Senin, 29 Februari 2016

Apa Kabar Pendidikan Karakter? (Renungan untuk para calon Guru)

Apa kabar pendidikan karakter?........

Akhir-akhir ini pendidikan karakter sudah semakin tidak terdengar lagi, tidak seperti awal-awal diliris dan dipromosikan dalam dunia pendidikan. Padahal masalah moral dan karakter peserta didik serta generasi penerus bangsa semakin hari tidak semakin membaik, bahkan kritis. Apakah mungkin karena pendidikan sudah tidak mampu merubah dan mengobatinya, maka pendidikan karakter tidak digaungkan seperti dulu lagi.

Ada 18 nilai-nilai karakter yang menjadi acuan untuk disemaikan dan ditanam dalam peserta didik hari ini, yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung jawab.

Secara teori, tentu saja karakter diatas bisa dikonsepkan secara mendalam dan luas. Untuk membuat penjelasan mengenai jujur saja mungkin bisa menjadi satu buku, karena saking luasnya konsep tentang jujur. Tapi karakter-karakter diatas bukanlah monumen batu yang beku yang hanya sekedar dilihat kemudian ditinggalkan. Karakter adalah hal praktis bukan masalah teoritis. Oleh karena itu, untuk menumbuhkannya kita juga perlu manusia yang dapat mencontohkannya bukan patung atau sebuah buku yang membahas mengenai karakter tersebut.

Kurikulum 2013 yang digadang-gadang dapat menumbuhkan karakter diatas sampai saat ini masih belum memberi harapan, walaupun masih dalam taraf uji coba. Tapi kita bisa melihat di sekolah-sekolah percobaan yang menerapkan kurikulum 2013 ini masih terlihat tidak ada kemajuan yang begitu signifikan mengenai penanaman karakter ini. Hal ini terjadi karena kurikulum 2013 tidak menyentuh begitu mendalam rumusan mengenai karakter yang tidak cukup sekedar tulisan dan penilaian.

Pendidikan karakter sebenarnya memerlukan sosok teladan, bukan perubahan kurikulum atau masalah penilaian. Peserta didik tidak akan bisa menjadi jujur kalau di sekolah dan di lingkungannya ia tidak menemukan sosok yang benar-benar mempraktikkan kejujuran. Ia tidak akan bisa disiplin jika sehari-harinya ia sering melihat gurunya masuk terlambat, orang tuanya menjemput dan mengantarnya tidak tepat waktu, dsb. Peserta didik tidak akan menjadi orang gemar membaca jika dia saja tidak pernah melihat orang tuanya, guru, dan kawan-kawannya rajin membaca.

Karena masalah karakter ini tidak hanya dialami oleh peserta didik, akan tetapi juga dialami oleh kalangan elit pemerintahan. Betapa banyak kasus korupsi, kejahatan, pencurian, ketidak adilan, tidak toleransi dan hilangnya sikap religius dalam seluruh lini kehidupan, sehingga menjadikan peserta didik tidak punya contoh yang jelas mengenai karakter yang akan mereka praktekkan. 

Hal ini tentu menjadi tantangan bagi calon guru yang sekarang sedang menempuh studi pendidikan keguruan. Anak-anak bangsa sekarang sedang perlu teladan, bukan seorang yang sekedar pandai menyampaikan pembelajaran. Ilmu bisa mereka dapat darimana saja, tapi karakter yang baik yang sedang mereka cari dan yang sedang bangsa ini inginkan. Kita sudah cukup banyak orang pintar, tapi kita tidak punya stok yang banyak untuk orang yang berkarakter.

Menjadi teladan dimulai dari diri sendiri. Anda tidak akan dicontoh oleh peserta didik jika anda sendiri tidak punya karakter yang patut dicontoh. Menjadi guru bukan soal otak, tapi juga soal ahlak. Bagaimana anda akan mengajarkan anak didik menjadi pribadi yang religius, sementara anda sendiri banyak melanggar aturan-aturan agama. Bagaimana anda akan mecontohkan tentang kedisiplinan sementara anda sendiri sering tidak displin. Bagaimana anda akan mengajarkan untuk cinta tanah air, jika sekarang anda sangat mudah terbawa dengan budaya luar. Bagaimana anda akan menyuruh anak rajin membaca, sementara anda sendiri tidak rajin membaca. 

Kita semua berharap bangsa Indonesia bisa menciptakan suatu peradaban yang besar, bangsa yang kuat dan berkarakter. Semua ini tentu saja berawal dari pendidikan. Pendidikan adalah motor penggeraknya. Dari pendidikan inilah akan menghasilkan manusia yang benar-benar manusia. Maka tugas guru dan calon guru tidaklah mudah. Pendidikan sekarang tidak hanya membutuhkan guru yang pintar, tapi juga guru yang bisa menjadi teladan. Namun semua harapan itu hanya menjadi sirna dan sekedar fatamorgana, jika guru dan calon guru yang menjadi ujung tombak pendidikan tidak semakin membaik.



Pertanyaannya adalah “SUDAHKAH GURU DAN CALON GURU SEKARANG INI MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MENJADI GURU YANG BISA MENJADI TELADAN?”. Karena guru yang sejati bukan hanya guru yang pintar dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Share: