Awal november yang penuh berkah,,,diawali dengan turun hujan yang
terus turun dari subuh hingga sore hari,,,hawa dinginnya masih terasa hingga
malam harinya...hujan ini menjadi pelepas duka setelah beberapa hari belakangan
kota ini diselimuti oleh kabut asap yang tiada kunjung menghilang dari udara.
Dinginnya hawa bersambung menjadi dinginnya hati yang sudah sangat
lama tidak tersentuh oleh hangatnya sebuah cinta fana. Kurang lebih 7 bulan
yang lalu aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya. Bukan karena tidak
cinta atau buruknya hubungan yang dijalani. Tapi karena hati ini tidak bisa
berbohong untuk segenap dosa yang terus berjalan seiring kebersamaanku
dengannya.
Aku sadar betul langkah kaki ini berada pada sebuah pijakan yang
dapat menjatuhkan ku kepada murkaNya, tapi hasrat juga tidak dapat ditahan
ketika hati ini memang perlu seseorang yang bisa lebih dekat untuk bersama. Sebuah
keputusan yang sudah dibulatkan akhirnya lepas dengan kata yang terucap yaitu “kita
putus”.
Seperti malam ini, saat itu suasana dingin sehabis turun hujan juga
menyelinap ke setiap kulit tubuh. tetes air mata di kedinginan malam pun tidak
dapat ditahan dari kedua mata gadis itu. Sambil menggenggam tangan untuk
keterakhir kalinya ia berusaha untuk tegar dengan keputusan yang kuberikan.
Malam itu menjadi malam terakhir, dan saat itu pula aku harus
mengatakan kepada Tuhan bahwa aku sudah menjalankan apa yang diinginkanNya,
yaitu tidak menjalani hubungan tanpa persetujuanNya.
Pikiran tentangnya belum hilang semudah aku mengatakan “putus” pada
malam itu. Setiap hari selalu saja ada lintasan tentangnya yang membuat aku
harus melihat keadaannya. Sekitar 3 bulan setelah itu, temanku mengatakan kalau
ia melihat gadis itu sudah berjalan dengan orang lain. Segera kata-kata itu
ingin kubuktikan dengan kenyataan yang sebenarnya. Dan ternyata berita itu
benar adanya. Dia sudah memilih seseorang untuk menjadi penggantiku.
Sakit hati bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Aku tak
tau mengapa rasa sakit itu ada dan aku belum bisa merelakannya padahal telah
jelas dia tidak memikirkan ku lagi dengan adanya seseorang yang bisa ia terima
secepat itu untuk mengisi kekosongan pada dirinya. Tapi ya sudahlah.
7 bulan berlalu, rasa itu sedikit demi sedikit pudar dan hilang
bersama kenangan yang tak ingin ku bawa dala hidupku. Saat putus aku sudah
sadar dan paham bahwa aku hanya perlu waktu untuk melupakan seseorang. walaupun
di awal sedikit lelah dengan keadaan yang ada, tapi di akhir aku bisa berjalan
lagi dengan tanpa ada satupun rasa kehilangan dari dirinya.
Tulisan ini bukan untuk mengingatnya, tapi tulisan ini untuk
menambah rasa tegarku bahwa saat ini aku sudah lepas dan mampu bangkit walau
tentangnya ku tulis di dalam blog ini. keputusanku saat itu tidak ku sesali
tapi malah kusyukuri, karena aku tidak memilih seseorang yang dengan semudah
itu bisa pindah ke tempat yang lebih baik tanpa rasa sedih atas tempat yang
lama. Aku juga menjadi sadar bahwa cinta yang ada pada dirinya hanyalah
potongan cinta yang rapuh.
Saat ini, sendiri adalah menjadi pilihan. tidak mudah untuk menggenggam
cinta yang baru lagi, walau ada potongan memori lama yang tersimpan dan belum
bisa kulupakan walau dengan waktu yang kupunya. Aku rasa ia adalah teman
terakhir untuk hidup ini. ketika ia menjaga dirinya, maka seharusnya aku juga
menjaga diriku.
Tapi itu hanya sebuah harapan dan prasangka tanpa bukti. Pikiranku tentangnya
belum tentu sama dengan pikirannya tentangku. Hidup ini masih bebas, ia bisa
pergi dengan siapa saja yang ia mau dan aku tak bisa memaksanya.
Untuk saat inilah aku hanya percaya pada takdir dari yang diatas.
karena ku sadar, aku tak mampu berbuat banyak untuk mendapatkannya. Dan aku
sadar diri ini bukanlah siapa-siapa yang punya segalanya untuk diberikan. Untuk
akhirnya, aku sepedapat dengan pepatah yang mengatakan bahwa “cinta itu bukan
tentang menerima melainkan memberi”. Maka aku akan menunggu orang yang punya
cinta untuk memberi dan aku pun akan memberi apa yang aku punya, saling memberi
bukan saling berharap untuk menerima.