Kamis, 14 Agustus 2014

Sepotong nasihat untuk wanita




Saya punya teman perempuan yang subhanallah punya kekuatan yang gigih dalam berdakwah dan mengamalkan syari’at islam serta syari’at yang diperintahkan kepada para wanita. Dengan keistiqamahannya, beberapa dari teman perempuan yang lain mulai tersadarkan, walaupun masih banyak  teman-teman yang mengejek, mencemooh, dan mengomongkan sikap dan aktivitas dakwahnya.
Dia menggunakan hijab syar’inya dan melonggarkannya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah swt dan Rasulullah saw. Tentu di era fashion seperti sekarang ini, apa yang ia kenakan terlihat norak dan tidak fashionable.
Jika kita menggunakan sudut pandang fashion untuk wanita zaman sekarang, maka mereka akan menggunakan khimar (penutup kepala) namun bawahannya celana ketat, bajunya ketat, menampakkan lekuk tubuh, banyak aksesoris, khimar (penutup kepala) yang tidak menutupi dada dan punggung, terkadang rambutnya disanggul ke atas seperti punuk unta, kemudian berjalan menggoda, harus upload foto, dengan muka cutenya. Jika yang seperti ini modelnya, tentu tidak sesuai dengan syar’i atau malahan bertentangan dengan hijab secara syar’i. Dan beraktivitas yang tidak syar’i pula.
Keadaan yang tidak sesuai dengan syar’i diatas telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa kriteria-kriteria seperti di atas tidak akan mencium baunya surga, apalagi masuk ke dalamnya. Dalam hadis Muslim, diriwayatkan Abu hurairah, Rasulullah saw bersabda :
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
An-nawawi, Ibnu ‘abdil baar, Al munawi, dan Ibnul jauzy, mereka semua menjelaskan tentang wanita yang berpakaian tapi telanjang dan kesamaan dari pendapat ulama diatas tentang maksud dari wanita yang berpakaian tapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Kemudian setelah itu mereka berlenggak-lenggok, jelas tujuan dari berlenggak-lenggok adalah menarik perhatian lawan jenis. Ketika aurat sudah ditampakkan, maka setelah itu, aurat yang tampak itu digunakan untuk memikat lawan jenisnya. Di zaman sekarang, tentu untuk menarik perhatian seseorang, tidak hanya dilkaukan di dunia nyata, tapi juga marak di dunia maya. Seseorang boleh upload foto sebanyak-banyaknya dan jika aurat yang ditampakkan, lekuk tubuh yang diperlihatkan, dengan gaya yang memikat, maka berhati-hatilah saudariku! Karena besar kemungkinan anda masuk kategori wanita yang tidak mencium baunya surga dan tidak akan masuk ke dalamnya. Sungguh sangat merugi.
Kembali ke cerita awal. Walaupun ia dihina, diejek dengan hijabnya yang besar, ditertawakan, diomongkan kawan-kawan yang lainnya, tapi dia tetap teguh dan sabar sampai sekarang dengan keislaman dan hijab syar’inya.
Inilah makna ibadah yang sebenarnya, dimana seseorang mengabdi tanpa peduli orang disekitarnya mau berbicara apa tentang dia. Yang perempuan ini tahu bahwa dia berhijab untuk Allah swt bukan untuk manusia, jadi dia gunakan aturan yang Allah swt tentukan bukan kriteria yang manusia ciptakan.
Ditertawa, dihina, dicemooh, dikucilkan adalah sesuatu hal yang  terus akan mendera seseorang yang beriman dan percaya kepada Allah swt.
Dalam surah Al-mutaffifin ayat 29 disebutkan:
“sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu mentertawakan orang-orang yang beriman”.
Menggunakan hijab yang syar’i adalah kriteria wanita yang beriman, dan di zaman sekarang wanita berhijab secara syar’i biasanya menjadi bahan tertawaan, karena norak, tidak fashionable, tidak gaul dan sebagainya. Dan dalam Al-Qur’an, mereka yang mentertawakannya adalah orang yang berdosa.
Kemudian masih pada surat yang sama ayat 32 :
“Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “sesungguhnya mereka benar-benar orang yang sesat”.
Sesat sederhananya adalah salah. Ia sering disalahkan oleh teman-temannya dengan bermacam-macam kesalahan, termasuk norak dan tidak sesuai dengan muslimah Indonesia. Kemudian ada yang mengatakan “yang penting tu akhlaqnya, percuma kalau hijabnya bagus tapi akhlaknya tidak bagus”. Bermacam-macam kesalahan dilemparkan kepadanya.
Selanjutnya pada ayat 34:
“Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman yang menertawakan orang kafir”
Yaitu kelak di surga nanti, orang-orang yang beriman termasuk wanita yang menjaga auratnya dan berhijab dengan syar’i yang akan mentertawakan orang-orang dahulu yang pernah mentertawakannya kala di dunia.
Walaupun sebenarnya ayat di atas menjelaskan iman secara umum, akan tetapi salah satu  wujud iman wanita kepada Allah swt adalah dikala ia mau menutup auratnya sesuai dengan aturan Allah swt bukan aturan manusia seperti yang telah disebutkan dalam surah An-Nuur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur : 31)
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)
Maka nasihat untuk wanita adalah kenakanlah hijab sesuai dengan ketentuan Allah swt dan tuntunan Rasulullah saw. Wanita adalah penyangga negara dan agama ini. jika wanitanya baik, maka tentu anak-anaknya, adik-adiknya, suaminya, orangtuanya akan baik pula. Tapi jika wanita dalam agama dan negara ini rusak maka agama dan negara serta lingkungannya akan ikut rusak.
Ditertawakan, dicemooh, dihina, dikucilkan adalah resiko ketika semua orang beriman kepada Alah swt. jika Rasulullah saw, orang paling mulia saja pernah dihina, diolok-olok bahkan dilempar, maka kita yang hina ini tentu lebih biasa lagi untuk itu. Tapi inilah iman, dan Allah swt menjanjikan surga setelahnya.
Bagi yang sudah berhijab semoga Allah swt memberikan keistiqomahan dan kesabaran. Dan bagi yang belum bersegaralah dan semoga Allah swt memberikan kemudahan dan tergerak hati serta badannya untuk mengenakan hijab yang sesuai syar’i bukan yang lain. Serta lengkapi dengan akhlaq yang baik menjaga lisan dan perbuatan.





Share:

Selasa, 12 Agustus 2014

MENCINTAI RASULULLAH SAW




Abdullah ibn Abdi Nahm ibn Afif Al-Muzni seorang anak yatim piatu. Semua beban kehidupannya ditanggung oleh pamannya, seperti pakaian, makanan, tempat tinggal dan sebagainya.
Pada suatu hari ia mendengar kabar bahwa di suatu tempat ada seorang Rasul yang membawa agama yang lurus yaitu agama Islam. Seorang Rasul itu ialah Rasulullah Muhammad saw.
Abdullah seorang anak yatim piatu ini penasaran dan sangat berkeinginan besar untuk menemui Rasulullah saw. ketika keinginan Abdullah begitu menggebu untuk menemui Rasulullah saw, Abdullah jatuh sakit dan menunda keinginannya.
Setelah beberapa hari beristirahat, kini Abdullah pun sehat kembali dan bersiap untuk pergi menemui Rasulullah saw bahkan ingin masuk Islam. Abdullah pun izin dengan pamannya yang mengasuh si Abdullah ini. Abdullah berkata dengan pamannya “wahai pamanku, telah lama aku menunggu keislamanku, dan aku melihat engkau tidak bersemangat”.
Abdullah melihat di raut wajah pamannya yang hampir marah, karena pamannya yang telah mengasuhnya, memberinya makan, menyediakan tempat tinggal untuknya tidak rela untuk Abdullah menemui Rasulullah saw dan masuk Islam. Lalu pamannya menjawab  dengan keras “Demi Tuhan, jika engkau masuk Islam, aku akan menarik kembali semua yang aku berikan kepadamu, harta, makanan, tempat tinggal, pakaian dan sebagainya”.
Lalu apa jawab Abdullah?
Apa jawab seorang anak yatim piatu ini?
Apa jawab seorang yang tak punya tempat tinggal, tak punya orang tua, tak punya tempat lagi jika ia pergi dari pamannya?
Abdullah menjawab dengan perkataan yang tanpa sedikit keraguan dan penuh dengan keyakinan. Ia menjawab “Melihat Muhammad lebih baik bagiku dari dunia dan seluruh isinya”. Subhanallah. Padahal resiko perginya Abdullah adalah hilangnya semua yang dimilikinya dan tidak bertemu lagi dengan pamannya. Namun karena ini untuk Allah swt, Rasulullah saw, dan Islam, semua hartanya, tempat tinggalnya, pakaiannya, bahkan tali keluarga dengan pamannya rela ia korbankan.
Lalu apa respon dari pamannya?
Tentu dengan kemarahan yang begitu besar, pamannya merobek-robek pakaian yang dikenakan Abdullah bahkan melucutinya. Kemudian pamannya pergi meninggalkan Abdullah dan tak lagi menegurnya.
Abdullah sendiri di luar rumahnya dengan pakaian yang habis terkoyak-koyak. Ia menatap potongan atau robekan pakaiannya yang terjatuh ke tanah. Lalu apa yang dilakukan Abdullah? Ia memungut robekan pakaiannya dan mengenakannya kembali ke badannya sebisannya, Allahuakbar. Dengan pakaian seperti itu, dengan robekan dimana-mana, sambil menjinjing robekan yang hampir terjatuh setiap langkah kaki kecilnya ia bergegas menemui Rasulullah saw. Subhanallah.
Kisah ini begitu mengharukan. Seorang yatim piatu, tidak punya rumah, tidak punya orang tua, tidak punya tempat tinggal kecuali apa yang diberikan pamannya. Namun kecintaannya pada Rasulullah saw tak membuat ia bersedih ketika semua kehidupan dunianya hilang.
Selanjutnya ia berjihad bersama Rasulullah saw dan mati syahid. Ketika jenazah Abdullah dikuburkan Rasulullah saw berdo’a untuk kepergiannya. Rasullah saw berdo’a “Ya Allah, aku telah meridhai kepergiannya, maka ridhoilah dia”. Ibn Mas’ud berkata, “Betapa bahagianya jika yang dikuburkan ini adalah aku”, saking begitu inginnya para sahabat mati syahid seperti Abdullah.
Lalu bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada Rasulullah saw?
Bagaimana dengan kecintaan kita kepada sunnah dan tuntunan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw?
Abu bakar ra menangis ketika ia tahu bahwa ajal Rasul sudah dekat, ia sedih ketika mengenang Rasulullah saw, bahkan ia ingin cepat-cepat menyusul Rasulullah saw.
Abu Thalhah ra mengrobankan lehernya demi Rasulullah saw, Abu Dujanah ra ketika perang menjadi perisai rasulullah saw sehingga berpuluh-puluh anak panah menembus tubuhnya, Allahuakbar. Thalhah bin Ubaidillah dan sebelas orang Anshar mati demi membela rasul di medan perang. Thalhah bin Ubaidillah sampai merelakan tangannya putus ditebas oleh pedang musuh dan jari-jarinya terputus juga.
Tidak hanya itu saja, ketika khamr diharamkan, Madinah banjir dengan khamr karena begitu cepatnya mereka ingin memenuhi perintah Rasulullah saw. dalam hadis lain bagaimana seorang wanita rela melepas gelangnya setelah mendengar ancaman Rasulullah saw. kemudian pada hadis lainnya bagaiamana para wanita rela berjalan merapat ke dinding demi memenuhi perintah Rasulullah saw sampai ada yang tersangkut hijabnya ke tembok karena saking rapatnya.
Semua sahabat, baik perempuan maupun laki-laki, baik yang kalangan tua maupun muda, baik yang kaya maupun miskin, mereka semua mencintai rasulullah saw.
Bagaiamana dengan kita?
Berapa banyak dari kita mengidolakan orang-orang yang jauh dari islam dan kebaikan. Mengidolakan ketampanannya, kecantikannya, kekayaannya, keahliannya. Bahkan di kamar terpajang foto-foto mereka, lemari-lemari dipenuhi dengan buku-buku yang berkaitan dengan gaya hidup mereka. Hafal gaya mereka, hafal gerak-gerik mereka, hafal lagu yang mereka ciptakan, hafal silsilah keturunan dan nenek moyang mereka, hafal jalan hidup mereka. tidak hanya itu saja, terkadang banyak dari kita sampai mampu meniru gerakan mereka persis dengan idola tersebut. mengikuti gaya hidupnya, pakaiannya, cara bicaranya, cara makannya dan sebgagainya.
Lalu kapan kita baru bisa mencintai Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau mengikuti sunnah Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru membaca hadis-hadis Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau menjadi pembela Rasulullah saw?
Lalu kapan kita baru mau mengorbankan hidup ini untuk Rasulullah saw, seperti pengorbanan sahabat di atas?
Dan kapan kita baru mau bisa menangis untuk Rasulullah saw dan dapat merasakan rindu yang dalam untuk bertemu dengan Rasulullah saw?
Rasulullah saw adalah orang yang terbaik, rasulullah saw paling baik akhlaknya, orang nomor 1 di dunia, paling ganteng, paling tegap badannya, dan sangat menyayangi umatnya.
Apa yang diucapkan Rasulullah saw ketika ajal menjemputnya?
Ummati...ummati...(umatku..umatku).......
Begitu sayangnya beliau kepada kita, begitu khawatirnya beliau dengan kita, dan begitu inginnya beliau agar kita selamat.
Kapan kita menjawab kasih sayang Rasulullah saw?
Kapan kita menjawab panggilannya?
Wallahi.......kita ditipu oleh gelapnya zaman, oleh media, oleh idola-idola yang dibuat orang kafir.....kita dilalaikan dari mengingat Rasulullah saw.....kita dilalaikan untuk mencintai Rasulullah saw....padahal jika kita mengalihkan perhatian kita ke Rasulullah saw, maka air mata ini tidak akan pernah henti-hentinya mengalir ketika kita rindu dan ingin bertemu dengan beliau.
Semoga Allah swt memberi petunjuk untuk kita bisa menicintai Allah swt, Rasulullah saw, dan agama ini.............

Share:

JANGAN SEKEDAR MINTA MATERI!!!




Semua dari kita punya keinginan yang sangat. Untuk itu kita berdo’a kepada Allah swt. Tapi terkadang kita sering putus asa dengan do’a yang kita panjatkan. Sudah serasa khusyuk, kemudian setiap sehabis sholat, di malam kita bertahajud dan menyelipkan keinginan yang begitu mendalam dalam malam tersebut, namun apa yang kita inginkan dan kita pinta kepada Allah swt belum juga terkabul.
Kita tahu bahwa Allah swt memiliki segalanya, bumi dan langit serta seisinnya. Dan Allah swt tidak memiliki sifat pelit. Sebaliknya sifat Allah swt adalah dermawan, Ar-Razaq (Maha Pemberi Rezeki), Al-Ghaniy (Maha Kaya), Al-‘Ajib (Maha Mengabulkan). Lalu mengapa kemudian permintaan kita belum juga terkabul sampai sekarang? Jawabannya banyak.
Tapi ada satu hal yang mesti kita ketahui bahwa Allah swt juga Al-‘Alim (Maha Mengetahui) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana). Allah swt mengetahui hambanya bahkan sampai ke dalam hatinya. Ketika hambaNya berdo’a, apakah hatinya lalai atau tidak?, ketika hatinya masih lalai dan masih berharap dengan yang selain Allah swt untuk mengabulkan do’anya, tentu keinginan seorang hamba masih belum bisa dikabulkan karena kelalaian hati. Allah swt juga Maha mengetahui dengan kadar seberapa Allah swt harus memberikan sesuatu kepada hambaNya.
Allah swt juga bijaksana dengan keputusanNya. Tentu dengan sifat kebijaksanaan ini, Allah swt tidak akan kabulkan permintaan hambaNya secara mentah-mentah, tapi Allah swt akan kabulkan, namun dengan pemberian yang bijaksana. Jika hambaNya meminta rezeki berupa uang, maka Allah swt akan memberi dengan kadar dan jumlah yang Allah swt tahu dengan jumlah berapa rupiah hamba tersebut tercukupi.
Ada orang berdo’a dengan sungguh-sungguh minta kaya, kemudian dia usaha juga, tapi tetap dalam hidupnya dia tidak pernah kaya-kaya juga. Kenapa do’a dan usahanya tak mengubah jalan hidupnya?. Mungkin jika kaya, dia akan lupa dengan Allah swt dan lalai dengan ibadahnya sehingga Allah swt tidak berikan kekayaan yang sangat padanya. Inilah kebijaksanaan dan kepengetahuan Allah swt pada sesuatu do’a hambanya sehingga Allah swt tidak selalu memberikan sesuai dengan apa yang diinginkan hambaNya, tapi memberikan dengan kebijaksanaan dan kebaikan.
Dua sifat ini seharusnya mengajarkan kita bahwa Allah swt tidak pernah menghampakan hambanya ketika hambaNya meminta, tapi Allah swt memberikan yang terbaik kepada hambaNya dari setiap apa yang mereka pinta. Tentu tak bisa dibayangkan jika semua do’a hamba ini dikabulkan secara mentah-mentah, pasti dunia ini akan kacau dengan permintaan manusia yang bermacam-macam dan kadang bercampur dengan kejahatan yang bahkan membahayakan dirinya sendiri.
Kemudian banyak orang yang minta kepada Allah swt, Ya Allah beri aku rizqi yang banyak, ya Allah lunasi hutangku, ya Allah jauhi aku dari musuh-musuhku, ya Allah mudahkanlah jodohku dsb. Cek semua do’a itu!, maka semuanya hanya berkisar pada materi semata. Jika permintaan itu berkisar pada  materi, tentu Allah swt akan mengabulkannya dengan kebijaksanaannya dan tidak akan memberikan semua yang mereka pinta, mengapa? Karena mereka minta materi.
Tapi seringkah kita minta dan berdo’a kepada Allah swt selain hal-hal yang berkaitan dengan materi, seperti minta hidayah kepada Allah swt, minta ditunjuki jalan yang lurus, minta untuk diistiqamahkan dalam agama ini, minta dipersulit jika maksiat dan minta selalu dimudahkan dalam ibadah, minta surgaNya dan dijauhkan dari nerakaNya, minta dihindarkan dari fitnah dunia, minta dibersihhkan dari yang haram, minta ampunan Allah swt, minta untuk bisa selalu mencintai Allah swt dan RasulNya, minta untuk dicintai oleh Allah swt dan RasulNya, dan lainnya yang bukan materi tapi kedekatan kepada Allah swt?. Do’a dan permintaan yang seperti inilah yang sangat-sangat jarang kita pinta, padahal permintaan yang seperti inilah yang disukai Allah swt dan yang sering dipinta juga oleh Rasul Muhammad saw kepada Allah swt.
Seandainya manusia minta untuk kebaikan yang dengan itu membuat dia semakin dekat kepada Allah swt, Allah swt pasti akan mengabulkannya. Semakin hamba banyak meminta semakin Allah swt memberi tiada hentinya, karena hamba meminta dekat dengan Allah swt bukan minta materi. Jika manusia minta materi, maka materi bisa membawa mereka jauh dari Allah swt. Namun jika manusia minta sesuatu kebaikan yang dengan itu membawa ia dekat dengan Allah swt tentu itulah yang disukai Allah swt dan Allah swt akan kabulkan dengan secepat-cepatnya. Silahkan minta materi untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan anda, tapi perbanyaklah minta kebaikan untuk bisa dekat dengan Allah swt, karena itulah yang lebih utama.
Share: