orang yang optimis, bahagia dan bersemangat bukan orang yang pesimis, sedih dan lemah. Rasa empati dan peduli mengajarkanku bahwa peranku saat ini sudah berubah, bukan mejadi orang yang dijaga tetapi orang yang menjaga

Share: