Rabu, 19 September 2018

MEMBACA DAN MENULIS PERLU LATIHAN



Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah buku yang bagus, yang ditulis oleh Nicholas Carr mengenai bagaimana internet mendangkalkan cara berpikir kita? Dari bukunya itu ada satu hal yang cukup melekat di benak saya yaitu ketika Nicholas mengulas tentang “membaca” dan “menulis”. Nicholas Carr berpendapat bahwa “membaca dan menulis bukan merupakan bakat alam,” sehingga “untuk bisa membaca dan menulis, diperlukan pembentukan otak secara sengaja melalui belajar dan latihan” (2011: 51).
Untuk menguatkan argumennya, Nicholas Carr mengutip berbagai penjelasan ahli seperti Feggy Ostrosky-Solis (psikolog Meksiko) dan Maryanne Wolf (psikolog perkembangan dari Tufts University), serta pengalaman sejarah manusia masa lalu yang memperlihatkan bahwa membaca dan menulis memerlukan latihan serta kerja otak yang serius. Nah, kaitannya dengan internet, karena kerja otak bekerja secara serius pada saat membaca dan menulis, maka Nicholas Carr berkesimpulan dalam bukunya itu –setelah memaparkan penjelasan yang disertai riset mendalam- bahwa internet dapat mengacaukan proses latihan kita dalam membaca dan menulis, atau paling tidak internet dapat mengubah cara kita dalam membaca dan menulis.
Satu premis yang menjadi fondasi tulisan saya kali ini yaitu “membaca dan menulis” perlu latihan. Yap, selama beberapa tahun bergelut dengan aktivitas membaca buku serta sedikit menulis di blog, saya setuju dengan argumen Nicholas Carr bahwa membaca dan menulis perlu latihan.
sumber gambar: www.edx.org

Mungkin bagi sebagian orang akan bertanya, “Kok perlu latihan?” “Bukankah saya sudah bisa membaca dan menulis?” “Saya bisa menulis huruf, kemudian menjadikannya sebuah kata, kemudian dari kata itu saya rangkai menjadi kalimat?” “Saya juga bisa membaca.” “Ini Budi.” “Ini bapak Budi,” dan sebagainya.
Ya, betul, kalau tujuannya adalah membaca kata per kata di dalam buku atau di papan pengumuman, maka sebagai besar dari kita sudah pantas disebut orang yang bisa membaca. Begitupula dengan menulis, ketika tujuannya adalah agar kita bisa menuliskan kembali huruf yang kita lihat ke lembaran kertas atau ke halaman microsoft word, maka kita sudah layak mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa kita bisa menulis. Tapi bukan itu yang saya maksudkan dengan membaca dan menulis di sini. Membaca yang saya maksudkan di sini yaitu membaca tulisan panjang (makalah, jurnal, buku, dsb) serta paham apa yang kita baca. Sedangkan menulis yang saya maksudkan adalah menulis apa yang ada di pikiran kita (bukan sekedar menyalin tulisan yang terindra oleh mata).
Sekali lagi saya sepakat dengan Nicholas Carr mengenai pernyataannya, karena ada beberapa keluhan dari teman-teman saya mengenai aktivitas membaca, dan banyak pengamatan saya hingga saat ini yang memperlihatkan bahwa menulis ternyata bukanlah perkara yang mudah. Keduanya ternyata perlu latihan.
Mengenai membaca, teman-teman sering mengatakan seperti ini, “Kok saya nggak paham buku ini?” “Kok berat ya bukunya?” Ada juga yang tidak menyelesaikan buku bacaannya, karena frustasi dengan buku yang dibaca. Ada juga yang sudah kuliah tingkat tinggi (katakanlah sarjana atau pascasarjana), tapi level bacaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya. Di sini saya tidak merendahkan mereka, karena saya sendiri juga menyadari bahwa bacaan saya masih jauh di bawah standar. Pendapat saya itu hanya ingin menguatkan argumen awal bahwa membaca itu perlu latihan. Ada step-step yang harus dilewati. Pembaca pemula pasti mulai dari buku-buku yang ringan. Maka mereka (termasuk saya) yang saya bilang tadi masih membaca tidak sesuai pada level pendidikannya adalah orang yang sedang berlatih untuk membaca. Begitu juga saya, masih merangkak untuk menaikkan level bacaan.
Oleh karena itu, bagi yang baru mulai membaca buku, karena menganggap membaca buku itu penting, maka jangan merasa rendah diri walau di awal-awal hanya baca buku kumpulan quote, misalnya. Jangan pernah putus asa, teruslah membaca, mulai dari yang ringan. Jika konsisten, maka nanti level bacaanmu akan naik dengan sendirinya. Kerja otak yang panas karena buku yang kamu baca, kalimat yang tidak dimengerti, serta rasa frustasi yang menghampiri adalah bumbu-bumbu yang harus kamu kecap dalam proses dan latihan tersebut.
Ada beberapa teman yang bilang bahwa saya termasuk yang hebat bisa membaca buku ini dan buku itu, yang bagi mereka itu cukup berat. Mereka tidak tahu, bahwa sebenarnya level bacaan saya sendiri masih sangat rendah, seperti yang sudah saya akui di awal tadi. Bagi orang yang level bacaannya di atas saya tentu akan tertawa dengan saya yang hingga saat ini tidak paham dengan tulisannya Jean Baudrillard, Roland Barthes, B. F Skinner, Mircea Eliade, dan seabrek tokoh-tokoh besar lainnya. Tapi latihan itu terus berlanjut. Saya bisa di tingkat ini karena ada latihan yang saya jalani. Mereka yang level bacaannya di atas saya bisa sampai di tingkat sana karena ada proses dan latihan yang mereka lewati.
Tidak hanya itu, aktivitas membaca saya juga mengalami evolusi. Dari mulai yang hanya membaca saja, kemudian membaca dengan mencatat hal penting di gadget, kemudian berubah lagi jadi membaca dengan cara menggaris kalimat yang penting, kemudian berubah lagi jadi membaca dengan membuat resume sederhana di instagram, dan sekarang berusaha untuk mengeksplorasi hasil bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman sehingga menjadi tulisan yang lebih panjang. Jadi terus berubah-ubah sepanjang waktu. Rentetan evolusi membaca ini bagi saya adalah hasil dari latihan.
Selain membaca, menulis juga perlu latihan. Proses saya dalam membaca yang berubah dari waktu ke waktu juga terjadi pada kegiatan saya dalam menulis, meskipun saya juga bukan penulis yang profesional. Saya bisa melihat itu dengan membandingkan tulisan saya di blog dari waktu ke waktu. Mulai dari diksi yang dipakai, kalau dulu kata-katanya sangat monoton, sekarang sudah lebih sedikit kaya (menurut saya). Kemudian temanya, meluas ke banyak hal. Kedewasaannya juga, walaupun di tengah-tengah saya rajin menulis dengan gaya melow dan alay, tapi sekarang saya berusaha untuk sedikit lebih dewasa. Ehm... ehm... ya itulah tadi, semuanya bagi saya adalah hasil dari proses dan latihan.
Latihan menulis sambilan ini bagi saya sangat berdampak pada kegiatan menulis di luar dari menulis blog, misalnya ketika mendapatkan tugas menulis makalah. Menulis makalah jadi lebih enak karena kosa kata di kepala ya lumayan lah, karena terbiasa menulis di blog itu tadi. Kebiasaan saya menulis di blog dengan cara menyusun terlebih dahulu ide pokoknya juga saya terapkan ketika menulis makalah. Jadi lebih mudah kan? Kebiasaan saya mengedit tulisan sebelum posting di blog mampu meminimalisir typo (salah ketik) dan kata yang tidak sesuai dengan KBBI di makalah. Latihan yang saya lakukan di blog sangat berguna, ada manfaatnya.
Jadi kegiatan membaca dan menulis yang sepertinya sepele bagi banyak orang, sebenanrnya bagi diri saya pribadi itu begitu bermanfaat, terutama dalam dunia perkuliahan ya. Kalau dalam dunia pertanian mungkin tidak berdampak. Hehe.... Jadi pesannya bagi mahasiswa-mahasiswi atau siswa-siswi, atau yang punya perhatian dalam dunia membaca dan menulis, yang kalian hendak memulai kedua aktivitas itu, teruslah berlatih! Membaca dari yang ringan dulu, kemudian naik ke level yang lebih berat, terus, terus dan terus. Begitu juga dengan menulis, manfaatkan blog untuk tulisan yang lebih panjang, tulis apa saja, karena walaupun anda tidak sedang menjadi penulis profesional atau mendapatkan pembaca yang banyak, tapi sebenarnya anda sedang mengasah keterampilan menulis yang suatu saat nanti akan bermanfaat untuk anda.
Perlu saya jelaskan bahwa tulisan ini tidak memaksa anda untuk menulis dan membaca. Tulisan ini juga tidak dalam rangka memuliakan orang yang senang membaca dan menulis. Tidak sama sekali. Tapi tulisan ini hanyalah sepotong semangat dari saya untuk anda yang sedang memulai aktivitas membaca dan menulis. Ketika suatu saat nanti anda merasa frustasi karena aktivitas membaca dan menulis anda tidak anda nikmati, maka ketahuilah bahwa membaca dan menulis perlu latihan, perlu proses, otak dan pikiran anda perlu tegang.
Dan saya pun masih berlatih.
Sekian....
Share: